"Sepuluh kali sehari, Anda pergi kepada orang miskin, sepuluh kali pula Anda akan menemukan Tuhan "(St. Vinsensius A Paulo)

24 Juni 2009

Misa Syukur Hari St. Vinsensius - DD Magetan



DD Magetan merayakan Hari St. Vinsensius yang dilaksanakan pada misa Minggu, 28 Sept 2008 di gereja Paroki Regina Pacis Magetan. Seluruh petugas dalam misa saat itu adalah Vinsensian muda. Misa tersebut dipersembahkan oleh Romo Yuni Wimarta, CM.
Dalam homilinya, Romo Yuni menyampaikan sejarah perjalanan hidup Santo Vincentius. St. Vinsensius masuk seminari pada masa-masa gelap dan masa yang penuh dengan ketidakpastian. Tapi setelah menjadi Imam, St Vinsensius menjadi terang bagi kaum miskin dan tertindas. Pada masanya St. Vinsensius mendirikan CM dan PK, dan semangat Santo Vinsensius yang peduli kepada kaum miskin menjadi spirit bagi berdirinya SSV dan organisasi yang lain seperti JMV, Misevi, AMM dan masih banyak lagi.

Apa yang dialami oleh St.Vinsensius semasa hidupnya. Juga dialami oleh Vinsensian masa kini, masa gelap bisa diartikan dengan kesedihan, kesusahan, ataupun ketidakpastian yang kita hadapi dalam kehidupan kita, tapi kita mendapat terang saat kita berdoa, pergi kegereja dan berusaha mendekatkan diri pada Tuhan, baik dalam sukacita maupun dukacita.
Misa syukur ini berlansung khidmat dan sederhana, tidak ada perayaan lain setelah misa. Tapi Vinsensian muda menggantinya dengan membagi-bagikan sembako kepada para pengemis dan juru parkir yang berada di sekitar komplek gereja.

By : Irene Herawati - Konf. St. Petrus Paulus

Read More..

22 Juni 2009

SSV Bandung audiensi dengan Bapa Uskup


Pada tanggal 22 November 2008, bertempat di gedung keuskupan (wisma hijau) di Jl. Jawa no. 26, Pengurus SSV DD Bandung beserta dengan 6 ketua konferensi dari 5 paroki yang berada di keuskupan Bandung mengadakan audiensi selama kurang lebih sekitar 45 menit dengan Uskup Bandung yang baru, Mgr. Johanes Pujasumarta. Walaupun acara audiensi tersebut sempat tertunda selama 30 menit dari jadwal yang telah ditentukan, akhirnya kami dapat bertatap muka dengan Monsigneur.
Audiensi dimulai dengan acara perkenalan yang dipimpin oleh Bapak Mulyadi selaku ketua Dewan Daerah Bandung. Adapun yang hadir dalam audiensi tersebut adalah : Bpk. JFH Dermawan (Konf. St. Petrus Katedral), Bpk. Aries (Konf. St. Ignatius Cimahi), Bpk. Yusuf (Konf. St. Gabriel Sumber sari), Ibu Liany (Konf. St. Mikael Waringin), Sdri. Devina (Konf. St.Don Bosco Waringin), Bpk. Antonius Toto & Bpk. Handiman (Konf. St. Maria Garut).
Sedangkan ibu Prihadi (Konf. St. Elisabeth Melania) tidak dapat hadir karena sakit dan Konf. St. Yosef Cirebon masih dalam keadaan vacum.

Audiensi diisi dengan pengenalan mengenai keberadaan Serikat Sosial Vinsensius dan kegiatannya di Indonesia, khususnya di beberapa konferensi yang ada di keuskupan Bandung. Adapun fokus utama kegiatan SSV ini adalah melayani orang-orang miskin dan menderita. Selain itu, acara audiensi juga diisi dengan tanya jawab mengenai kendala-kendala yang dihadapi oleh SSV di masing-masing paroki. Kendala paling utama yang dihadapi adalah kurangnya dukungan dari beberapa pastor paroki dalam pelaksanaan kegiatan SSV dan sulitnya untuk melakukan pelayanan kepada orang-orang miskin non Katolik yang ada di sekitar paroki karena takut disalahartikan oleh mereka. Selain itu, sulitnya untuk melakukan regenerisasi kepengurusan karena kurangnya minat kaum muda yang mau terlibat secara aktif dan berkomitmen dalam melakukan pelayanan di SSV.
Acara audiensi ditutup dengan saran-saran dan kiat-kiat dari monsigneur yang dapat dilakukan dalam menghadapi kendala-kendala yang ada. Selain itu, monsigneur juga berharap supaya keberadaan SSV di Indonesia, khususnya di keuskupan Bandung agar dapat semakin berkembang dalam melayani sesama yang miskin dan menderita. Monsigneur juga mengharapkan supaya dalam melakukan pelayanan, para anggota SSV dapat “cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati”.

By : Devina - DD Bandung

Read More..

