"Sepuluh kali sehari, Anda pergi kepada orang miskin, sepuluh kali pula Anda akan menemukan Tuhan "(St. Vinsensius A Paulo)

30 Maret 2010

Pedulikah Kita





Wajah-wajah lugu dan sederhana mulai berdatangan sejak pagi itu. Kebanyakan adalah ibu-ibu tua, mengenakan kebaya sederhana dan sewek/jarik. Aku menebak umur mereka antara 60-80 tahun. Mereka adalah sebagian penduduk dari kota kecil Ngawi, tepatnya di desa Ngrambe dan hidup di pelosok-pelosok desa.
“Pinten (berapa) nak?” tanya seorang ibu ketika kami memberikan sembako.
“Gratis bu,” salah seorang teman kami menyahut.
Sontak terpancar raut kaget dan tak percaya di wajah ibu itu ketika mendengarnya.
“Mboten bayar?” tegasnya lagi sambil menatap kami tak percaya. Kami mengangguk. Lalu serta merta terucap kata-kata penuh syukur dan wajahnya bersimbah air mata.
“Matur nuwun. Alhamdulilah!”
Aku terkesiap. Kurasakan sensasi aneh di relung hatiku, kurasakan seluruh tubuhku bergetar dan sesuatu seakan mendesak di bola mataku, berlomba-lomba saling mendahului. Kucoba untuk menahan agar aku tidak menangis, namun tidak bisa dan akhirnya pertahananku jebol. Air mataku mengalir tanpa dapat kucegah. Semakin lama semakin deras. Kususut dengan cepat, secepat dia mengalir di pipiku lalu memalingkan wajah ke arah lain. Berharap hal itu tidak terlihat oleh teman-teman yang lain.
Ini pertama kali aku melibatkan diri disini. Seorang teman mengajakku ikut serta dalam perjalanan ini. ‘Serikat Sosial Vinsensius’ secara rutin mengadakan perjalanan amal seperti ini. Selain membagikan sembako, mereka juga memberikan pengobatan gratis kepada warga yang tidak mampu. Ada donatur yang secara teratur memberi dana dan ada tenaga-tenaga yang membantu menyalurkannya. Banyak juga yang terlibat disini. Ada Romo, dokter, beberapa pejabat Gereja dan para awam.
Semakin siang yang berdatangan semakin banyak dan mereka bersikap tertib sehingga tidak menyulitkan kami. Setiap orang, usai menerima sembako mengucapkan kata-kata yang sama dengan ibu tadi. Puji Tuhan, Alhamdulilah, Duh Gusti, terimakasih! Dan selalu aku memandang mereka dengan air mata haru.
Tidak hanya disini sebenarnya kita melihat hal-hal seperti itu. Di perempatan jalan, di panti asuhan, para pemulung di jalan, pengemis, sering kutemukan wajah-wajah lugu yang memancarkan ucapan terimakasih yang tak terhingga ketika kita memberikan sesuatu pada mereka. Entah itu sembako, nasi bungkus atau hanya sekedar uang receh. Namun pancaran mata yang tulus ‘selalu’ mengagetkanku sampai detik ini. Walaupun tidak banyak yang kita berikan, itu sangat berharga buat mereka.
Karena kepedulian kita sudah cukup membuat mereka “BERHARGA".

by Widjaja Maladewi - Sharing Baksos SSV di Ngrambe - Ngawi

Read More..

Berjumpa Sesama Lewat Bhakti Luhur






Bersama Romo Iswandir, CM, sebanyak 11 orang pengurus dan eks pengurus konferensi mahasiswa St. Benoit Labre – Surabaya melakukan refleksi bersama di Biara Suster Passionis - Malang. Acara yang digelar tgl. 13-14 Maret 2010 itu bertujuan untuk menumbuhkan kebersamaan dan semangat pelayanan para pengurus. Hari Sabtu malam diisi dengan Pembekalan yang diberikan Romo Iswandir, CM. Dilanjutkan dengan sharing pengalaman dari pengurus Dewan Nasional selama terlibat di SSV.
Yang menarik dari rangkaian refleksi tersebut adalah acara kunjungan ke Bhakti Luhur pada hari Minggunya. Saat mengikuti Misa didalam kompleks Bhakti Luhur, kami dikejutkan dengan kehadiran sebagian peserta misa yang memiliki cacat fisik. Hati kami terasa ditusuk melihat berbagai macam penderitaan yang dialami oleh para asuhan disana. Terutama melihat anak-anak dari berbagai kalangan. Ada yang menderita Celebral Palsy, ada yang punya kaki dan jari dengan ukuran besar (mirip kaki gajah), ada yang tidak punya tangan dan kaki, ada yang buta, ada yang tidak bisa menegakkan kepala dan banyak lagi.
Kami tersentuh dengan ketabahan mereka.

