"Sepuluh kali sehari, Anda pergi kepada orang miskin, sepuluh kali pula Anda akan menemukan Tuhan "(St. Vinsensius A Paulo)

24 Juni 2009

Misa Syukur Hari St. Vinsensius - DD Magetan



DD Magetan merayakan Hari St. Vinsensius yang dilaksanakan pada misa Minggu, 28 Sept 2008 di gereja Paroki Regina Pacis Magetan. Seluruh petugas dalam misa saat itu adalah Vinsensian muda. Misa tersebut dipersembahkan oleh Romo Yuni Wimarta, CM.
Dalam homilinya, Romo Yuni menyampaikan sejarah perjalanan hidup Santo Vincentius. St. Vinsensius masuk seminari pada masa-masa gelap dan masa yang penuh dengan ketidakpastian. Tapi setelah menjadi Imam, St Vinsensius menjadi terang bagi kaum miskin dan tertindas. Pada masanya St. Vinsensius mendirikan CM dan PK, dan semangat Santo Vinsensius yang peduli kepada kaum miskin menjadi spirit bagi berdirinya SSV dan organisasi yang lain seperti JMV, Misevi, AMM dan masih banyak lagi.

Apa yang dialami oleh St.Vinsensius semasa hidupnya. Juga dialami oleh Vinsensian masa kini, masa gelap bisa diartikan dengan kesedihan, kesusahan, ataupun ketidakpastian yang kita hadapi dalam kehidupan kita, tapi kita mendapat terang saat kita berdoa, pergi kegereja dan berusaha mendekatkan diri pada Tuhan, baik dalam sukacita maupun dukacita.
Misa syukur ini berlansung khidmat dan sederhana, tidak ada perayaan lain setelah misa. Tapi Vinsensian muda menggantinya dengan membagi-bagikan sembako kepada para pengemis dan juru parkir yang berada di sekitar komplek gereja.

By : Irene Herawati - Konf. St. Petrus Paulus

Read More..

22 Juni 2009

SSV Bandung audiensi dengan Bapa Uskup


Pada tanggal 22 November 2008, bertempat di gedung keuskupan (wisma hijau) di Jl. Jawa no. 26, Pengurus SSV DD Bandung beserta dengan 6 ketua konferensi dari 5 paroki yang berada di keuskupan Bandung mengadakan audiensi selama kurang lebih sekitar 45 menit dengan Uskup Bandung yang baru, Mgr. Johanes Pujasumarta. Walaupun acara audiensi tersebut sempat tertunda selama 30 menit dari jadwal yang telah ditentukan, akhirnya kami dapat bertatap muka dengan Monsigneur.
Audiensi dimulai dengan acara perkenalan yang dipimpin oleh Bapak Mulyadi selaku ketua Dewan Daerah Bandung. Adapun yang hadir dalam audiensi tersebut adalah : Bpk. JFH Dermawan (Konf. St. Petrus Katedral), Bpk. Aries (Konf. St. Ignatius Cimahi), Bpk. Yusuf (Konf. St. Gabriel Sumber sari), Ibu Liany (Konf. St. Mikael Waringin), Sdri. Devina (Konf. St.Don Bosco Waringin), Bpk. Antonius Toto & Bpk. Handiman (Konf. St. Maria Garut).
Sedangkan ibu Prihadi (Konf. St. Elisabeth Melania) tidak dapat hadir karena sakit dan Konf. St. Yosef Cirebon masih dalam keadaan vacum.

Audiensi diisi dengan pengenalan mengenai keberadaan Serikat Sosial Vinsensius dan kegiatannya di Indonesia, khususnya di beberapa konferensi yang ada di keuskupan Bandung. Adapun fokus utama kegiatan SSV ini adalah melayani orang-orang miskin dan menderita. Selain itu, acara audiensi juga diisi dengan tanya jawab mengenai kendala-kendala yang dihadapi oleh SSV di masing-masing paroki. Kendala paling utama yang dihadapi adalah kurangnya dukungan dari beberapa pastor paroki dalam pelaksanaan kegiatan SSV dan sulitnya untuk melakukan pelayanan kepada orang-orang miskin non Katolik yang ada di sekitar paroki karena takut disalahartikan oleh mereka. Selain itu, sulitnya untuk melakukan regenerisasi kepengurusan karena kurangnya minat kaum muda yang mau terlibat secara aktif dan berkomitmen dalam melakukan pelayanan di SSV.
Acara audiensi ditutup dengan saran-saran dan kiat-kiat dari monsigneur yang dapat dilakukan dalam menghadapi kendala-kendala yang ada. Selain itu, monsigneur juga berharap supaya keberadaan SSV di Indonesia, khususnya di keuskupan Bandung agar dapat semakin berkembang dalam melayani sesama yang miskin dan menderita. Monsigneur juga mengharapkan supaya dalam melakukan pelayanan, para anggota SSV dapat “cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati”.

By : Devina - DD Bandung

Read More..