21 Juni 2009

500 ribu anak muda menghadiri World Youth Day 2008



Setelah acara Famvin di Bathurst, Australia berakhir (9-13 Juli 2008), semua peserta berangkat menuju ke Sydney dengan menggunakan 7 bus besar untuk mengikuti WYD 2008. Sesuai rencana, para peserta Famvin akan makan siang bersama di komplek gereja St. Vincent di daerah Ashfield. Setelah makan siang, peserta akan diantar ke tempat dimana kita akan menginap selama mengikuti WYD 2008. Untuk acara WYD, kami minus Romo Tetra CM menginap di De La Salle College sekitar 1 menit berjalan kaki dari gereja St. Vincent dan 5 menit berjalan kaki dari stasiun kereta Ashfield. Kami mendapat satu ruang kelas untuk bertujuh. Akomodasi jauh berbeda dengan di Famvin yang sangat terjamin, kami tidur di lantai dengan sleeping bag, gak ada heater, kamar mandi terbatas, tapi konsumsi tetap terjamin lho. Untuk acara WYD, setiap peserta yang ikut disebut pilgrim atau peziarah. Berdasar informasi yang aku peroleh, WYD 2008 diikuti oleh 170 negara dengan jumlah peserta mencapai 500 ribu orang. Acaranya terdiri dari acara umum dan pilihan. Acaranya cukup beragam seperti misa, katekese, jalan salib, adorasi, pengakuan dosa, konser musik, pemutaran film, pameran dan masih banyak lagi. Setiap hari kita harus membuat program acara untuk hari berikutnya dan yang menjadi patokan adalah acara umum, sehingga kita menyesuaikan acara pilihan kita. Tapi yang paling aku tunggu-tunggu adalah bertemu dengan Paus Benediktus XIV. Selama WYD berlangsung, setiap peserta mendapat pilgrim passport yang berfungsi sebagai ID card, kupon makan, tiket gratis kereta CityRail dan bus kota ke venue- venue acara. Jadi mobilitas kita sangatmudah dan cepat. Acaranya cukup padat, setiap hari acara dimulai jam 06.30 pagi dan kita harus kembali ke penginapan diberi batas waktu sebelum jam 12 malam, karena seluruh transportasi baik CityRail maupun bus kota akan berhenti beroperasi pada jam tersebut. Dalam rangkaian acara WYD 2008, kami mengikuti beberapa acara gathering seperti Indonesian Gathering dan St. Vincent de Paul Society International Youth Gathering. Kami mengikuti Indonesian Gathering bersama peserta WYD lainnya yang berasal dari Indonesia dan masyarakat Indonesia yang bermukim di Australia, sekitar 2000 orang hadir dalam acara tersebut baik muda maupun tua. Khusus SSV Indonesia, kami bertiga mendapat undangan untuk mengikuti St. Vincent de Paul Society International Youth Gathering, disini kami bertemu lagi dengan anggota SSV dari seluruh dunia yang sebagian besar juga ikut acara Famvin. Kami diajak mengikuti berbagai presentasi tentang: SSV, Salamanca Meeting, kaum muda, karya sosial SSV seperti pendampingan anak, kunjungan dan bantuan bencana tsunami dari beberapa negara. Acara ini dihadiri oleh Barbara Ryan ( Ketua SSV negara bagian New South Wales), John Falzon (Ketua Denas SSV Australia) dan Jose Ramon Diaz Torremocha (Ketua Dewan Umum SSV). Meskipun acara padat, kami sempat mengunjungi Opera House dan cari oleh-oleh, kapan lagi bisa ke Australia he.....he....... Selama mengikuti WYD kita dapat jatah makan 3 kali dari panitia, untuk menu makan pagi dan siang perut kita masih bisa terima tapi kalau untuk menu makan malam kita gak berani makan soalnya rasanya aneh. Untuk makan malam kita biasanya bikin mie instant di penginapan atau kalau pas pengin makan nasi kita hunting masakan Indonesia di China Town. Jauh-jauh ke Australia makannya apa? Tetap menu lokal Indonesia seperti nasi goreng, nasi uduk, nasi kuning, gado-gado dll. Untung dech, meskipun rasanya agak beda tapi cukup menghibur. O, iya ada satu cerita yang menggelikan selama WYD berlangsung. Kalo di Indonesia kita bisa mandi 2 sampai 3 kali sehari. Tapi selama di WYD kita hanya bisa mandi sehari sekali. Bukan karena terbatasnya air dan shower atau udara dingin, tapi lebih dikarenakan jadwal kegiatan yang sangat padat serta menguras tenaga yang kita ikuti setiap hari. Maka untuk mensiasatinya, kami mandi sehari sekali pada malam hari menjelang tidur. Untuk pagi hari? Mana mungkin kita bisa bangun pagi untuk mandi, jadi cukup cuci muka dan sikat gigi beres dech. Maklumlah kita baru tidur sekitar jam 1 – 2 pagi setelah kita mengevaluasi kegiatan kita hari itu dan doa malam dalam satu kelompok, dan pagi jam 6.30 kita harus segera keluar dari ruang tidur untuk memulai aktivitas kita. Hari terakhir menjelang misa penutupan bersama Paus Benediktus XIV, semua peziarah berkumpul di North Sydney untuk memulai perjalanan kita ke Randwick tempat diselenggarakannya misa penutupan. Untuk acara ini kita wajib membawa peralatan perang seperti jaket, syal, sarung tangan, sleeping bag, makanan dan minuman. Seluruh peserta berjalan kaki menuju ke tempat acara. Spektakuler!!!! Karena ratusan ribu peziarah berjalan kaki bersama-sama melalui rute yang sudah ditentukan panitia. Kami sama sekali tidak merasa lelah karena kami melewati tempat-tempat yang indah dan belum pernah kita lihat dari dekat, apalagi pada saat kita melewati Harbour Bridge yang menjadi ikon kota Sydney. Dari situ kita bisa melihat Opera House ikon kota Sydney yang lain dari arah yang berbeda dan melihat pemandangan kota Sydney yang penuh dengan gedung-gedung tua yang terawat baik dan gedung bertingkat yang tertata rapi. Ternyata kota Sydney dibangun dengan konsep satu kesatuan yang direncanakan dengan matang. Selama perjalanan itu peserta WYD disambut dengan sukacita oleh warga setempat dengan lambaian tangan. Tak hanya sambutan positif yang kami terima tapi beberapa demo negatif juga kami jumpai di beberapa lokasi. Tapi para peserta WYD tidak mempedulikannya. Selama perjalanan, secara berkelompok para peserta berdoa jalan salib, doa rosario dan menyanyi lagu-lagu pujian. Apalagi kami satu kelompok Kevin, berjalan beriringan dengan teman-teman dari Meksiko yang membawa alat musik lengkap dan bernyanyi di sepanjang jalan, pokoknya full music dech. Oh betapa indahnya..... dan betapa eloknya....... bila saudara seiman....... hidup dalam kesatuan....., begitulah kira-kira gambaran suasana saat itu yang aku rasakan. Kurang lebih 3 jam perjalanan kita sampai di Randwick sekitar pukul 5 sore. Ya, hari itu semua peserta WYD akan tidur di lapangan. Cuaca saat itu cukup dingin. Malam harinya kita mengikuti ibadat malam yang dipimpin langsung oleh Paus Benediktus XIV, kita berdoa sambil menyalakan lilin. Kemudian acara dilanjutkan dengan konser musik sampai jam 10 malam. Pagi harinya kita persiapan untuk misa penutupan, setelah makanpagi, kami bersiap-siap menyambut kedatangan Paus, dengan mobil kebesarannya, Paus berkeliling lapangan dengan pengawalan ketat untuk memberi salam dan memberkati kaum muda yang hadir. Suatu pengalaman yang gak akan aku lupakan bisa melihat Paus dalam jarak dekat meskipun Cuma beberapa detik. Misa berlangsung sekitar 3 jam. Setelah misa selesai kami kembali ke penginapan untuk persiapan pulang ke Indonesia. World Youth Day 2008 yang diselenggarakan di Sydney, Australia ini berjalan dengan sukses dan lancar. Sungguh sebuah pengalaman terindah dan tidak terlupakan bisa berkumpul dengan kaum muda dari seluruh penjuru dunia. Kami tidak melihat perbedaan warna kulit, status social ataupun masalah politik, tapi aku hanya melihat persaudaran, persahabatan, kegembiraan. Meskipun kami tidak bisa mengenal secara personal, tapi Tuhan Yesus punya kuasa untuk menyatukan kami dalam acara tersebut. Sungguh, Tuhan membuat kita menjadi gila, gila akan persahabatan, persaudaraan dan perdamaian. God is good all the time, all the time God Is good.Terima kasih saya sampaikan kepada Dewan Nasional atas kepercayaan, dukungan dan kesempatan yang diberikan kepada kami untuk mengikuti WYD 2008. Buat Vinsensian muda ayo segera bergabung dalam kegiatan SSV ditempatmu. Siapa tahu World Youth Day berikutnya yang akan dilaksanakan di Madrid, Spanyol, kamu yang terpilih untuk mewakili SSV Indonesia.


By : Ferdinan Wahyu Aria - DD Magetan

Read More..

Bantuan beasiswa Untuk Delanggu

Setelah sekian lama ditunggu-tunggu oleh anggota asuhan (penerima bea siswa), akhirnya dana beasiswa turun juga. Keadaan ekonomi yang semakin terpuruk akibat harga BBM dan kebutuhan pokok yang semakin melambung membuat sebagian besar masyarakat pasrah terhadap keadaan. Banyak anak yang mengalami putus sekolah dan tidak dapat melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Keadaan ini merupakan tantangan bagi anggota SSV untuk melayani mereka secara merata dalam kondisi yang serba terbatas. Turunnya dana beasiswa untuk Konferensi Santa Lucia dan Konferensi Santa Teresa dari Calcuta Delanggu hanya mencukupi untuk 15 anak saja.
Keluarga yang menerima dana ini merasa terharu dan ada yang sampai menangis karena seperti kejatuhan durian. Padahal bantuan ini hanya bisa untuk membeli buku-buku tulis namun dirasa sangat bermanfaat dan melegakan bagi yang menerimanya. Semoga bantuan ini dapat berlanjut terus.
By: Bayu N.Klaten

Read More..

Pertemuan Tahunan XIV di Sarangan


Pertemuan Tahunan XIV diawali dengan Misa pembukaan yang dipimpin oleh Romo Antonius Sad Budianto CM selaku Penasihat Rohani Dewan Nasional. Selanjutnya acara dibuka secara resmi oleh Ketua Dewan Nasional SSV Indonesia, Bapak Alfonso Nainggolan. Dalam pidato pembukaannya beliau menyampaikan perasaan gembiranya atas kehadiran para utusan dari Dewan Wilayah dan Dewan Daerah dari seluruh Indonesia. Terutama nampak ada wajah-wajah baru dari antara peserta yang datang.
Dewan Nasional dalam Pertemuan Tahunan kali ini sengaja tidak membuat tema pertemuan. Karena pertemuan kali ini lebih bersifat rapat kerja antara Dewan Nasional, Dewan Wilayah dan Dewan Daerah. Tetapi dalam spanduk ada tulisan yang berbunyi “Maju dan Bertumbuhkembanglah!” Menurut Bapak Alfonso Nainggolan kalimat ajakan tersebut dapat diartikan bahwa kita semua sesungguhnya mempunyai pengharapan yang sama. Yaitu, maju dalam berorganisasi dan bertumbuhkembang dalam pelayanan kepada kaum miskin.

