"Sepuluh kali sehari, Anda pergi kepada orang miskin, sepuluh kali pula Anda akan menemukan Tuhan "(St. Vinsensius A Paulo)

22 Mei 2009

Mengembangkan Kasih dan Hormat pada Orang Miskin


Vinsensian meneladan Santo Vinsensius dalam 5 keutamaan yang penting untuk mengembangkan kasih dan hormat pada orang miskin:
Simplisitas - ketulusan, kesederhanaan, kejujuran. Mengikuti teladan Tuhan Yesus kita mau setulus hati hanya melaksanakan kehendak Tuhan (Yoh 4:34), bebas dari pamrih apapun. Kita juga mau hidup dan berbicara sederhana agar dapat menjadi sesama dengan orang miskin yang sederhana, dan bersama mereka boleh bersyukur menerima pewahyuan Bapa (Mat 11:25). Sungguh, orang miskin seringkali menjadi guru kita untuk memahami injil dengan sikap hidup mereka.
Humilitas - menyadari bahwa kita ini hanya debu, namun Tuhan menganugerahkan segala yang baik kepada kita untuk diamalkan. Kita mengakui keterbatasan kita sebagai pribadi maupun kelompok, karena itu kita mau bekerjasama dengan siapa saja dan kelompok manapun demi kesejahteraan orang miskin. Sadar bahwa kita tak selalu muda dan kuat, maka mengikuti teladan Tuhan Yesus yang mendidik para rasul penerusnya, kita juga berusaha sungguh-sungguh dengan rendah hati menyiapkan orang-orang yang akan melanjutkan karya luhur ini.
Kelembutan hati - sabar dan hormat kepada sesama citra Allah, bagaimanapun juga penampilan fisiknya. St Vinsensius mengajarkan bahwa dibalik penampilan orang miskin yang begitu kumuh, ada Kristus sendiri (Yes 52:14). Karena itu kita harus memperlakukan mereka dengan penuh hormat dan lembut hati. Hanya dengan kelembutan hati orang miskin itu akan berani menjadi sahabat kita. Dan bukan hanya kepada mereka, kita juga harus lembut hati kepada siapa saja yang kita jumpai, karena setiap manusia adalah citra Allah sendiri.
Matiraga - menyangkal diri agar dapat mengenakan Kristus dan kasihNya, rela berkorban waktu, harta milik, tenaga, bakat, bahkan seluruh diri dengan murah hati. Yesus sendiri mengajarkan dan memberi kita teladan untuk menyangkal diri, memanggul salib, dan mengikuti Dia (Mrk 8:34). Hanya dengan demikian kita dapat memahami apa yang dipikirkan Allah, dan bukan apa yang dipikirkan manusia (Mrk 8:33)
Semangat untuk berkarya kasih - demi kesejahteraan dan keselamatan kekal sesama manusia seutuhnya. Belaskasih vinsensian bukan hanya melulu perasaan, namun belaskasih yang terwujud dalam tindakan nyata

Read More..

15 Mei 2009

Menyapa - Memberi Perhatian


Berbicara tentang orang miskin, benar kalau dikatakan orang yang paling miskin adalah mereka yang miskin kasih sayang, miskin perhatian. Aku punya satu cerita.


Ada seorang lelaki yang konon puluhan tahun silam begitu aktif di salah satu karya pelayanan gereja. Tetapi saat ini, ibarat benda yang sangat berat, dia tenggelam begitu saja. Tapi untung masih aktif misa entah mingguan atau pun harian. Uniknya lelaki ini setiap pulang misa selalu cepat-cepat. Pokok begitu romo usai kasih berkat, dia langsung ngacir, jalan cepat kayak kereta ekspress, dengan wajah tertunduk.


Suatu hari aku berkesempatan ke rumahnya, walau tidak terlalu kenal sih. Memasuki rumahnya aku berkata dalam hati, ini potret orang miskin. Di ruangan berukuran sekitar 2x3 m dia melakukan semua aktivitasnya, termasuk makan, masak dan tidur.Aku berbicara lebih lanjut dengan dia,termasuk kenapa selalu terburu-buru pulang setelah misa. Jawabannya satu Minder.