21 Juni 2009

500 ribu anak muda menghadiri World Youth Day 2008



Setelah acara Famvin di Bathurst, Australia berakhir (9-13 Juli 2008), semua peserta berangkat menuju ke Sydney dengan menggunakan 7 bus besar untuk mengikuti WYD 2008. Sesuai rencana, para peserta Famvin akan makan siang bersama di komplek gereja St. Vincent di daerah Ashfield. Setelah makan siang, peserta akan diantar ke tempat dimana kita akan menginap selama mengikuti WYD 2008. Untuk acara WYD, kami minus Romo Tetra CM menginap di De La Salle College sekitar 1 menit berjalan kaki dari gereja St. Vincent dan 5 menit berjalan kaki dari stasiun kereta Ashfield. Kami mendapat satu ruang kelas untuk bertujuh. Akomodasi jauh berbeda dengan di Famvin yang sangat terjamin, kami tidur di lantai dengan sleeping bag, gak ada heater, kamar mandi terbatas, tapi konsumsi tetap terjamin lho. Untuk acara WYD, setiap peserta yang ikut disebut pilgrim atau peziarah. Berdasar informasi yang aku peroleh, WYD 2008 diikuti oleh 170 negara dengan jumlah peserta mencapai 500 ribu orang. Acaranya terdiri dari acara umum dan pilihan. Acaranya cukup beragam seperti misa, katekese, jalan salib, adorasi, pengakuan dosa, konser musik, pemutaran film, pameran dan masih banyak lagi. Setiap hari kita harus membuat program acara untuk hari berikutnya dan yang menjadi patokan adalah acara umum, sehingga kita menyesuaikan acara pilihan kita. Tapi yang paling aku tunggu-tunggu adalah bertemu dengan Paus Benediktus XIV. Selama WYD berlangsung, setiap peserta mendapat pilgrim passport yang berfungsi sebagai ID card, kupon makan, tiket gratis kereta CityRail dan bus kota ke venue- venue acara. Jadi mobilitas kita sangatmudah dan cepat. Acaranya cukup padat, setiap hari acara dimulai jam 06.30 pagi dan kita harus kembali ke penginapan diberi batas waktu sebelum jam 12 malam, karena seluruh transportasi baik CityRail maupun bus kota akan berhenti beroperasi pada jam tersebut. Dalam rangkaian acara WYD 2008, kami mengikuti beberapa acara gathering seperti Indonesian Gathering dan St. Vincent de Paul Society International Youth Gathering. Kami mengikuti Indonesian Gathering bersama peserta WYD lainnya yang berasal dari Indonesia dan masyarakat Indonesia yang bermukim di Australia, sekitar 2000 orang hadir dalam acara tersebut baik muda maupun tua. Khusus SSV Indonesia, kami bertiga mendapat undangan untuk mengikuti St. Vincent de Paul Society International Youth Gathering, disini kami bertemu lagi dengan anggota SSV dari seluruh dunia yang sebagian besar juga ikut acara Famvin. Kami diajak mengikuti berbagai presentasi tentang: SSV, Salamanca Meeting, kaum muda, karya sosial SSV seperti pendampingan anak, kunjungan dan bantuan bencana tsunami dari beberapa negara. Acara ini dihadiri oleh Barbara Ryan ( Ketua SSV negara bagian New South Wales), John Falzon (Ketua Denas SSV Australia) dan Jose Ramon Diaz Torremocha (Ketua Dewan Umum SSV). Meskipun acara padat, kami sempat mengunjungi Opera House dan cari oleh-oleh, kapan lagi bisa ke Australia he.....he....... Selama mengikuti WYD kita dapat jatah makan 3 kali dari panitia, untuk menu makan pagi dan siang perut kita masih bisa terima tapi kalau untuk menu makan malam kita gak berani makan soalnya rasanya aneh. Untuk makan malam kita biasanya bikin mie instant di penginapan atau kalau pas pengin makan nasi kita hunting masakan Indonesia di China Town. Jauh-jauh ke Australia makannya apa? Tetap menu lokal Indonesia seperti nasi goreng, nasi uduk, nasi kuning, gado-gado dll. Untung dech, meskipun rasanya agak beda tapi cukup menghibur. O, iya ada satu cerita yang menggelikan selama WYD berlangsung. Kalo di Indonesia kita bisa mandi 2 sampai 3 kali sehari. Tapi selama di WYD kita hanya bisa mandi sehari sekali. Bukan karena terbatasnya air dan shower atau udara dingin, tapi lebih dikarenakan jadwal kegiatan yang sangat padat serta menguras tenaga yang kita ikuti setiap hari. Maka untuk