Selanjutnya Bapak Alfonso Nainggolan mengatakan bahwa dalam pertemuan tahunan ini kita diajak untuk bersama-sama membahas materi yang sangat krusial dan penting, yakni: Anggaran Dasar SSV Indonesia dan Pedoman Operasional. Dua materi ini merupakan dasar atau fondasi yang penting bagi tegaknya organisasi kita. Kalau seandainya dasar ini tidak ada maka dapat kita bayangkan apa yang terjadi terhadap organisasi SSV. Terutama dalam menghadapi tantangan masa kini dan masa yang akan datang, Serikat memerlukan dasar/fondasi yag sangat kokoh. Namun yang lebih penting dari ini semua adalah masalah perilaku dan komitmen kita untuk berjalan dalam koridor dasar itu. Sebab kalau tidak, dasar / fondasi yang kita bahas nanti tidak ada artinya. Sebaik apa pun aturan yang kita buat tetapi kalau tidak ada komitmen yang sungguh-sungguh, ya percuma saja.
Materi Pertemuan
Dalam pertemuan tahunan kali ini materi yang dibahas adalah: Evaluasi Program Kerja, pembahasan perubahan Anggaran Dasar SSV Indonesia serta Revisi Pedoman Operasional. Seperti dalam pertemuan tahunan sebelumnya evaluasi program kerja ini lebih bersifat sharing dan pembelajaran dari dan untuk masing-masing dewan. Sharing mengenai aktifitas masing-masing dewan.Dari sharing itu akan terjadi interaksi antar dewan. Sharing ini menjadi sangat strategis terutama sebagai sarana bagi para pengurus Dewan Nasional, Dewan Wilayah, dan Dewan Daerah untuk saling belajar satu sama lain mengenai apa saja yang baik yang terjadi di dewan lain dan apa saja yang kurang baik yang terjadi di dewan lain serta bagaimana mencari solusi untuk memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi di dalam tubuh masing-masing dewan. Selain itu, dari sharing ini akan diperoleh masukan-masukan yang penting bagi setiap dewan mengenai apa saja yang dapat diterapkan untuk kondisi dan situasi di dewan lain. Langkah-langkah apa yang kira-kira dapat diambil untuk memperbaiki kinerja dewan.
Pada sesi pembahasan draft perubahan anggaran dasar SSV Indonesia terjadi diskusi yang sangat panjang menyangkut penggunaan nama Serikat di Indonesia. Para peserta pertemuan menghendaki agar nama Serikat menggunakan Serikat Sosial Vinsensius. Sedangkan nama seluruh dunia memakai Serikat Santo Vinsensius (St. Vincent de Paul Society). Menurut para peserta pemakaian nama Serikat Sosial Vinsensius lebih dapat diterima oleh semua orang daripada Serikat Santo Vinsensius. Kedua, Serikat Sosial Vinsensius lebih kelihatan sebuah organisasi. Dan dengan keterlibatan mereka pada aktivitas sosial akan menambah kredit point bagi karier mereka di pemerintahan. Maklum, banyak anggota SSV Indonesia adalah sebagai pegawai negeri (c.q. guru di sekolah negeri). Untuk pemakaian nama Serikat ini masih belum final. Akhirnya forum menyepakati bahwa pemakaian nama Serikat di Indonesia ditanyakan terlebih dahulu kepada Dewan Umum. Apakah boleh menggunakan nama Serikat Sosial Vinsensius atau tidak?
Acara selanjutnya mengenai Pedoman Operasional. Ada beberapa masukan yang perlu mendapat perhatian, yaitu mengenai tata cara pelaporan kegiatan dan verifikasi. Sedangkan materi lainnya dapat diterima. Pedoman Operasional ini sebelumnya pada Pertemuan Tahunan XIII di Kaliurang telah disosialisasikan dan Pertemuan Tahunan XIV ini merupakan kelanjutannya. Diharapkan pedoman-pedoman yang telah disepakati dapat mulai diterapkan dalam kehidupan berorganisasi Serikat.
Puncak dari seluruh pembahasan materi-materi pertemuan adalah disepakatinya sejumlah rekomendasi yang dibuat secara bersama-sama antara pengurus Dewan Nasional dengan semua peserta. Memang dalam beberapa hal yang ditulis dalam rekomendasi perlu mendapat penekanan yang sangat dari semua yang hadir, termasuk dari pengurus Dewan Nasional sebagai pembina dari semua dewan yang ada di bawahnya.
Pertemuan Tahunan XIV diakhiri dan ditutup dengan Misa Penutupan yang dipimpin oleh Romo A. Sad Budianto CM dan Romo Yoyon CM dari Magetan. Dalam kesempatan tersebut, Romo Yoyon mengatakan permintaan maafnya apabila selama berada di Sarangan para peserta pertemuan kurang nyaman. Dalam sambutannya beliau juga mengatakan bahwa para Vinsensian di Magetan sungguh merupakan orang-orang yang sangat peduli dengan orang miskin. Banyak para Vinsensian rela bekerja untuk orang miskin. Misalnya, selesai misa beberapa orang vinsensian mengedarkan kantong sumbangan untuk para orang miskin.

By : Aris Junaedi

Read More..