Meskipun kondisi fisik yang tidak memungkinkan, namun sebagian besar masih bisa mengikuti Misa dengan baik. Misa yang dipimpin oleh Romo Gigih, CM dan Romo Iswandir, CM itu terasa mengharukan. Kunjungan ke Bhakti Luhur sebenarnya bukan yang pertama kali kami lakukan dan berjumpa dengan para penghuninya, namun mengikuti Misa dengan mereka baru kali ini kami alami. Ada berbagai macam perasaan yang bercampur aduk. Terharu, karena melihat penderitaan yang mereka rasakan. Bersyukur, karena Tuhan memberi kami fisik yang mendekati sempurna dibandingkan mereka. Bahagia karena bisa berdekatan dan bersama-sama mereka memuji Tuhan.
Selesai Misa, kami diajak berkeliling melihat dari dekat wisma-wisma tempat tinggal mereka bersama bu Yayuk. Kami sangat tersentuh melihat seorang anak yang bernama Hendra. Hendra merupakan penderita autis yang saat ini berusia 12 tahun. Akibat sering memukul kepalanya sendiri, tangannya oleh para perawat Bhakti Luhur terpaksa diikat kebelakang dengan kain. Siang itu kami juga melihat dia membawa kemana-mana kursi dibadannya. Oleh orang tuanya dia dititipkan disana sejak kecil.
Ada lagi gadis cilik berusia 8 tahun. Intan panggilannya. Meskipun tampak ada perbedaan dengan anak-anak diusianya, ia tampak terlihat cantik. Wajahnya yang imut-imut menimbulkan iba bagi siapa saja yang melihat. Terlebih bila mendengar cerita latar belakang sampai ia disana. Seakan-akan orangtuanya sudah tidak menghendaki dia lagi. Duh…gusti kasihan sekali anak ini.
Ada pula ibu-ibu dan nenek-nenek yang menempati wisma terpisah. Beberapa dari mereka sudah tidak pernah dikunjungi lagi oleh keluarganya. Ada yang masih berusaha mengingat-ingat anggota keluarganya. Namun ada juga yang sudah lupa melupakan keluarganya. Bahkan ada yang tidak suka ketika didekati. Seakan ada trauma mendalam yang dialami.
Saat ini anggota asuh ada kurang lebih 300 orang yang tinggal di Bhakti Luhur. Sedangkan para perawat dan sukarelawan yang bertugas dan sedang belajar mencapai 500 orang. Suatu angka yang besar. Untuk kebutuhan beras saja sebulan mereka membutuhkan kurang lebih 8 ton.
Kami juga belajar banyak dari para perawat dan suster yang bertugas disana. Para sukarelawan itu hidup sehari-hari bersama mereka tanpa dibayar. Mereka tampak tahu betul masalah dan cara mengatasi masing-masing orang yang menjadi tanggung jawabnya. Mereka melayani dengan penuh sukacita. Ada pula yang menjadi suster atau perawat setelah mereka sendiri pernah tinggal disana sewaktu kecil. Apa yang mereka lakukan menjadi teladan bagi kami dalam melayani para anggota asuh SSV.
Siang itu kami mensharingkan apa yang dijumpai di Bhakti Luhur. Masing-masing dari kami menceritakan perasaan, pengalaman yang didapat dari perjumpaan dengan anggota asuhan Bhakti Luhur. Bertemu dengan mereka, membuat kami, para pengurus Benoit Labre, merasa disegarkan dan disemangati.
Kami berjanji untuk melayani anggota asuh kami dengan lebih baik…….semoga.

Read More..