mensiasatinya, kami mandi sehari sekali pada malam hari menjelang tidur. Untuk pagi hari? Mana mungkin kita bisa bangun pagi untuk mandi, jadi cukup cuci muka dan sikat gigi beres dech. Maklumlah kita baru tidur sekitar jam 1 – 2 pagi setelah kita mengevaluasi kegiatan kita hari itu dan doa malam dalam satu kelompok, dan pagi jam 6.30 kita harus segera keluar dari ruang tidur untuk memulai aktivitas kita. Hari terakhir menjelang misa penutupan bersama Paus Benediktus XIV, semua peziarah berkumpul di North Sydney untuk memulai perjalanan kita ke Randwick tempat diselenggarakannya misa penutupan. Untuk acara ini kita wajib membawa peralatan perang seperti jaket, syal, sarung tangan, sleeping bag, makanan dan minuman. Seluruh peserta berjalan kaki menuju ke tempat acara. Spektakuler!!!! Karena ratusan ribu peziarah berjalan kaki bersama-sama melalui rute yang sudah ditentukan panitia. Kami sama sekali tidak merasa lelah karena kami melewati tempat-tempat yang indah dan belum pernah kita lihat dari dekat, apalagi pada saat kita melewati Harbour Bridge yang menjadi ikon kota Sydney. Dari situ kita bisa melihat Opera House ikon kota Sydney yang lain dari arah yang berbeda dan melihat pemandangan kota Sydney yang penuh dengan gedung-gedung tua yang terawat baik dan gedung bertingkat yang tertata rapi. Ternyata kota Sydney dibangun dengan konsep satu kesatuan yang direncanakan dengan matang. Selama perjalanan itu peserta WYD disambut dengan sukacita oleh warga setempat dengan lambaian tangan. Tak hanya sambutan positif yang kami terima tapi beberapa demo negatif juga kami jumpai di beberapa lokasi. Tapi para peserta WYD tidak mempedulikannya. Selama perjalanan, secara berkelompok para peserta berdoa jalan salib, doa rosario dan menyanyi lagu-lagu pujian. Apalagi kami satu kelompok Kevin, berjalan beriringan dengan teman-teman dari Meksiko yang membawa alat musik lengkap dan bernyanyi di sepanjang jalan, pokoknya full music dech. Oh betapa indahnya..... dan betapa eloknya....... bila saudara seiman....... hidup dalam kesatuan....., begitulah kira-kira gambaran suasana saat itu yang aku rasakan. Kurang lebih 3 jam perjalanan kita sampai di Randwick sekitar pukul 5 sore. Ya, hari itu semua peserta WYD akan tidur di lapangan. Cuaca saat itu cukup dingin. Malam harinya kita mengikuti ibadat malam yang dipimpin langsung oleh Paus Benediktus XIV, kita berdoa sambil menyalakan lilin. Kemudian acara dilanjutkan dengan konser musik sampai jam 10 malam. Pagi harinya kita persiapan untuk misa penutupan, setelah makanpagi, kami bersiap-siap menyambut kedatangan Paus, dengan mobil kebesarannya, Paus berkeliling lapangan dengan pengawalan ketat untuk memberi salam dan memberkati kaum muda yang hadir. Suatu pengalaman yang gak akan aku lupakan bisa melihat Paus dalam jarak dekat meskipun Cuma beberapa detik. Misa berlangsung sekitar 3 jam. Setelah misa selesai kami kembali ke penginapan untuk persiapan pulang ke Indonesia. World Youth Day 2008 yang diselenggarakan di Sydney, Australia ini berjalan dengan sukses dan lancar. Sungguh sebuah pengalaman terindah dan tidak terlupakan bisa berkumpul dengan kaum muda dari seluruh penjuru dunia. Kami tidak melihat perbedaan warna kulit, status social ataupun masalah politik, tapi aku hanya melihat persaudaran, persahabatan, kegembiraan. Meskipun kami tidak bisa mengenal secara personal, tapi Tuhan Yesus punya kuasa untuk menyatukan kami dalam acara tersebut. Sungguh, Tuhan membuat kita menjadi gila, gila akan persahabatan, persaudaraan dan perdamaian. God is good all the time, all the time God Is good.Terima kasih saya sampaikan kepada Dewan Nasional atas kepercayaan, dukungan dan kesempatan yang diberikan kepada kami untuk mengikuti WYD 2008. Buat Vinsensian muda ayo segera bergabung dalam kegiatan SSV ditempatmu. Siapa tahu World Youth Day berikutnya yang akan dilaksanakan di Madrid, Spanyol, kamu yang terpilih untuk mewakili SSV Indonesia.