Family Vincentian - 2008 di Australia





Pada tanggal 9 – 13 Juli 2008 yang lalu, saya mengikuti acara Famvin (Keluarga Vinsensius) 2008 yang diselenggarakan di Bathurst, Australia. Saya berangkat ke Australia bersama Devina (DD Bandung) dan Josi (Denas). Kami bertiga berangkat dari Bandara Juanda, Surabaya pada hari Selasa, 8 Juli 2008. Pesawat yang kami tumpangi berangkat pada Pk. 17.00 WIB menuju Denpasar, Bali untuk transit untuk selanjutnya berangkat menuju Sydney, Australia pada Pk. 23.55 WITA. Sesampainya di Sydney International Airport, ternyata kami sudah dijemput oleh salah seorang panitia yaitu Bec Bromhead.
Setelah berkenalan, kami menuju kantor SSV Australia untuk beristirahat sambil menanti kedatangan teman-teman SSV dari negara lain yang kedatangannya dikoordinir oleh SSV Australia. Saat di Kantor SSV Australia, kami diberikesempatan untuk sarapan pagi dan berkenalan dengan Vinsensian muda dari negara lain yang sudah datang sebelum kami. Menjelang makan siang seluruh peserta diajak berjalan-jalan menuju sebuah mall, kami diberi kesempatan untuk belanja keperluan kami masing-masing. Setelah belanja kami diajak makan siang di food court di mall tersebut. Setelah belanja dan makan siang, kami kembali ke kantor SSV Australia untuk persiapan berangkat ke tempat dimana akan dilangsungkannya acara Family Vincentian.
Pada Pk. 14.00 waktu Sydney, kami berangkat ke tempat acara dengan menumpang bus yang sudah disiapkan oleh panitia. Famvin dilaksanakan di Bathurst Region, sekitar 3 jam dari Sydney dan diikuti oleh 31 negara termasuk Indonesia dengan jumlah peserta sekitar 300 orang. Delegasi Indonesia berjumlah 8 orang terdiri dari SSV 3 orang, JMV 2 orang, PK 2 orang dan CM 1 orang. Meskipun satu delegasi, kami dari Indonesia tidak berangkat bersama-sama .
Sesampainya di Bathurst, kami baru tahu kalau seluruh peserta menginap di asrama St.Stanislaus’ College. Pada saat registrasi kami mendapat ID card, mini bagpack dan kaos. Panitia juga menyiapkan perlengkapan untuk musim dingin bagi peserta secara cuma-Cuma seperti syal, sarung tangan, dan penutup kepala. Setelah itu kami menuju kekamar untuk beristirahat dan persiapan pribadi menjelang acara pembukaan. Sebelum acara pembukaan kami makan malam bersama. Wow! Sungguh luar biasa, hampir seluruh peserta sudah hadir, tapi delegasi Indonesia yang lain mana ya? Disitu kami berkenalan satu sama lain, pengalaman yang sangat berarti buat kami. Pada saat berkenalan banyak orang yang mengira kami orang Filipina, wah Indonesia kemana nich? Memang untuk acara Famvin sendiri, delegasi dari Filipina cukup besar sekitar 50 orang coba bandingkan dengan delegasi. Indonesia yang hanya 8 orang itupun kami belum bertemu satu sama lain di makan malam tersebut.
Acara pembukaan diawali dengan tarian selamat datang dari suku Aborigin, pengenalan logo Famvin 2008, penyalaan lilin oleh organisasi/tarekat yang mempunyai semangat Vinsensius dan dari negara-negara yang ikut serta dalam acara tersebut. Saat itu saya mewakili Indonesia
dalam penyalaan lilin. Tema dari Famvin 2008 ini adalah “Experience Family, Witness and Mission, God’s Story and Ours”.
Hari kedua, acara dimulai dengan makan pagi pada Pk. 06.30 waktu setempat. Setelah doa pagi, kemudian dilanjutkan dengan presentasi oleh Romo Richard Benson, CM tentang visi dan misiSanto Vinsensius terhadap kaum miskin. Untuk informasi, kami dibagi dalam beberapa kelompok kecil dengan anggota sekitar 10 orang. Ada 3 pertanyaan yang menjadi bahan diskusi kelompok:
1. Apa saja 3 karakter terpenting dari Santo Vinsensius bagi kita dan mengapa?
2. Dapatkah visi Santo Vinsensius mengubah kehidupan kita?
3. Bagaimanakah cara mengenalkan Santo Vinsensius dan visinya kepada teman sebaya kita?
Setelah diskusi session 1 selesai , acara diselingi dengan ice breaking. Presentasi yang kedua disampaikan oleh Sr. Chaterine Salani, PK tentang Santa Louise De Marillac dan peransertanya dalam melayani kaum miskin. Presentasi ini cukup menyegarkan karena dikemas dengan ringan tapi cukup mengena. Ada pertanyaan refleksi yang diberikan untuk bahan diskusi: Dukungan atau faktor apa saja yang kita butuhkan untuk hidup dengan hati? Dalam perjalanan rohani kita? Dalam pelayanan kita kepada kaum miskin? Dalam pemahaman tentang Sejarah Santo Vinsensius?
Setelah makan siang seluruh peserta berkumpul di ruang registrasi, sesuai jadwal kami akan mengikuti acara “Justice Pilgrimage” semacam napak tilas. Peserta dibagi dalam beberapa kelompok besar. Delegasi Indonesia tergabung dengan Filipina,Thailand, Myanmar, Fiji, Bangladesh, Sri Lanka dan Ethiopia. Setelah mendapat pengarahan dari panitia, kami diberangkatkan dengan jeda 5 menit tiap kelompok.Selama napak tilas kami berhenti di 5 pos dan mendapat materi yang berbeda-beda. Rute perjalanan ini kurang lebih 5 km mengeliling kota Bathurst yang cukup indah. Cuaca di Bathurst saat itu sangat dingin sempat minus 2 derajat. Meskipun cuaca dingin dan rasa lelah menyerang, kami sangat menikmati acara tersebut. Setelah makan malam kami semua menuju ke gedung olahraga yang berada di komplek St.Stanislaus’ College, ternyata di sana telah siap sebuah grup musik tradisional yang siap menghibur kita.
Acara ini dinamakan bush dance, karena kami disini diajak berdansa ala Kate Winslet dan Leonardo Dicaprio di film “Titanic” itu lho, seluruh peserta berdansa bersama-sama dengan musik yang energik. Heboh dan bener-bener hilang rasa dinginnya, malah semua peserta melepas peralatan perangnya seperti jaket, syal dan sarung tangan karena kepanasan.
Hari ketiga setelah sarapan dan doa pagi, kami mengikuti Sesi 3 tentang Frederic Ozanam, Sr. Rosalie Rendu dan latar belakang terbentuknya SSV yang dibawakan oleh DR Andy Marks dari SVDP. Setelah break acara dilanjutkan dengan sesi ke 4 tentang Santa Catherine Labour yang dibawakan oleh Anna Maria P. Escano dari JMV Filipina. Setelah makan siang kami berkumpul di Marble Hall tempat dimana kita melakukan registrasi. Kami akan mengikuti acara social outing, untuk acara ini peserta dibagi dalam 3 kelompok besar. Saya berada di kelompok B, sedang Josi dan Devina berada dikelompok C. Kelompok B saat itu dijadwalkan mengunjungi museum tambang emas.
Kami berangkat dengan menumpang 2 bus besar, cuaca saat itu sangat cerah apalagi pemandangan disepanjang perjalanan sangat indah, di dalam bus kami berkesempatan untuk mengenal lebih dekat teman-teman dari negara lain. Sampai dilokasi kami dipandu oleh seorang guide. Kami diajak berkeliling lokasi bekas tambang emas tersebut, mencoba beberapa peralatan yang digunakan untuk menambang, mencoba mendulang emas dan melihat jenis-jenis bebatuan yang ditemukan di tempat tersebut. Sungguh pengalaman yang luar biasa dan tidak akan terlupakan. Sekitar 2 jam kami berada disana dan kita harus kembali ke tempat penginapan untuk mengikuti misa.
Setelah makan malam, seluruh peserta berkumpul di PAC tempat dimana kita selama ini mengikuti presentasi. Malam itu kami diberi kesempatan untuk melakukan pengakuan dosa. Sebelum pengakuan dosa, panitia memutar slide dan diiringi lagu yang membantu kita untuk merenung dan bermeditasi. Tiap peserta yang telah melakukan pengakuan dosa menyalakan lilin yang menjadi simbol terang bagi diri kita.
Hari keempat setelah sarapan, kami mengikuti misa pagi, kemudian dilanjutkan dengan diskusi dengan kelompok kecil tentang menjadi Vinsensian sejati, disini kami sharing pengalaman tentang karya Vinsensian di negara masing-masing. Setelah break kami berkumpul dalam delegasi negara masing-masing untuk berdiskusi tentang panggilan untuk beraksi dan hasilnya disampaikan kepada forum. Sebelum makan siang, panitia mengadakan ice breaking, saat itu Indonesia yang kebagian tugas untuk memimpin. Saya dan Windhidari JMV Indonesia memimpin acara tersebut. Kami mengajak para peserta untuk bernyanyi “Train of Love” sambil melakukan gerakan. Ternyata para peserta sangat antusias dan bergembira dengan persembahan kami, bahkan beberapa peserta meminta dibuatkan catatan syair lagunya. Hidup Indonesia !!!
Setelah makan siang kami mengikuti acara social outing, hari itu kelompokku mengunjung peternakan dan rumah pemotongan hewan. Disini kami melihat jenis-jenis hewan ternak yang ada di Australia, melihat cara memotong bulu biri-biri, cara memerah susu dan berkeliling peternakan yang cukup luas dengan naik traktor.Di sini juga ada kangguru yang diternakan lho. Setelah puas kami kembali ke penginapan untuk mengikuti doa novena / rosario. Setelah makan malam kami melakukan persiapan untuk acara malam. Panitia mengadakan malam International Festival, masing–masing delegasi diberi kesempatan untuk tampil. Delegasi Indonesia menampilkan Tari Merak yang dibawakan oleh Sr. Kristi PK, Sr. Stefani PK, dan Windhi dari JMV, sedang aku, Josi, Devina dan Juanli dari JMV, memakai pakaian tradisional sedangkan Romo Tetra CM jadi fotografer kami. Antusiasme peserta yang lain sangat bagus lho. Setelah tampil kita bagi-bagi souvenir ke audience. Acara tersebut berlangsung sangat meriah. Kami berfoto bersama dengan negara-negara lain dan bertukar souvenir.
Hari kelima, setelah sarapan, kami mengikuti misa penutup yang dipimpin oleh Romo Gregory Gay, CM. Misa diawali dengan perarakan bendera negara-negara peserta, dari Indonesia diwakili oleh Juanli dari JMV. Misa tersebut berlangsung sangat meriah apalagi tiap-tiap negara ambil bagian dalam misa tersebut. Delegasi Indonesia mendapat tugas untuk doa umat multibahasa, dari Indonesia diwakili oleh Devina dan kita juga menyanyikan lagu Kudus dalam bahasa Indonesia.
Misa yang panjang itu terasa singkat karena kami bergembira dan bersemangat dalam mengikutinya. Setelah misa, kami makan siang dan dilanjutkan dengan acara social outing, kelompokku saat itu mendapat tugas untuk menjadi sukarelawan lingkungan untuk melakukan penanaman pohon disekitar kota Bathurst. Kami diajari cara menanam pohon dan melakukan penanaman di lokasi yang telah ditentukan. Malam hari setelah makan malam, di lapangan St.Stanislaus’ College diadakan Bathurst Diocesan Festival yaitu konser musik dan pameran.
Tapi malam itu rata-rata peserta Famvin tidak mengikuti acara itu sampai selesai karena harus berkemas-kemas untuk berangkat ke Sydney keesokan harinya untuk mengikuti acara World Youth Day 2008.
Dengan ikut acara FamVin 2008, aku makin merasa kecil, ternyata yang aku lakukan di SSV selama ini belum ada apa-apanya dibanding dengan yang dilakukan oleh teman-teman dari negara lain. Suatu sharing pengalaman yang cukup berguna buat aku. Lama atau tidaknya kita ikut SSV bukan suatu jaminan kita total dalam pelayanan, tetapi kesungguhan kita dalam melayani kaum miskinlah yang diharapkan. Dengan mengikuti acara ini aku makin tertantang dan makin bersemangat dalam melayani kaum miskin.
Dalam konteks kaum muda memang kita harus memberi perhatian lebih dalam pembinaan kaum muda. Ada satu pengalaman yang membuat saya berpikir, ada beberapa orang yang bisa saya katakan sudah tua, ikut dalam acara FamVin, setelah ngobrol beberapa saat, aku baru tahu kalau salah satu dari mereka adalah Ketua Denas SSV dari sebuah negara di ASEAN. Beliau cerita kalau mereka kesulitan dalam merekrut kaum muda jadi terpaksa yang berangkat ketua Denasnya. Kasihan deh tu bapak. Begitu susahkah mengajak kaum muda untuk terlibat dalam SSV ataukah ada sesuatu yang salah dengan regenerasi dalam organisasi kita. Bagaimana Bagaimana dengan SSV Indonesia? Kalau dari segi pembinaan dan perekrutan kaum muda, Indonesia tidak kalah dengan negara lain bahkan hasil sharing pengalaman dengan negara lain, mereka memuji kita karena kaum muda Indonesia banyak terlibat dalam kegiatan SSV. Tapi apakah itu sudah merata di semua konferensi?
Kita memang tidak bisa mengharapkan buah matang secara instant, tetapi harus dipupuk, disirami dan dirawat secara berkesinambungan dan terus-menerus seperti kita dalammengenalkan SSV dan semangat Vinsensius kepada kaum muda. Hasilnya mungkin tidak seperti yang kita inginkan tetapi kita harus tetap berusaha dan bersemangat dalam pembinaan kaum muda. Semangat!!!