Rekoleksi SSV St. Maria di Bedugul - Bali





Atas prakarsa SSV St Maria Denpasar, sebanyak 36 vinsensian berkumpul pada tgl 20-21 Maret 2010 di Rumah Retret Baturiti Bedugul Bali. Prakarsa ini diawali tahun lalu ketika diadakan konsolidasi SSV Denpasar. Semula ada 2 konferensi yang sudah dimulai tahun 70an yakni St Maria terutama untuk orang dewasa dan Pierre Giorgio Frassati terutama untuk kaum muda. Namun telah lama kedua konferensi ini seperti hidup segan mati tak mau. Dalam pertemuan tahun lalu beberapa pengurus bersama beberapa simpatisan berkumpul bersama Rm Antonius Sad Budi CM dan bapak Susanto anggota senior mewakili SSV DeDar Banyuwangi. Setelah pengarahan singkat disepakati agar sementara kedua konferensi ini merger dan dibentuk pengurus yang baru. Mereka juga sepakat agar segera menindaklanjuti mengadakan pertemuan rekoleksi dan rapat untuk membangkitkan kembali SSV Denpasar. Namun rencana ini tertunda-tunda dan akhirnya baru dapat dilangsungkan di Bedugul.

Pengurus DeWil Malang, DeDar Jember, dan DeDar Banyuwangi memberikan dukungannya secara nyata dengan menghadiri pertemuan ini di tengah kesibukannya. Beberapa pengurus DeDar Banyuwangi yang masih mengurus persiapan ujian dan ulangan tengah semester berangkat sabtu malam agar dapat menyusul ikut pertemuan Minggu pagi. Selain itu konferensi Kerahiman Ilahi yang berlokasi di Negara juga ikut menyemangati dengan mengirimkan 4 orang pengurusnya dalam rekoleksi ini.
Karena rombongan DeWil dan DeDar kesulitan menemukan tempat retret ini, maka pertemuan baru dapat dimulai setelah makan jam 20.00 dengan nyanyi bersama, doa, dan perkenalan, lalu pengarahan dari Rm Sad Budi, CM mengenai Asal mula dan Spiritualitas SSV yakni mengikuti Kristus pewarta injil kepada orang miskin (Luk 4:18, Mat 11). Walau lelah dari perjalanan jauh, sesi tanya jawab berlangsung seru, khususnya tentang panggilan SSV yang dibutuhkan oleh Gereja (kesaksian iman dengan tindakan nyata menolong orang miskin) dan masyarakat. Tak terasa pertemuan sudah melampaui jam 10 malam. Walau sudah lelah dan mengantuk sebelum tidur kami sejenak berdoa adorasi bersama di hadapan sakramen mahakudus dan menerima berkat sakramen mahakudus.
Pagi hari kami mulai dengan Misa kudus jam 6.30, makan pagi, dan mulai dengan sesi mengenai Hidup dan Organisasi SSV oleh pak Erik Subiyanto wakil ketua DeNas. Dengan bantuan foto yang ditayangkan dengan LCD, pak Erik menjelaskan dengan gamblang antara lain SSV saat ini berkarya di 140 negara, dengan anggota 900 ribu orang. SSV juga saat ini memiliki perwakilan di PBB. Dalam pengarahannya, SSV Denpasar juga diminta segera mencari Pembimbing Rohani, melaporkan keberadaan SSV, menentukan hari pertemuan rutin, mencari donatur dan melakukan kunjungan rutin kepada mereka yang membutuhkan.

Setelah menerima penjelasan dilangsungkan tanya jawab. Yang menarik bukan hanya pak Erik, namun peserta lain yang telah lama di SSV juga ikut menjawab dengan sharing pengalaman yang membuat SSV Denpasar semakin memahami, yakin dan mantap. Ditekankan pula akan pentingnya menjalin relasi sebagai saudara bukan hanya dengan twinnya, namun terutama juga dengan konferensi lain se Dewan Daerah dan Dewan Wilayah. Kehadiran pengurus DeDar Banyuwangi dan DeWil Malang kiranya ditanggapi juga dengan kesediaan pengurus konferensi St. Maria untuk hadir dalam pertemuan-pertemuan DeDar dan DeWil.

Acara siang itu ditutup dengan Misa dan pelantikan para pengurus baru konferensi St. Maria Denpasar. Semoga rekoleksi itu membawa semangat baru bagi para vinsensian di pulau Dewata dalam melayani sesamanya.

Read More..