Minder, jawaban itu menunjukkan satu hal, bahwa sering kita cuek bahkan tersenyum pun tidak terhadap mereka yang merasa tersisih. Mendengar jawabannya, aku berjanji untuk selalu menyapanya setiap kali pulang misa. Tapi masalahnya, setiap kali aku selesai doa penutup, lelaki itu sudah menghilang.

Teman-teman ....... kita bisa mengulurkan tangan dalam hal apa pun bagi sesama untuk membuat mereka 'kaya'. Bahkan dengan hal yang paling sederhana pun, yang setiap dari kita bisa melakukannya, memberi senyum, menyapa, memberi perhatian. Mari kita mulai dari hal-hal kecil ini. (It is the true story)

by Kurnia Dewi - Jember

Read More..

13 Mei 2009

Saya sedang Mencari Pekerjaan


Pukul 12 siang itu matahari sedang terik-teriknya. Udara panas di Jakarta terasa menyesakkan dada. Untung aku segera mendapat taxi Blue Bird yang melintas di depan kantor Mc Donald. Udara AC yang berhembus didalam taxi membuat perasaanku menjadi nyaman. Ah, seandainya taxi ini tidak memakai AC entah apa jadinya. Dirumah aku sudah terbiasa pakai AC. Baru berjalan 5 menit, tiba-tiba mataku tertuju pada seorang laki-laki kurus tinggi berbaju putih yang berdiri dipinggir trotoar. Pandangan matanya tampak sayu. Gurat-gurat dibawah kelopak matanya tampak jelas. Sambil memegang dadanya, laki-laki itu berdiri di pinggir jalan Terogong dengan membawa tulisan yang tertera pada kertas manila. Kertas itu digantungkan dilehernya dengan seutas tali rafia. Aku menaksir usia pria itu berkisar 40 – 45 tahun. Yang membuat hatiku tercekat adalah tulisan besar yang ia buat “saya sedang mencari pekerjaan”. Lalu lintas yang padat membuatku bisa agak lama memandangi pria itu.

Pria itu membentangkan tulisan itu didadanya. Tanpa bersuara, tampaknya ia berusaha agar setiap orang yang melintasi jalan itu bisa melihat apa yang dia bawa. Pikiranku mencoba untuk melihat apa yang dipikirkannya. Mungkin saja pria itu sudah berusaha mencari lowongan kerja dimana-mana. Mungkin saja dia sudah keluar masuk kantor. Kalau dia sudah berkeluarga, mungkin saja saat ini istrinya sedang menunggu dengan resah. Mungkin saja anaknya butuh uang untuk sekolah, mungkin saja….. Ah, segala kemungkinan bisa saja terjadi. Yang pasti pria itu menunggu seseorang yang bisa memberinya pekerjaan. Betapa angkuhnya Ibukota, batinku. Kota yang dikejar oleh banyak orang ternyata tidak bersahabat dengan pria itu. Apa yang dilakukan pria itu benar-benar butuh keberanian. Pasti dia sangat butuh pekerjaan, tampaknya dia tidak lagi malu untuk menyampaikannya keorang lain, dengan cara apapun.
“Pak, sudah sampai”, aku kaget saat supir mengingatkanku. Ternyata taxi itu sudah berhenti didepan hotel Sahid, tempat aku menginap di Jakarta.
Tiba-tiba, aku menjadi sadar betapa aku sering mengeluh. Betapa aku sering tidak bersyukur atas apa yang kudapatkan dari kebaikan Allah. Dibandingkan dengan pria itu, meskipun aku tidak tahu pasti bagaimana keadaan sesungguhnya, toh aku pikir masih lebih baik. Aku masih bisa bekerja, menghidupi anak-istriku. Penghasilanku juga masih diatas rata-rata masyarakat yang lain. Aku masih bisa menikmati rekereasi disela-sela hari liburku. Namun, aku seringkali merasa kurang. Aku masih sering berpikir bahwa aku belum punya ini, belum punya itu. Kadangkala aku sering membandingkan dengan teman-teman yang lebih berhasil dari sisi ekonomi. Berapa kali aku tergoda untuk mencari pekerjaan lain dengan tawaran yang lebih menarik.
Aku juga teringat akan keadaan yang dihadapi para anggota asuhan SSV yang aku kenal. Mereka sangat sering berhadapan dengan kesulitan hidup terutama dari segi ekonomi, tapi banyak diantara mereka yang tetap tampak bahagia.
Aku menangis. Pria itu mengingatkanku untuk selalu bersyukur. Ampuni aku, Tuhan.