By : Ferdinan Wahyu Ariya (DD Magetan)

Read More..

16 Juni 2009

Ozanam senantiasa bersyukur


Perjalanan iman Ozanam sungguh mengagumkan. Pendiri SSV ini senantiasa mensyukuri apa yang diberikan Tuhan selama hidupnya. Pergulatan iman yang dialami sejak ia remaja membuat Ozanam semakin dekat dengan pencipta-Nya, meskipun dalam keadaaan sakit parah.

Kurang dari 5 bulan sebelum meninggal, Ozanam menulis :
Bila dihadapanMu saya merenung tentang tahun-tahun yang penuh kepahitan, itu adalah akibat dosa-dosa yang telah menodai masa lalu. Sebaliknya dihadapan Allah, Tuhan, saya merenungkan tahun-tahun saya dengan penuh rasa syukur. Kalau halaman-halaman ini yang terakhir yang saya tulis. Maka itu semua hendaknya menjadi sebuah Madah Syukur bagi kebaikanMu. Semoga Engkau sudi menganugerahkan kekuatan, sikap serah diri, ketentraman jiwa dan hiburan yang tak terlukiskan, yang menyertai kehadiranMu yang nyata. Ijinkanlah saya menemukan sumber rahmat dan berkat. Semoga berkat itu turun atas diri istri dan anak saya serta semua kerabat saya; untuk mereka ini penderitaan saya akan lebih bermanfaat daripada karya saya.”

Read More..

02 Juni 2009

Pemilihan ketua Dewan Wilayah Malang


Mengingat masa jabatan pengurus Dewan Wilayah Malang periode 2005-2009 telah habis, maka bertempat di kota Probolinggo – Jawa Timur telah dilangsungkan pemilihan ketua yang baru. Acara yang dilangsungkan tanggal 1 Februari 2009 itu dihadiri oleh para pengurus DD Malang, Jember dan Banyuwangi. Hadir pula Bpk. Tri Hariono dan Bpk. Erik dari Dewan Nasional SSV.
Acara diawali dengan renungan yang dibawakan oleh Fr. Atmoko, CM. Dalam renungannya beliau mengingatkan betapa pentingnya pelayanan kepada kaum miskin. Selanjutnya Sdri. Yovita selaku ketua Dewan Wilayah menyampaikan pertanggung-jawabannya selama periode kepengurusannya. Mulai dari aktivitas yang dilakukan, laporan keuangan dan juga problem di masing-masing Dewan Daerah dibawahnya. Para pengurus DD juga menyampaikan tanggapan atas laporan tersebut. Mereka secara terbuka menyampaikan berbagai penilaian baik yang positif maupun negatif. Evaluasi yang disampaikan merupakan bekal yang sangat berharga bagi kepengurusan berikutnya.

Pemilihan kali ini menggunakan pedoman pada Anggaran Dasar yang telah direvisi sebelumnya dalam Pertemuan Tahunan 2008 di Sarangan. Calon yang mendapat hak untuk dipilih ada 6 orang. Akhirnya dengan menggunakan suara tertutup, Sdri. Yovita masih memperoleh suara terbanyak diantara para kandidat. Sdri. Yovita terpilih kembali untuk masa jabatan 2009-2012 sesuai dengan aturan yang telah direvisi.
Dalam kata sambutannya, Sdri. Yovita menyatakan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepadanya. Dia berjanji untuk bisa merangkul semua pihak untuk lebih memberdayakan Dewan dibawahnya. Profisiat !!!!!
By: Erik Subiyanto

Read More..

22 Mei 2009

Mengembangkan Kasih dan Hormat pada Orang Miskin


Vinsensian meneladan Santo Vinsensius dalam 5 keutamaan yang penting untuk mengembangkan kasih dan hormat pada orang miskin:
Simplisitas - ketulusan, kesederhanaan, kejujuran. Mengikuti teladan Tuhan Yesus kita mau setulus hati hanya melaksanakan kehendak Tuhan (Yoh 4:34), bebas dari pamrih apapun. Kita juga mau hidup dan berbicara sederhana agar dapat menjadi sesama dengan orang miskin yang sederhana, dan bersama mereka boleh bersyukur menerima pewahyuan Bapa (Mat 11:25). Sungguh, orang miskin seringkali menjadi guru kita untuk memahami injil dengan sikap hidup mereka.
Humilitas - menyadari bahwa kita ini hanya debu, namun Tuhan menganugerahkan segala yang baik kepada kita untuk diamalkan. Kita mengakui keterbatasan kita sebagai pribadi maupun kelompok, karena itu kita mau bekerjasama dengan siapa saja dan kelompok manapun demi kesejahteraan orang miskin. Sadar bahwa kita tak selalu muda dan kuat, maka mengikuti teladan Tuhan Yesus yang mendidik para rasul penerusnya, kita juga berusaha sungguh-sungguh dengan rendah hati menyiapkan orang-orang yang akan melanjutkan karya luhur ini.
Kelembutan hati - sabar dan hormat kepada sesama citra Allah, bagaimanapun juga penampilan fisiknya. St Vinsensius mengajarkan bahwa dibalik penampilan orang miskin yang begitu kumuh, ada Kristus sendiri (Yes 52:14). Karena itu kita harus memperlakukan mereka dengan penuh hormat dan lembut hati. Hanya dengan kelembutan hati orang miskin itu akan berani menjadi sahabat kita. Dan bukan hanya kepada mereka, kita juga harus lembut hati kepada siapa saja yang kita jumpai, karena setiap manusia adalah citra Allah sendiri.
Matiraga - menyangkal diri agar dapat mengenakan Kristus dan kasihNya, rela berkorban waktu, harta milik, tenaga, bakat, bahkan seluruh diri dengan murah hati. Yesus sendiri mengajarkan dan memberi kita teladan untuk menyangkal diri, memanggul salib, dan mengikuti Dia (Mrk 8:34). Hanya dengan demikian kita dapat memahami apa yang dipikirkan Allah, dan bukan apa yang dipikirkan manusia (Mrk 8:33)
Semangat untuk berkarya kasih - demi kesejahteraan dan keselamatan kekal sesama manusia seutuhnya. Belaskasih vinsensian bukan hanya melulu perasaan, namun belaskasih yang terwujud dalam tindakan nyata

Read More..

15 Mei 2009

Menyapa - Memberi Perhatian


Berbicara tentang orang miskin, benar kalau dikatakan orang yang paling miskin adalah mereka yang miskin kasih sayang, miskin perhatian. Aku punya satu cerita.


Ada seorang lelaki yang konon puluhan tahun silam begitu aktif di salah satu karya pelayanan gereja. Tetapi saat ini, ibarat benda yang sangat berat, dia tenggelam begitu saja. Tapi untung masih aktif misa entah mingguan atau pun harian. Uniknya lelaki ini setiap pulang misa selalu cepat-cepat. Pokok begitu romo usai kasih berkat, dia langsung ngacir, jalan cepat kayak kereta ekspress, dengan wajah tertunduk.