By : Ferdinan Wahyu Aria - DD Magetan

Read More..

Bantuan beasiswa Untuk Delanggu

Setelah sekian lama ditunggu-tunggu oleh anggota asuhan (penerima bea siswa), akhirnya dana beasiswa turun juga. Keadaan ekonomi yang semakin terpuruk akibat harga BBM dan kebutuhan pokok yang semakin melambung membuat sebagian besar masyarakat pasrah terhadap keadaan. Banyak anak yang mengalami putus sekolah dan tidak dapat melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Keadaan ini merupakan tantangan bagi anggota SSV untuk melayani mereka secara merata dalam kondisi yang serba terbatas. Turunnya dana beasiswa untuk Konferensi Santa Lucia dan Konferensi Santa Teresa dari Calcuta Delanggu hanya mencukupi untuk 15 anak saja.
Keluarga yang menerima dana ini merasa terharu dan ada yang sampai menangis karena seperti kejatuhan durian. Padahal bantuan ini hanya bisa untuk membeli buku-buku tulis namun dirasa sangat bermanfaat dan melegakan bagi yang menerimanya. Semoga bantuan ini dapat berlanjut terus.
By: Bayu N.Klaten

Read More..

Pertemuan Tahunan XIV di Sarangan


Pertemuan Tahunan XIV diawali dengan Misa pembukaan yang dipimpin oleh Romo Antonius Sad Budianto CM selaku Penasihat Rohani Dewan Nasional. Selanjutnya acara dibuka secara resmi oleh Ketua Dewan Nasional SSV Indonesia, Bapak Alfonso Nainggolan. Dalam pidato pembukaannya beliau menyampaikan perasaan gembiranya atas kehadiran para utusan dari Dewan Wilayah dan Dewan Daerah dari seluruh Indonesia. Terutama nampak ada wajah-wajah baru dari antara peserta yang datang.
Dewan Nasional dalam Pertemuan Tahunan kali ini sengaja tidak membuat tema pertemuan. Karena pertemuan kali ini lebih bersifat rapat kerja antara Dewan Nasional, Dewan Wilayah dan Dewan Daerah. Tetapi dalam spanduk ada tulisan yang berbunyi “Maju dan Bertumbuhkembanglah!” Menurut Bapak Alfonso Nainggolan kalimat ajakan tersebut dapat diartikan bahwa kita semua sesungguhnya mempunyai pengharapan yang sama. Yaitu, maju dalam berorganisasi dan bertumbuhkembang dalam pelayanan kepada kaum miskin.

Selanjutnya Bapak Alfonso Nainggolan mengatakan bahwa dalam pertemuan tahunan ini kita diajak untuk bersama-sama membahas materi yang sangat krusial dan penting, yakni: Anggaran Dasar SSV Indonesia dan Pedoman Operasional. Dua materi ini merupakan dasar atau fondasi yang penting bagi tegaknya organisasi kita. Kalau seandainya dasar ini tidak ada maka dapat kita bayangkan apa yang terjadi terhadap organisasi SSV. Terutama dalam menghadapi tantangan masa kini dan masa yang akan datang, Serikat memerlukan dasar/fondasi yag sangat kokoh. Namun yang lebih penting dari ini semua adalah masalah perilaku dan komitmen kita untuk berjalan dalam koridor dasar itu. Sebab kalau tidak, dasar / fondasi yang kita bahas nanti tidak ada artinya. Sebaik apa pun aturan yang kita buat tetapi kalau tidak ada komitmen yang sungguh-sungguh, ya percuma saja.
Materi Pertemuan
Dalam pertemuan tahunan kali ini materi yang dibahas adalah: Evaluasi Program Kerja, pembahasan perubahan Anggaran Dasar SSV Indonesia serta Revisi Pedoman Operasional. Seperti dalam pertemuan tahunan sebelumnya evaluasi program kerja ini lebih bersifat sharing dan pembelajaran dari dan untuk masing-masing dewan. Sharing mengenai aktifitas masing-masing dewan.Dari sharing itu akan terjadi interaksi antar dewan. Sharing ini menjadi sangat strategis terutama sebagai sarana bagi para pengurus Dewan Nasional, Dewan Wilayah, dan Dewan Daerah untuk saling belajar satu sama lain mengenai apa saja yang baik yang terjadi di dewan lain dan apa saja yang kurang baik yang terjadi di dewan lain serta bagaimana mencari solusi untuk memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi di dalam tubuh masing-masing dewan. Selain itu, dari sharing ini akan diperoleh masukan-masukan yang penting bagi setiap dewan mengenai apa saja yang dapat diterapkan untuk kondisi dan situasi di dewan lain. Langkah-langkah apa yang kira-kira dapat diambil untuk memperbaiki kinerja dewan.
Pada sesi pembahasan draft perubahan anggaran dasar SSV Indonesia terjadi diskusi yang sangat panjang menyangkut penggunaan nama Serikat di Indonesia. Para peserta pertemuan menghendaki agar nama Serikat menggunakan Serikat Sosial Vinsensius. Sedangkan nama seluruh dunia memakai Serikat Santo Vinsensius (St. Vincent de Paul Society). Menurut para peserta pemakaian nama Serikat Sosial Vinsensius lebih dapat diterima oleh semua orang daripada Serikat Santo Vinsensius. Kedua, Serikat Sosial Vinsensius lebih kelihatan sebuah organisasi. Dan dengan keterlibatan mereka pada aktivitas sosial akan menambah kredit point bagi karier mereka di pemerintahan. Maklum, banyak anggota SSV Indonesia adalah sebagai pegawai negeri (c.q. guru di sekolah negeri). Untuk pemakaian nama Serikat ini masih belum final. Akhirnya forum menyepakati bahwa pemakaian nama Serikat di Indonesia ditanyakan terlebih dahulu kepada Dewan Umum. Apakah boleh menggunakan nama Serikat Sosial Vinsensius atau tidak?
Acara selanjutnya mengenai Pedoman Operasional. Ada beberapa masukan yang perlu mendapat perhatian, yaitu mengenai tata cara pelaporan kegiatan dan verifikasi. Sedangkan materi lainnya dapat diterima. Pedoman Operasional ini sebelumnya pada Pertemuan Tahunan XIII di Kaliurang telah disosialisasikan dan Pertemuan Tahunan XIV ini merupakan kelanjutannya. Diharapkan pedoman-pedoman yang telah disepakati dapat mulai diterapkan dalam kehidupan berorganisasi Serikat.
Puncak dari seluruh pembahasan materi-materi pertemuan adalah disepakatinya sejumlah rekomendasi yang dibuat secara bersama-sama antara pengurus Dewan Nasional dengan semua peserta. Memang dalam beberapa hal yang ditulis dalam rekomendasi perlu mendapat penekanan yang sangat dari semua yang hadir, termasuk dari pengurus Dewan Nasional sebagai pembina dari semua dewan yang ada di bawahnya.
Pertemuan Tahunan XIV diakhiri dan ditutup dengan Misa Penutupan yang dipimpin oleh Romo A. Sad Budianto CM dan Romo Yoyon CM dari Magetan. Dalam kesempatan tersebut, Romo Yoyon mengatakan permintaan maafnya apabila selama berada di Sarangan para peserta pertemuan kurang nyaman. Dalam sambutannya beliau juga mengatakan bahwa para Vinsensian di Magetan sungguh merupakan orang-orang yang sangat peduli dengan orang miskin. Banyak para Vinsensian rela bekerja untuk orang miskin. Misalnya, selesai misa beberapa orang vinsensian mengedarkan kantong sumbangan untuk para orang miskin.