Read More..

12 Mei 2009

Pekerjaan atau Pelayanan


Bila anda melakukannya untuk mendapatkan nafkah …itu adalah pekerjaan
Bila anda melakukannya untuk Tuhan dan Sesama ….itu adalah pelayanan

Bila anda keluar karena ada yang mengkritik ….itu adalah pekerjaan
Bila anda terus bekerja sekalipun dikritik habis-habisan …itu adalah pelayanan

Bila anda berhenti karena tidak ada yang berterima kasih …itu adalah pekerjaan
Bila anda terus bekerja meskipun tidak pernah dikenal siapapun …itu adalah pelayanan

Bila anda merasa semakin sulit menikmati apa yang anda kerjakan …itu adalah pekerjaan
Bila anda semakin sulit untuk tidak menikmatinya …itu adalah pelayanan

Bila yang anda pikirkan itu adalah kesuksesan …itu adalah pekerjaan
Bila yang anda pikirkan itu adalah kesetiaan …. Itu adalah pelayanan

SSV akan menjadi biasa-biasa saja, bila dipenuhi oleh orang-orang yang hanya bekerja atau bahkan hanya bisa berkata-kata ?!!
SSV akan menjadi luar biasa, bila dipenuhi oleh orang-orang yang mau melayani !!!
Barangsiapa ingin menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka diantara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. (Mrk 10:43b-44)

Read More..

11 Mei 2009

Bakti Sosial di Ngrambe - Ngawi






Mencari Yesus dalam diri orang miskin. Itulah yang dikerjakan oleh sebagian anak muda yang melakukan acara Bakti Sosial pada tgl. 10-11 Januari 2009 di stasi Ngrambe kabupaten Ngawi. Enam Konferensi muda di Surabaya bekerjasama melayani para sepuh yang menderita. Konferensi yang terlibat itu adalah St. Benoit Labre – Kristus Raja, Bunda Teresa - Kenjeran, St. Stanislaus, St. Catarina Labore, St. Dominikus Savio dan St. Yakobus - Kepanjen. Para peserta sebanyak 60 orang berangkat bersama dari paroki St. Marinus Yohanes - Kenjeran pkl. 14.00 dengan menggunakan 2 bus, 1 truk dan 2 mobil. Sampai di Ngrambe pkl. 21.00 malam para vinsensian muda itu disambut senyum ramah dari rekan-rekan vinsensian Ngawi. Kegiatan malam hari tersebut diawali dengan misa oleh Romo Iswandir, CM Setelah misa para Vinsensian berkumpul untuk ramah tamah dengan tuan rumah. Ketua DD Ngawi, Bpk. Agus, pada kesempatan itu memperkenalkan para pengurus Dewan daerah dan beberapa konferensi yang ada disana. Beliau menyampaikan terima kasih atas perhatian yang diberikan oleh rekan-rekan muda tadi. Malam itu para peserta tidur beramai-ramai di ruang bangsal. Kelelahan akibat perjalanan panjang membuat sebagian dari mereka bisa menikmati istirahat malam itu.
Keesokkan harinya bakti sosial dilakukan dirumah salah seorang umat yang sering digunakan untuk acara-acara sosial kemasyarakatan. Bakti sosial itu selain membagikan sembako juga ada pemeriksaan dan pemberian obat secara gratis. Para vinsensian juga melibatkan 6 dokter umum, 4 dokter gigi, 1 apoteker dan 2 perawat. Sebagian besar mereka yang mendapat bantuan adalah orang-orang yang sudah tua dari daerah disekitar Ngrambe. Tercatat mereka yang mendapat pengobatan sebanyak 245 orang.Betapa indahnya kerjasama yang dilakukan oleh anak-anak muda tadi. Itulah salah satu impian Frederic Ozanam pada waktu beliau mendirikan SSV.

Read More..