Suatu hari aku berkesempatan ke rumahnya, walau tidak terlalu kenal sih. Memasuki rumahnya aku berkata dalam hati, ini potret orang miskin. Di ruangan berukuran sekitar 2x3 m dia melakukan semua aktivitasnya, termasuk makan, masak dan tidur.Aku berbicara lebih lanjut dengan dia,termasuk kenapa selalu terburu-buru pulang setelah misa. Jawabannya satu Minder.

Minder, jawaban itu menunjukkan satu hal, bahwa sering kita cuek bahkan tersenyum pun tidak terhadap mereka yang merasa tersisih. Mendengar jawabannya, aku berjanji untuk selalu menyapanya setiap kali pulang misa. Tapi masalahnya, setiap kali aku selesai doa penutup, lelaki itu sudah menghilang.

Teman-teman ....... kita bisa mengulurkan tangan dalam hal apa pun bagi sesama untuk membuat mereka 'kaya'. Bahkan dengan hal yang paling sederhana pun, yang setiap dari kita bisa melakukannya, memberi senyum, menyapa, memberi perhatian. Mari kita mulai dari hal-hal kecil ini. (It is the true story)

by Kurnia Dewi - Jember

Read More..

13 Mei 2009

Saya sedang Mencari Pekerjaan


Pukul 12 siang itu matahari sedang terik-teriknya. Udara panas di Jakarta terasa menyesakkan dada. Untung aku segera mendapat taxi Blue Bird yang melintas di depan kantor Mc Donald. Udara AC yang berhembus didalam taxi membuat perasaanku menjadi nyaman. Ah, seandainya taxi ini tidak memakai AC entah apa jadinya. Dirumah aku sudah terbiasa pakai AC. Baru berjalan 5 menit, tiba-tiba mataku tertuju pada seorang laki-laki kurus tinggi berbaju putih yang berdiri dipinggir trotoar. Pandangan matanya tampak sayu. Gurat-gurat dibawah kelopak matanya tampak jelas. Sambil memegang dadanya, laki-laki itu berdiri di pinggir jalan Terogong dengan membawa tulisan yang tertera pada kertas manila. Kertas itu digantungkan dilehernya dengan seutas tali rafia. Aku menaksir usia pria itu berkisar 40 – 45 tahun. Yang membuat hatiku tercekat adalah tulisan besar yang ia buat “saya sedang mencari pekerjaan”. Lalu lintas yang padat membuatku bisa agak lama memandangi pria itu.

Pria itu membentangkan tulisan itu didadanya. Tanpa bersuara, tampaknya ia berusaha agar setiap orang yang melintasi jalan itu bisa melihat apa yang dia bawa. Pikiranku mencoba untuk melihat apa yang dipikirkannya. Mungkin saja pria itu sudah berusaha mencari lowongan kerja dimana-mana. Mungkin saja dia sudah keluar masuk kantor. Kalau dia sudah berkeluarga, mungkin saja saat ini istrinya sedang menunggu dengan resah. Mungkin saja anaknya butuh uang untuk sekolah, mungkin saja….. Ah, segala kemungkinan bisa saja terjadi. Yang pasti pria itu menunggu seseorang yang bisa memberinya pekerjaan. Betapa angkuhnya Ibukota, batinku. Kota yang dikejar oleh banyak orang ternyata tidak bersahabat dengan pria itu. Apa yang dilakukan pria itu benar-benar butuh keberanian. Pasti dia sangat butuh pekerjaan, tampaknya dia tidak lagi malu untuk menyampaikannya keorang lain, dengan cara apapun.
“Pak, sudah sampai”, aku kaget saat supir mengingatkanku. Ternyata taxi itu sudah berhenti didepan hotel Sahid, tempat aku menginap di Jakarta.
Tiba-tiba, aku menjadi sadar betapa aku sering mengeluh. Betapa aku sering tidak bersyukur atas apa yang kudapatkan dari kebaikan Allah. Dibandingkan dengan pria itu, meskipun aku tidak tahu pasti bagaimana keadaan sesungguhnya, toh aku pikir masih lebih baik. Aku masih bisa bekerja, menghidupi anak-istriku. Penghasilanku juga masih diatas rata-rata masyarakat yang lain. Aku masih bisa menikmati rekereasi disela-sela hari liburku. Namun, aku seringkali merasa kurang. Aku masih sering berpikir bahwa aku belum punya ini, belum punya itu. Kadangkala aku sering membandingkan dengan teman-teman yang lebih berhasil dari sisi ekonomi. Berapa kali aku tergoda untuk mencari pekerjaan lain dengan tawaran yang lebih menarik.
Aku juga teringat akan keadaan yang dihadapi para anggota asuhan SSV yang aku kenal. Mereka sangat sering berhadapan dengan kesulitan hidup terutama dari segi ekonomi, tapi banyak diantara mereka yang tetap tampak bahagia.
Aku menangis. Pria itu mengingatkanku untuk selalu bersyukur. Ampuni aku, Tuhan.

Read More..

12 Mei 2009

Pekerjaan atau Pelayanan


Bila anda melakukannya untuk mendapatkan nafkah …itu adalah pekerjaan
Bila anda melakukannya untuk Tuhan dan Sesama ….itu adalah pelayanan

Bila anda keluar karena ada yang mengkritik ….itu adalah pekerjaan
Bila anda terus bekerja sekalipun dikritik habis-habisan …itu adalah pelayanan

Bila anda berhenti karena tidak ada yang berterima kasih …itu adalah pekerjaan
Bila anda terus bekerja meskipun tidak pernah dikenal siapapun …itu adalah pelayanan

Bila anda merasa semakin sulit menikmati apa yang anda kerjakan …itu adalah pekerjaan
Bila anda semakin sulit untuk tidak menikmatinya …itu adalah pelayanan

Bila yang anda pikirkan itu adalah kesuksesan …itu adalah pekerjaan
Bila yang anda pikirkan itu adalah kesetiaan …. Itu adalah pelayanan

SSV akan menjadi biasa-biasa saja, bila dipenuhi oleh orang-orang yang hanya bekerja atau bahkan hanya bisa berkata-kata ?!!
SSV akan menjadi luar biasa, bila dipenuhi oleh orang-orang yang mau melayani !!!
Barangsiapa ingin menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka diantara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. (Mrk 10:43b-44)

Read More..

11 Mei 2009

Bakti Sosial di Ngrambe - Ngawi






Mencari Yesus dalam diri orang miskin. Itulah yang dikerjakan oleh sebagian anak muda yang melakukan acara Bakti Sosial pada tgl. 10-11 Januari 2009 di stasi Ngrambe kabupaten Ngawi. Enam Konferensi muda di Surabaya bekerjasama melayani para sepuh yang menderita. Konferensi yang terlibat itu adalah St. Benoit Labre – Kristus Raja, Bunda Teresa - Kenjeran, St. Stanislaus, St. Catarina Labore, St. Dominikus Savio dan St. Yakobus - Kepanjen. Para peserta sebanyak 60 orang berangkat bersama dari paroki St. Marinus Yohanes - Kenjeran pkl. 14.00 dengan menggunakan 2 bus, 1 truk dan 2 mobil. Sampai di Ngrambe pkl. 21.00 malam para vinsensian muda itu disambut senyum ramah dari rekan-rekan vinsensian Ngawi. Kegiatan malam hari tersebut diawali dengan misa oleh Romo Iswandir, CM Setelah misa para Vinsensian berkumpul untuk ramah tamah dengan tuan rumah. Ketua DD Ngawi, Bpk. Agus, pada kesempatan itu memperkenalkan para pengurus Dewan daerah dan beberapa konferensi yang ada disana. Beliau menyampaikan terima kasih atas perhatian yang diberikan oleh rekan-rekan muda tadi. Malam itu para peserta tidur beramai-ramai di ruang bangsal. Kelelahan akibat perjalanan panjang membuat sebagian dari mereka bisa menikmati istirahat malam itu.
Keesokkan harinya bakti sosial dilakukan dirumah salah seorang umat yang sering digunakan untuk acara-acara sosial kemasyarakatan. Bakti sosial itu selain membagikan sembako juga ada pemeriksaan dan pemberian obat secara gratis. Para vinsensian juga melibatkan 6 dokter umum, 4 dokter gigi, 1 apoteker dan 2 perawat. Sebagian besar mereka yang mendapat bantuan adalah orang-orang yang sudah tua dari daerah disekitar Ngrambe. Tercatat mereka yang mendapat pengobatan sebanyak 245 orang.Betapa indahnya kerjasama yang dilakukan oleh anak-anak muda tadi. Itulah salah satu impian Frederic Ozanam pada waktu beliau mendirikan SSV.