By : Aris Junaedi

Read More..

Family Vincentian - 2008 di Australia





Pada tanggal 9 – 13 Juli 2008 yang lalu, saya mengikuti acara Famvin (Keluarga Vinsensius) 2008 yang diselenggarakan di Bathurst, Australia. Saya berangkat ke Australia bersama Devina (DD Bandung) dan Josi (Denas). Kami bertiga berangkat dari Bandara Juanda, Surabaya pada hari Selasa, 8 Juli 2008. Pesawat yang kami tumpangi berangkat pada Pk. 17.00 WIB menuju Denpasar, Bali untuk transit untuk selanjutnya berangkat menuju Sydney, Australia pada Pk. 23.55 WITA. Sesampainya di Sydney International Airport, ternyata kami sudah dijemput oleh salah seorang panitia yaitu Bec Bromhead.
Setelah berkenalan, kami menuju kantor SSV Australia untuk beristirahat sambil menanti kedatangan teman-teman SSV dari negara lain yang kedatangannya dikoordinir oleh SSV Australia. Saat di Kantor SSV Australia, kami diberikesempatan untuk sarapan pagi dan berkenalan dengan Vinsensian muda dari negara lain yang sudah datang sebelum kami. Menjelang makan siang seluruh peserta diajak berjalan-jalan menuju sebuah mall, kami diberi kesempatan untuk belanja keperluan kami masing-masing. Setelah belanja kami diajak makan siang di food court di mall tersebut. Setelah belanja dan makan siang, kami kembali ke kantor SSV Australia untuk persiapan berangkat ke tempat dimana akan dilangsungkannya acara Family Vincentian.
Pada Pk. 14.00 waktu Sydney, kami berangkat ke tempat acara dengan menumpang bus yang sudah disiapkan oleh panitia. Famvin dilaksanakan di Bathurst Region, sekitar 3 jam dari Sydney dan diikuti oleh 31 negara termasuk Indonesia dengan jumlah peserta sekitar 300 orang. Delegasi Indonesia berjumlah 8 orang terdiri dari SSV 3 orang, JMV 2 orang, PK 2 orang dan CM 1 orang. Meskipun satu delegasi, kami dari Indonesia tidak berangkat bersama-sama .
Sesampainya di Bathurst, kami baru tahu kalau seluruh peserta menginap di asrama St.Stanislaus’ College. Pada saat registrasi kami mendapat ID card, mini bagpack dan kaos. Panitia juga menyiapkan perlengkapan untuk musim dingin bagi peserta secara cuma-Cuma seperti syal, sarung tangan, dan penutup kepala. Setelah itu kami menuju kekamar untuk beristirahat dan persiapan pribadi menjelang acara pembukaan. Sebelum acara pembukaan kami makan malam bersama. Wow! Sungguh luar biasa, hampir seluruh peserta sudah hadir, tapi delegasi Indonesia yang lain mana ya? Disitu kami berkenalan satu sama lain, pengalaman yang sangat berarti buat kami. Pada saat berkenalan banyak orang yang mengira kami orang Filipina, wah Indonesia kemana nich? Memang untuk acara Famvin sendiri, delegasi dari Filipina cukup besar sekitar 50 orang coba bandingkan dengan delegasi. Indonesia yang hanya 8 orang itupun kami belum bertemu satu sama lain di makan malam tersebut.
Acara pembukaan diawali dengan tarian selamat datang dari suku Aborigin, pengenalan logo Famvin 2008, penyalaan lilin oleh organisasi/tarekat yang mempunyai semangat Vinsensius dan dari negara-negara yang ikut serta dalam acara tersebut. Saat itu saya mewakili Indonesia
dalam penyalaan lilin. Tema dari Famvin 2008 ini adalah “Experience Family, Witness and Mission, God’s Story and Ours”.
Hari kedua, acara dimulai dengan makan pagi pada Pk. 06.30 waktu setempat. Setelah doa pagi, kemudian dilanjutkan dengan presentasi oleh Romo Richard Benson, CM tentang visi dan misiSanto Vinsensius terhadap kaum miskin. Untuk informasi, kami dibagi dalam beberapa kelompok kecil dengan anggota sekitar 10 orang. Ada 3 pertanyaan yang menjadi bahan diskusi kelompok:
1. Apa saja 3 karakter terpenting dari Santo Vinsensius bagi kita dan mengapa?
2. Dapatkah visi Santo Vinsensius mengubah kehidupan kita?
3. Bagaimanakah cara mengenalkan Santo Vinsensius dan visinya kepada teman sebaya kita?
