"Sepuluh kali sehari, Anda pergi kepada orang miskin, sepuluh kali pula Anda akan menemukan Tuhan "(St. Vinsensius A Paulo)

29 April 2010

Kisah dari Pinggiran Sungai Okoa - Republik Dominika


Kisah ini bagai sebuah drama kehidupan sehari-hari.
Di pinggiran sungai Okoa (aslinya tertulis Ocoa), terletak nun jauh di belahan benua Amerika Latin, terdapat sebuah stasi dengan beberapa ratus keluarga. Selama bertahun-tahun penduduk hidup dari pertanian. Mereka bercocok tanam, memanen hasilnya, sebagian dimakan dan sebagian yang lain dijual. Demikian keseharian mereka sejak nenek moyangnya.
Tetapi, bencana terjadi beberapa tahun terakhir ini. Anak-anak yang baru lahir cepat mati. Sementara yang sudah agak besar tidak mendapat nutrisi yang baik. Akibatnya, mereka tidak tumbuh dengan sehat. Sementara yang sekolah tidak bisa melanjutkan sekolahnya karena biaya tidak ada lagi. Yang dewasa menjadi pengangguran. Keluarga-keluarga muda sering cekcok, karena suami tidak memberikan uang belanja cukup. Yang lain menjatuhkan diri dalam minum yang berlebihan karena frustasi.

Mengapa semuanya itu terjadi ?

Romo Lo (Romo Louis) misionaris dari Kanada yang sudah berkarya di wilayah itu sangat prihatin. Secara telaten Romo Lo mengajak berkumpul tokoh-tokoh umat untuk saling mendengarkan. Mereka saling tukar pandangan, mengapa ‘bencana” itu terjadi di dalam hidup mereka setiap hari.
Mereka menyebut semua itu terjadi karena kekurangan uang. Tetapi, ada juga yang bertanya, mengapa mereka kekurangan uang ? Beberapa berkata, karena tidak ada lagi pekerjaan. Kenapa mereka tidak bekerja ? Tidak sedikit yang berterus terang, tanah mereka kini kering. Tanah tidak bisa diapa-apakan lagi. Mengapa tanah kering ? Tidak ada air. Mengapa tidak ada air ? Hujan tidak lagi turun dengan teratur, seperti beberapa tahun yang lalu. Sungai Okoa pun kini mengering. Wilayah hutan di sekitar itu sudah rusak oleh pembabatan yang tak bertanggung jawab.
Jadi, sampai disini, dalam kesempatan “rembugan bersama”’ mereka sampai pada kesimpulan bahwa sebab dari segala bencana hidup mereka adalah Kekurangan Air.
Kini, Romo Lo dan tokoh-tokoh umat stasi mengakhiri pertemuan dengan doa khusus mohon bantuan Tuhan agar mengirimkan air …. Apakah Tuhan mengabulkan permohonan mereka ???
Penyelenggaraan Tuhan berliku. Kerap kali datang secara tidak terduga. Demikian juga dengan apa yang terjadi pada umat stasi di pinggiran sungai Okoa.
Hari itu, Romo Lo kedatangan beberapa mahasiswi dan mahasiswa. Mereka tidak mengenal wilayah itu untuk “survey lapangan”, melihat kemungkinan apakah mereka bisa tinggal bersama mereka nantinya. Romo Lo seperti biasa menyambut mereka dengan kesederhanaan dan keramahan ala kadarnya.
Diantara mahisiswa mahasiswi yang berkunjung, ada seorang gadis yang ayahnya adalah seorang ketua konferensi SSV di Amerika. Gadis itu sebutlah Anna namanya. Anna pulang dan cerita kepada ayahnya tentang apa yang dilihat dan dirasakannya. Anna tidak berkata banyak, kecuali dengan tegas minta kepada ayahnya, Jack Esham namanya; “Papa harus kesana untuk melihat umat di pinggiran sungai Okoa !”
Jack seorang aktivis SSV yang sehari-harinya ditengah kesibukan kerja dan waktu untuk keluarga. Dalam kesempatan kunjungannya ke Okoa ia melihat dan merasakan kemiskinan yang benar-benar merupakan sebuah bencana, menggerogoti kehidupan sehari-hari anak-anak, remaja, kaum muda dan keluarga. Mereka tidak punya pekerjaan. Akibatnya, mereka tidak punya cukup uang. Ketidak-cukupan uang membuat mereka tidak bisa makan dengan baik, sebagai konsekuensinya selanjutnya banyak yang sakit dan cepat mati terutama bayi dan anak-anak. Tidak punya uang juga membuat mereka tidak mampu mengirim anak ke sekolah. Ketika mereka tidak ke sekolah, mereka tidak mampu tumbuh dengan baik, tidak punya bekal masa depan. Dan, begitulah lingkarannya kembali lagi, ketika mereka tidak mampu sekolah, mereka tidak terdidik dan mereka juga pasti kehilangan kesempatan untuk mendapat pekerjaan yang layak. Ini sebuah lingkaran sebab akibat yang tiada putus. Sebuah lingkaran setan.
Jack mendengarkan Romo Lo dan umat dipinggiran sungai Okoa, apa yang bisa dikerjakan untuk “memotong” rantai lingkaran setan ini ?
Tokoh-tokoh umat dan Romo Lo berkata, mereka bisa ‘menghidupkan kembali” lahan-lahan tanah mereka yang kering dan mengolah tanah kembali asalkan ada air. Tetapi bagaimana mendatangkan air ? Ada air, tapi ditempat yang jauh disana, di bukit atas yang jaraknya beberapa kilometer. Dibutuhkan biaya beberapa ratus juta untuk pemasangan pipa sekaligus dengan biaya pembangunan dan perawatannya.
Jack mendengarkan rancangan mereka, sembari berkata bahwa jika ada bantuan, tetap diperlukan kolaborasi yang tetap dan kokoh dari umat untuk merealisasikan proyeknya.
Jack kembali ke Amerika dengan segudang rancangan bantuan. Mulailah Jack mengerahkan konferensi-konferensi di Amerika untuk mengumpulkan dana bantuan. Dan, ketika berhasil didapat beberapa ratus juta, dimulailah proyek itu.
Okoa kembali teraliri air. Sawah menjadi menghijau lagi. Mereka menanam pohon disekitarnya untuk penahan air dan konservasi kesuburan tanah. Lahan bisa ditanami dan dipanen. Mereka mendapatkan kembali makanan yang cukup. Kematian dini anak-anak bisa ditekan seminimal mungkin. Sekolah pun juga dapat dibangun.
Dan…umat dipinggiran sungai Okoa pun kini mendapatkan KEHIDUPAN mereka kembali. Senyum dan keceriaan anak-anak pun kini menebar keindahan.
Itulah, kisah Systemic Change. Kisah yang berupa:
• Kesadaran Bersama bahwa mereka telah dirundung kemiskinan
• Gerakan Bersama bahwa mereka bisa melepaskan diri dari kemiskinan dengan kerja bersama dan “mencari bantuan” dari Tuhan dan sesama (SSV)
• Perubahan Sistem Kehidupan sehari-hari yang diupayakan Bersama.
Rm. Armada Riyanto, CM
.

1 komentar:

Erik Subiyanto mengatakan...

Kisah nyata yang sungguh menginspirasi !!! Kita juga bisa berbuat yg sama asal mau bekerjasama.