Read More..

Semangat Kemiskinan antar anggota SSV


Kata kemiskinan mempunyai arti yang komplek dan kurang jelas. Sebagai contoh, dapat dikatakan bahwa kemiskinan adalah suatu keadaan ekonomi. Tetapi kemiskinan adalah suatu sifat pembawaan seseorang. Kitab Injil menafsirkannya dalam kedua arti tersebut, dua arti yang saling mengisi. Dalam hal ini sangatlah penting menganalisa secara ringkas "kebijakan dari pada kemiskinan itu", sebab ia berhubungan erat dengan "kebajikan cinta kasih". Hanya mungkinlah bagi seseorang bercakap-cakap dengan kaum miskin, jika ia sendiri miskin atau berlaku miskin. Ia akan diterima dengan tangan terbuka jika ia turut merasakan penderitaan mereka dan ini merupakan rahmat bagi si pengunjung ini. Bagi mereka masing-masing menurut panggilannya, hal ini seakan-akan menyaksikan pertama dari Tujuh Kebahagiaan dengan jalan hidup dalam semangat kemiskinan. Hidup yang tak dapat dipisahkan dari kekurangan-kekurangan yang toh diterima dengan pasrah dan senang hati.

Di atas segala-galanya, semangat kemiskinan ini adalah juga semangat membagi-bagi, hasrat untuk tidak menimbun harta tanpa mempergunakannya dengan baik. Kecuali dalam hal-hal tertentu, "kaul kemiskinan " seperti yang diucapkan kaum biarawan, tidaklah cocok dengan tanggung jawab kaum awam. Namun demikian, jika harta dan bakat kita, kita peruntukkan bagi suatu kebajikan, yaitu untuk membantu sesama kita, inipun bisa dinamakan "kemiskinan".
Sekurang-kurangnya, semangat "membagi-bagi" itu kelihatan pada keinginan kita untuk memberi sesuatu dengan rendah hati. Seseorang memberikan waktunya dan selalu ada jika diperlukan. Yang lain membagikan uangnya, yang lain pengetahuannya, ataupun tenaganya. Ada pula yang memberikan hiburan dan kebahagiaan yang memancar dari dirinya. Tanpa pengecualian, setiap orang Kristen, sampai yang paling berkekurangan sekalipun, dapat mengambil bagian dalam semangat ini. Dengan demikian, sedikit demi sedikit ia pun belajar "menyerahkan dirinya sendiri", menurut ilham rahmat yang diterimanya. "Membagi-bagi" itu agak berbeda dengan "hadiah" dan sama sekali lain dari pada "sedekah". Dalam "membagi-bagi" terdapat pertukaran dan keuntungan timbal balik.

Read More..

Serikat dengan semangat kaum muda




Karena serikat ini telah didirikan oleh dan untuk kaum muda, yang persaudaraannya diteruskan sampai mati, kecondongan asli dan tetap dari Serikat ini selalu diarahkan pada "semangat kaum muda". Hal ini sejak semula sudah dinyatakan dalam peraturan dan akan merupakan unsur yang tetap. Tetapi di sini pun SSV harus waspada, karena tiap manusia lama kelamaan akan kehilangan kesegaran fisiknya. Jadi haruslah Serikat ini diremajakan dalam semangatnya dan penerimaan anggota-anggota muda.
Jiwa kaum muda adalah dinamisme, semangat yang berkobar-kobar dan peneropongan masa depan. Mereka sanggup mengambil resiko, mempunyai daya khayal yang mencipta dan yang terutama ialah mereka memiliki daya penyesuaian diri; inilah yang merupakan ciri khas kaum muda. Hal ini jauh lebih penting dari pada penyesuaian yang agak dipaksakan. Karena jika seseorang tak sanggup lagi menyelaraskan dirinya, kelihatannya ia seperti sel yang membatu saja.
Dalam arti semangat kaum muda inilah, maka SSV dapat dinamakan suatu "gerakan cinta kasih dan kerasulan". Tentu saja karena masih muda dalam usia, tak selalu dapat terjamin mutu yang tinggi dari semangat kaum muda ini, meskipun tentunya serikat ini mempermudah hal itu. Untuk menambah anggota dan di lain pihak juga untuk menjaga kesetiaan pada tradisi-tradisi asli serikat dan Ozanam, perlulah dibina persaudaraan dengan kaum muda, memaklumi mereka, bercakap-cakap dengan mereka dengan penuh kesabaran, memberikan mereka tanggung jawab dan berlaku muda seperti mereka.

Read More..

Suatu Panggilan : pelayanan langsung kepada kaum miskin


Suatu "panggilan" dalam arti kata yang luas adalah suatu kesadaran yang diterangi oleh rahmat Roh Kudus. Jika seseorang pada suatu hari tiba-tiba ingin menjadi anggota atau "saudara" dalam SSV, itu artinya bahwa ia hendak menyatakan ke-Kristenannya dalam suatu perbuatan. Ini bukan hanya panggilan cinta kasih Kristus yang biasa terhadap semua orang. Ciri khas panggilan ini adalah hasrat yang besar untuk mengambil bagian secara "pribadi dan langsung" dalam "melayani kaum miskin". Caranya ialah dengan secara pribadi memberikan "hati dan persahabatan", dan melaksanakannya dalam suatu "kelompok persaudaraan yang terdiri atas orang-orang awam yang diilhami panggilan yang sama".
Panggilan ini dapat dinyatakan dalam banyak cara dan berbagai ungkapan. Suatu perbuatan yang nyata, "renungan", penyesuian diri dengan dunia yang berubah-ubah dan bermacam-macam - semua ini adalah hidup setiap anggota serikat, hidup SSV.
Mula-mula, pada masanya Ozanam, tugas itu dinyatakan sebagai "kunjungan ke rumah-rumah orang miskin", tugas yang dianggap sebagai ciri khas kegiatan SSV. Tetapi sekarang penafsiran harus diubah dan disesuaikan dengan zaman. Sekarang tak boleh kita puas dengan "pemberian sedekah" saja. Kita perlu juga mengadakan percakapan pribadi dengan yang menderita (dengan tak memandang corak penderitaannya).
Kita tak boleh menimbulkan kesan seolah-olah pihak kita adalah "bapak", tetapi sebaliknya dengan sikap saling mempercayai, dengan menghormati orang-orang ini dan kediamannya yang keramat, dengan persahabatan dan pelayanan timbal balik dan dengan segala kehangatan cinta.
Segala perbuatan amal yang dapat dijiwai semangat yang demikian itu cocok untuk pekerjaan dan usaha SSV.

Panggilan yang demikian dapat dikerjakan seorang diri, tetapi hanya dapat dirasakan dan dipertahankan kehadirannya dalam suatu kelompok. Di sini orang dapat menikmati kebahagiaan dalam persamaan cita-cita, serta menikmati penghormatan yang lebih jitu atas kemuliaan kaum miskin. Penghormatan yang dibantu secara anonim oleh suatu kelompok manusia, dari orang-orang yang paling miskin sampai paling kaya.

Read More..

Prinsip Umum Keanggotaan


Serikat terbuka bagi semua orang yang mau menghayati imannya dalam mengasihi dan mempersembahkan dirinya bagi sesama yang miskin untuk menjadi anggota. Kita bukan serikat yang tertutup atau eksklusif. Sebaliknya, hanya bila kita berkembang nyatalah bahwa kita memang memberikan kesaksian kasih. Kegagalan kita untuk menarik anggota baru harus diwaspadai sebagai tanda tidak beresnya konferensi kita. Itu dapat menjadi tanda bahwa kita tidur, tak lagi peka pada kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, atau di antara kita tak lagi ada kasih bahkan mungkin konflik berkepanjangan. Kita harus senantiasa maju dan mengembangkan kerasulan kita, terbuka pada gagasan baru yang muncul demi perkembangan Serikat, menghindari sikap apatis yang mudah puas dengan apa yang telah kita lakukan (Pendahuluan Pedoman SSV,1845)
Di beberapa negara situasi memungkinkan kita untuk menerima anggota dari Gereja kristen lain, bahkan orang non kristen yang dengan tulus mau menghargai dan menerima identitas katolik dan prinsip-prinsip Serikat. Namun kita harus melakukannya dengan hati-hati agar tidak membahayakan iman katolik dan penghayatannya dalam Serikat. Ketua, wakilnya, dan Pembimbing Rohani haruslah seorang katolik. Dalam hal ini sebaiknya Serikat berkonsultasi dengan Konferensi Waligereja setempat.
Serikat tidak membedakan gender, kekayaan, pekerjaan, status Santo atau suku dari anggotanya. Betapa menyenangkan dan mempesona melihat orang dari berbagai status Santo, posisi, pandangan, dan usia, dipersatukan ikatan iman yang kudus, belajar saling mengasihi (Pendahuluan Pedoman SSV 1845)

Read More..