Setelah diskusi session 1 selesai , acara diselingi dengan ice breaking. Presentasi yang kedua disampaikan oleh Sr. Chaterine Salani, PK tentang Santa Louise De Marillac dan peransertanya dalam melayani kaum miskin. Presentasi ini cukup menyegarkan karena dikemas dengan ringan tapi cukup mengena. Ada pertanyaan refleksi yang diberikan untuk bahan diskusi: Dukungan atau faktor apa saja yang kita butuhkan untuk hidup dengan hati? Dalam perjalanan rohani kita? Dalam pelayanan kita kepada kaum miskin? Dalam pemahaman tentang Sejarah Santo Vinsensius?
Setelah makan siang seluruh peserta berkumpul di ruang registrasi, sesuai jadwal kami akan mengikuti acara “Justice Pilgrimage” semacam napak tilas. Peserta dibagi dalam beberapa kelompok besar. Delegasi Indonesia tergabung dengan Filipina,Thailand, Myanmar, Fiji, Bangladesh, Sri Lanka dan Ethiopia. Setelah mendapat pengarahan dari panitia, kami diberangkatkan dengan jeda 5 menit tiap kelompok.Selama napak tilas kami berhenti di 5 pos dan mendapat materi yang berbeda-beda. Rute perjalanan ini kurang lebih 5 km mengeliling kota Bathurst yang cukup indah. Cuaca di Bathurst saat itu sangat dingin sempat minus 2 derajat. Meskipun cuaca dingin dan rasa lelah menyerang, kami sangat menikmati acara tersebut. Setelah makan malam kami semua menuju ke gedung olahraga yang berada di komplek St.Stanislaus’ College, ternyata di sana telah siap sebuah grup musik tradisional yang siap menghibur kita.
Acara ini dinamakan bush dance, karena kami disini diajak berdansa ala Kate Winslet dan Leonardo Dicaprio di film “Titanic” itu lho, seluruh peserta berdansa bersama-sama dengan musik yang energik. Heboh dan bener-bener hilang rasa dinginnya, malah semua peserta melepas peralatan perangnya seperti jaket, syal dan sarung tangan karena kepanasan.
Hari ketiga setelah sarapan dan doa pagi, kami mengikuti Sesi 3 tentang Frederic Ozanam, Sr. Rosalie Rendu dan latar belakang terbentuknya SSV yang dibawakan oleh DR Andy Marks dari SVDP. Setelah break acara dilanjutkan dengan sesi ke 4 tentang Santa Catherine Labour yang dibawakan oleh Anna Maria P. Escano dari JMV Filipina. Setelah makan siang kami berkumpul di Marble Hall tempat dimana kita melakukan registrasi. Kami akan mengikuti acara social outing, untuk acara ini peserta dibagi dalam 3 kelompok besar. Saya berada di kelompok B, sedang Josi dan Devina berada dikelompok C. Kelompok B saat itu dijadwalkan mengunjungi museum tambang emas.
Kami berangkat dengan menumpang 2 bus besar, cuaca saat itu sangat cerah apalagi pemandangan disepanjang perjalanan sangat indah, di dalam bus kami berkesempatan untuk mengenal lebih dekat teman-teman dari negara lain. Sampai dilokasi kami dipandu oleh seorang guide. Kami diajak berkeliling lokasi bekas tambang emas tersebut, mencoba beberapa peralatan yang digunakan untuk menambang, mencoba mendulang emas dan melihat jenis-jenis bebatuan yang ditemukan di tempat tersebut. Sungguh pengalaman yang luar biasa dan tidak akan terlupakan. Sekitar 2 jam kami berada disana dan kita harus kembali ke tempat penginapan untuk mengikuti misa.
Setelah makan malam, seluruh peserta berkumpul di PAC tempat dimana kita selama ini mengikuti presentasi. Malam itu kami diberi kesempatan untuk melakukan pengakuan dosa. Sebelum pengakuan dosa, panitia memutar slide dan diiringi lagu yang membantu kita untuk merenung dan bermeditasi. Tiap peserta yang telah melakukan pengakuan dosa menyalakan lilin yang menjadi simbol terang bagi diri kita.
Hari keempat setelah sarapan, kami mengikuti misa pagi, kemudian dilanjutkan dengan diskusi dengan kelompok kecil tentang menjadi Vinsensian sejati, disini kami sharing pengalaman tentang karya Vinsensian di negara masing-masing. Setelah break kami berkumpul dalam delegasi negara masing-masing untuk berdiskusi tentang panggilan untuk beraksi dan hasilnya disampaikan kepada forum. Sebelum makan siang, panitia mengadakan ice breaking, saat itu Indonesia yang kebagian tugas untuk memimpin. Saya dan Windhidari JMV Indonesia memimpin acara tersebut. Kami mengajak para peserta untuk bernyanyi “Train of Love” sambil melakukan gerakan. Ternyata para peserta sangat antusias dan bergembira dengan persembahan kami, bahkan beberapa peserta meminta dibuatkan catatan syair lagunya. Hidup Indonesia !!!