10 Mei 2009

Tujuan dan Panggilan Kita




1.Panggilan Vinsensian
Dalam iman tujuan diyakini sebagai panggilan dari Tuhan sendiri. Panggilan dari anggota Serikat yang disebut Vinsensian adalah mengikuti Kristus untuk melayani mereka yang membutuhkan dan dengan demikian memberi kesaksian tentang belaskasih dan cintaNya yang membebaskan. Panggilan ini diwujudkan dalam kontak langsung dan pribadi dengan Kristus dalam orang miskin. Kita melayani dalam pengharapan bahwa apa yang kita lakukan bersama Allah akan membawa kebaikan bagi orang miskin yang mereka kunjungi dan layani, dan dengan demikian juga membawa kebaikan bagi dunia sebagai tanda mulai hadirnya Kerajaan Allah sebagaimana diwartakan Tuhan Yesus Kristus. Optimisme inilah yang membuat kita melayani dengan penuh kegembiraan walaupun menghadapi berbagai masalah.

2. Panggilan untuk seluruh hidup kita
Panggilan Vinsensian mengikuti Kristus dihayati dalam seluruh hidup kita sehari-hari, setiap saat dan dalam segala situasi, membuat kita lebih peka dan penuh perhatian dalam keluarga kita, di tempat kerja, maupun dalam pergaulan. Keanggotaan kita dalam konferensi hendaknya tidak menjadi bagian yang terpisah dari seluruh hidup kita. Sebaliknya pengalaman kita dalam konferensi dan kontak kita dengan orang yang miskin dan menderita, doa pribadi maupun bersama kita, harus mewarnai seluruh hidup kita, bukan hanya sesaat, namun setiap saat; sebagai orang-tua, sebagai anak, sebagai karyawan atau majikan, sebagai sahabat. Kita harus memastikan bahwa dalam segalanya itu kita dipimpin oleh kasih kita kepada Kristus dengan bimbingan Roh Kudus.

Read More..

Sejarah Serikat Sosial Vinsensius




Serikat Sosial Vinsensius (SSV) atau yang dikenal juga sebagai St. Vincent De paul Society (SVDP) adalah komunitas kristiani internasional, didirikan di Paris tahun 1833 dengan perhatian utama membuat Gereja dan iman katolik sungguh tanggap pada kondisi masyarakat, terutama mereka yang miskin dan terlantar.
Serikat ini diawali oleh sekelompok kaum muda dan mahasiswa yang prihatin akan keadaan Gereja dan masyarakatnya pada waktu itu. Saat itu masih jaman Revolusi Prancis yang mulai meletus 1789 dan terus berkepanjangan. Rakyat marah pada kaum bangsawan dan Gereja yang dianggap kurang peduli pada penderitaan rakyat, bahkan seringkali berpihak pada orang kaya dan bangsawan. Memang ada beberapa hirarki dan tokoh katolik yang peduli dan tanggap menolong orang miskin, namun jumlah dan gerakan mereka kurang nampak. Banyak tokoh yang membela rakyat menyerang Gereja baik secara fisik, maupun dengan ajaran yang membawa suasana anti gereja.
Ozanam dan sekelompok temannya rajin mengadakan pertemuan dan membuka diskusi untuk membela Gereja. Mereka setuju bahwa Gereja harus berubah, namun dengan ajakan penuh kasih, bukan dengan menyerangnya. Mereka rajin mempelajari sejarah Gereja dan menunjukkan peran Gereja dalam perkembangan sastra dan ilmu yang sangat berguna bagi umat manusia. Usaha mereka ini agak meredakan suasana anti gereja di kampus. Namun kemudian beberapa lawannya kembali mengecam karena mungkin di masa lalu Gereja telah berbuat banyak untuk kemanusiaan, namun apa yang dilakukan Gereja saat itu ketika rakyat demikian menderita?

Salah seorang dari mereka Auguste le Taillandier mengungkapkan kegelisahannya bahwa mereka memang harus bertindak. Ozanam yang sebenarnya telah lama mempunyai keprihatinan yang sama merasa yakin bahwa memang sudah saatnya untuk bertindak. Mereka menghubungi Prof Emmanuel Bailly sahabat dan pendamping kaum muda ini. Kemudian mereka menghadap pastor paroki untuk menyatakan gagasan mereka. Pastor sulit memahami maksud mereka dan menganjurkan mereka untuk mengajar katekese. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengadakan pertemuan di kantor Le Tribune percetakan Prof Bailly pada tanggal 23 April 1833, kebetulan hari itu tepat ulang tahun Frederic Ozanam yang keduapuluh. Disitulah Auguste Le Taillandier, Frederic Ozanam, Paul Lamache, Francois Lallier, Jules Deveaux, Felix Clave memulai Serikat Cintakasih dan Prof Emmanuel Bailly diminta menjadi ketua mereka. Kemudian direncanakan tindakan langsung untuk menolong orang miskin dengan membantu Sr Rosalie Rendu PK yang waktu itu sangat terkenal dengan karyanya untuk orang miskin. Sr Rosalie Rendu PK dianggap oleh SSV sebagai Pembimbing Rohaninya yang pertama.
Semula puas dengan keakraban mereka berenam, mereka tak berminat untuk menerima tambahan anggota. Namun Ozanam menyadarkan mereka untuk menjadi kelompok yang terbuka untuk menerima anggota baru. Demikianlah anggota mereka semakin bertambah.
Tanggal 4 Februari 1834 Jean Leon le Provost (1803-1874) anggota tertua waktu itu selain Bailly mengusulkan agar Santo Vinsensius yang terkenal kasihnya pada orang miskin menjadi pelindung, teladan dan nama serikat. Santo ini juga penggerak kaum awam dalam Gereja. Pada kenyataannya dibawah bimbingan Sr Rosalie Rendu sebenarnya sejak awal serikat telah menghayati spiritualitas santo Vinsensius. Mereka sepakat menyetujui, bahkan selanjutnya dalam pertemuan mereka juga membaca “Kisah Santo Vinsensius pelayan orang miskin” agar mereka semakin dapat meneladan orang kudus tersebut. Betapa rinci santo Vinsensius menulis tentang pelayanan kepada orang miskin. Tak ada inspirasi dan teladan yang lebih tepat dari santo ini bagi serikat kaum muda itu. Santo yang menyebut orang miskin “Tuhan dan Guru”. Jean Leon le Provost juga mendirikan Pusat Kaum Muda dan Kongregasi Bruder St Vinsensius Depaul.
Leonce Curnier orang muda yang pernah menghadiri Pertemuan Serikat pada bulan Juni 1834 demikian terkesan. Ketika beberapa bulan kemudian dia kembali ke Nimes anak saudagar sutera itu menulis kepada Ozanam bahwa dia mendirikan perkumpulan yang sama di kotanya. Ozanam bersukacita mendengar perkembangan pertama Serikat di luar Paris itu.
Sementara itu serikat yang di Paris anggotanya juga terus berkembang. Akhir 1834 Ozanam ingin agar serikat dipecah, tapi Le Perriere menentang dengan keras. Perdebatan berlangsung dengan sengit. Bailly dengan bijaksana menunda pemecahan itu. Februari 1835 ketika anggota sudah hampir 60 orang, mereka sepakat untuk memecah serikat. Selanjutnya Serikat ini terus berkembang di berbagai kota di Prancis, bahkan juga ke luar negri.
Serikat mengenang para pendiri dengan penuh syukur karena teladan yang mereka berikan untuk mengabdi orang miskin dan Gereja. Roh Kudus jelas sekali menaungi mereka semua tatkala mereka berkumpul pada pendirian serikat itu, meneguhkan karisma mereka masing-masing. Di antara mereka Beato Frederic Ozanam menjadi sumber inspirasi yang luarbiasa. Serikat ini sejak berdirinya adalah katolik dan tetap menjadi organisasi awam katolik internasional. Para pendirinya adalah awam katolik sejati yang bersemangat mewujudkan rahmat dari Sakramen Baptisnya sebagaimana diteguhkan oleh Konsili Vatikan II lebih dari seratus tahun kemudian.
Sumber: selain Rule Dewan Umum, juga Madeleine des Rivieres, OZANAM, un savant chez les pauvres, editions Bellarmin, Montreal, 1989 (1983)

Read More..