Setelah makan siang kami mengikuti acara social outing, hari itu kelompokku mengunjung peternakan dan rumah pemotongan hewan. Disini kami melihat jenis-jenis hewan ternak yang ada di Australia, melihat cara memotong bulu biri-biri, cara memerah susu dan berkeliling peternakan yang cukup luas dengan naik traktor.Di sini juga ada kangguru yang diternakan lho. Setelah puas kami kembali ke penginapan untuk mengikuti doa novena / rosario. Setelah makan malam kami melakukan persiapan untuk acara malam. Panitia mengadakan malam International Festival, masing–masing delegasi diberi kesempatan untuk tampil. Delegasi Indonesia menampilkan Tari Merak yang dibawakan oleh Sr. Kristi PK, Sr. Stefani PK, dan Windhi dari JMV, sedang aku, Josi, Devina dan Juanli dari JMV, memakai pakaian tradisional sedangkan Romo Tetra CM jadi fotografer kami. Antusiasme peserta yang lain sangat bagus lho. Setelah tampil kita bagi-bagi souvenir ke audience. Acara tersebut berlangsung sangat meriah. Kami berfoto bersama dengan negara-negara lain dan bertukar souvenir.
Hari kelima, setelah sarapan, kami mengikuti misa penutup yang dipimpin oleh Romo Gregory Gay, CM. Misa diawali dengan perarakan bendera negara-negara peserta, dari Indonesia diwakili oleh Juanli dari JMV. Misa tersebut berlangsung sangat meriah apalagi tiap-tiap negara ambil bagian dalam misa tersebut. Delegasi Indonesia mendapat tugas untuk doa umat multibahasa, dari Indonesia diwakili oleh Devina dan kita juga menyanyikan lagu Kudus dalam bahasa Indonesia.
Misa yang panjang itu terasa singkat karena kami bergembira dan bersemangat dalam mengikutinya. Setelah misa, kami makan siang dan dilanjutkan dengan acara social outing, kelompokku saat itu mendapat tugas untuk menjadi sukarelawan lingkungan untuk melakukan penanaman pohon disekitar kota Bathurst. Kami diajari cara menanam pohon dan melakukan penanaman di lokasi yang telah ditentukan. Malam hari setelah makan malam, di lapangan St.Stanislaus’ College diadakan Bathurst Diocesan Festival yaitu konser musik dan pameran.
Tapi malam itu rata-rata peserta Famvin tidak mengikuti acara itu sampai selesai karena harus berkemas-kemas untuk berangkat ke Sydney keesokan harinya untuk mengikuti acara World Youth Day 2008.
Dengan ikut acara FamVin 2008, aku makin merasa kecil, ternyata yang aku lakukan di SSV selama ini belum ada apa-apanya dibanding dengan yang dilakukan oleh teman-teman dari negara lain. Suatu sharing pengalaman yang cukup berguna buat aku. Lama atau tidaknya kita ikut SSV bukan suatu jaminan kita total dalam pelayanan, tetapi kesungguhan kita dalam melayani kaum miskinlah yang diharapkan. Dengan mengikuti acara ini aku makin tertantang dan makin bersemangat dalam melayani kaum miskin.
Dalam konteks kaum muda memang kita harus memberi perhatian lebih dalam pembinaan kaum muda. Ada satu pengalaman yang membuat saya berpikir, ada beberapa orang yang bisa saya katakan sudah tua, ikut dalam acara FamVin, setelah ngobrol beberapa saat, aku baru tahu kalau salah satu dari mereka adalah Ketua Denas SSV dari sebuah negara di ASEAN. Beliau cerita kalau mereka kesulitan dalam merekrut kaum muda jadi terpaksa yang berangkat ketua Denasnya. Kasihan deh tu bapak. Begitu susahkah mengajak kaum muda untuk terlibat dalam SSV ataukah ada sesuatu yang salah dengan regenerasi dalam organisasi kita. Bagaimana Bagaimana dengan SSV Indonesia? Kalau dari segi pembinaan dan perekrutan kaum muda, Indonesia tidak kalah dengan negara lain bahkan hasil sharing pengalaman dengan negara lain, mereka memuji kita karena kaum muda Indonesia banyak terlibat dalam kegiatan SSV. Tapi apakah itu sudah merata di semua konferensi?
Kita memang tidak bisa mengharapkan buah matang secara instant, tetapi harus dipupuk, disirami dan dirawat secara berkesinambungan dan terus-menerus seperti kita dalammengenalkan SSV dan semangat Vinsensius kepada kaum muda. Hasilnya mungkin tidak seperti yang kita inginkan tetapi kita harus tetap berusaha dan bersemangat dalam pembinaan kaum muda. Semangat!!!

By : Ferdinan Wahyu Ariya (DD Magetan)

Read More..

16 Juni 2009

Ozanam senantiasa bersyukur


Perjalanan iman Ozanam sungguh mengagumkan. Pendiri SSV ini senantiasa mensyukuri apa yang diberikan Tuhan selama hidupnya. Pergulatan iman yang dialami sejak ia remaja membuat Ozanam semakin dekat dengan pencipta-Nya, meskipun dalam keadaaan sakit parah.

Kurang dari 5 bulan sebelum meninggal, Ozanam menulis :
Bila dihadapanMu saya merenung tentang tahun-tahun yang penuh kepahitan, itu adalah akibat dosa-dosa yang telah menodai masa lalu. Sebaliknya dihadapan Allah, Tuhan, saya merenungkan tahun-tahun saya dengan penuh rasa syukur. Kalau halaman-halaman ini yang terakhir yang saya tulis. Maka itu semua hendaknya menjadi sebuah Madah Syukur bagi kebaikanMu. Semoga Engkau sudi menganugerahkan kekuatan, sikap serah diri, ketentraman jiwa dan hiburan yang tak terlukiskan, yang menyertai kehadiranMu yang nyata. Ijinkanlah saya menemukan sumber rahmat dan berkat. Semoga berkat itu turun atas diri istri dan anak saya serta semua kerabat saya; untuk mereka ini penderitaan saya akan lebih bermanfaat daripada karya saya.”

Read More..

02 Juni 2009

Pemilihan ketua Dewan Wilayah Malang


Mengingat masa jabatan pengurus Dewan Wilayah Malang periode 2005-2009 telah habis, maka bertempat di kota Probolinggo – Jawa Timur telah dilangsungkan pemilihan ketua yang baru. Acara yang dilangsungkan tanggal 1 Februari 2009 itu dihadiri oleh para pengurus DD Malang, Jember dan Banyuwangi. Hadir pula Bpk. Tri Hariono dan Bpk. Erik dari Dewan Nasional SSV.
Acara diawali dengan renungan yang dibawakan oleh Fr. Atmoko, CM. Dalam renungannya beliau mengingatkan betapa pentingnya pelayanan kepada kaum miskin. Selanjutnya Sdri. Yovita selaku ketua Dewan Wilayah menyampaikan pertanggung-jawabannya selama periode kepengurusannya. Mulai dari aktivitas yang dilakukan, laporan keuangan dan juga problem di masing-masing Dewan Daerah dibawahnya. Para pengurus DD juga menyampaikan tanggapan atas laporan tersebut. Mereka secara terbuka menyampaikan berbagai penilaian baik yang positif maupun negatif. Evaluasi yang disampaikan merupakan bekal yang sangat berharga bagi kepengurusan berikutnya.

Pemilihan kali ini menggunakan pedoman pada Anggaran Dasar yang telah direvisi sebelumnya dalam Pertemuan Tahunan 2008 di Sarangan. Calon yang mendapat hak untuk dipilih ada 6 orang. Akhirnya dengan menggunakan suara tertutup, Sdri. Yovita masih memperoleh suara terbanyak diantara para kandidat. Sdri. Yovita terpilih kembali untuk masa jabatan 2009-2012 sesuai dengan aturan yang telah direvisi.
Dalam kata sambutannya, Sdri. Yovita menyatakan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepadanya. Dia berjanji untuk bisa merangkul semua pihak untuk lebih memberdayakan Dewan dibawahnya. Profisiat !!!!!
By: Erik Subiyanto

Read More..