Semangat Kemiskinan antar anggota SSV


Kata kemiskinan mempunyai arti yang komplek dan kurang jelas. Sebagai contoh, dapat dikatakan bahwa kemiskinan adalah suatu keadaan ekonomi. Tetapi kemiskinan adalah suatu sifat pembawaan seseorang. Kitab Injil menafsirkannya dalam kedua arti tersebut, dua arti yang saling mengisi. Dalam hal ini sangatlah penting menganalisa secara ringkas "kebijakan dari pada kemiskinan itu", sebab ia berhubungan erat dengan "kebajikan cinta kasih". Hanya mungkinlah bagi seseorang bercakap-cakap dengan kaum miskin, jika ia sendiri miskin atau berlaku miskin. Ia akan diterima dengan tangan terbuka jika ia turut merasakan penderitaan mereka dan ini merupakan rahmat bagi si pengunjung ini. Bagi mereka masing-masing menurut panggilannya, hal ini seakan-akan menyaksikan pertama dari Tujuh Kebahagiaan dengan jalan hidup dalam semangat kemiskinan. Hidup yang tak dapat dipisahkan dari kekurangan-kekurangan yang toh diterima dengan pasrah dan senang hati.

Di atas segala-galanya, semangat kemiskinan ini adalah juga semangat membagi-bagi, hasrat untuk tidak menimbun harta tanpa mempergunakannya dengan baik. Kecuali dalam hal-hal tertentu, "kaul kemiskinan " seperti yang diucapkan kaum biarawan, tidaklah cocok dengan tanggung jawab kaum awam. Namun demikian, jika harta dan bakat kita, kita peruntukkan bagi suatu kebajikan, yaitu untuk membantu sesama kita, inipun bisa dinamakan "kemiskinan".
Sekurang-kurangnya, semangat "membagi-bagi" itu kelihatan pada keinginan kita untuk memberi sesuatu dengan rendah hati. Seseorang memberikan waktunya dan selalu ada jika diperlukan. Yang lain membagikan uangnya, yang lain pengetahuannya, ataupun tenaganya. Ada pula yang memberikan hiburan dan kebahagiaan yang memancar dari dirinya. Tanpa pengecualian, setiap orang Kristen, sampai yang paling berkekurangan sekalipun, dapat mengambil bagian dalam semangat ini. Dengan demikian, sedikit demi sedikit ia pun belajar "menyerahkan dirinya sendiri", menurut ilham rahmat yang diterimanya. "Membagi-bagi" itu agak berbeda dengan "hadiah" dan sama sekali lain dari pada "sedekah". Dalam "membagi-bagi" terdapat pertukaran dan keuntungan timbal balik.

Read More..

Serikat dengan semangat kaum muda




Karena serikat ini telah didirikan oleh dan untuk kaum muda, yang persaudaraannya diteruskan sampai mati, kecondongan asli dan tetap dari Serikat ini selalu diarahkan pada "semangat kaum muda". Hal ini sejak semula sudah dinyatakan dalam peraturan dan akan merupakan unsur yang tetap. Tetapi di sini pun SSV harus waspada, karena tiap manusia lama kelamaan akan kehilangan kesegaran fisiknya. Jadi haruslah Serikat ini diremajakan dalam semangatnya dan penerimaan anggota-anggota muda.
Jiwa kaum muda adalah dinamisme, semangat yang berkobar-kobar dan peneropongan masa depan. Mereka sanggup mengambil resiko, mempunyai daya khayal yang mencipta dan yang terutama ialah mereka memiliki daya penyesuaian diri; inilah yang merupakan ciri khas kaum muda. Hal ini jauh lebih penting dari pada penyesuaian yang agak dipaksakan. Karena jika seseorang tak sanggup lagi menyelaraskan dirinya, kelihatannya ia seperti sel yang membatu saja.
Dalam arti semangat kaum muda inilah, maka SSV dapat dinamakan suatu "gerakan cinta kasih dan kerasulan". Tentu saja karena masih muda dalam usia, tak selalu dapat terjamin mutu yang tinggi dari semangat kaum muda ini, meskipun tentunya serikat ini mempermudah hal itu. Untuk menambah anggota dan di lain pihak juga untuk menjaga kesetiaan pada tradisi-tradisi asli serikat dan Ozanam, perlulah dibina persaudaraan dengan kaum muda, memaklumi mereka, bercakap-cakap dengan mereka dengan penuh kesabaran, memberikan mereka tanggung jawab dan berlaku muda seperti mereka.

Read More..

Suatu Panggilan : pelayanan langsung kepada kaum miskin


Suatu "panggilan" dalam arti kata yang luas adalah suatu kesadaran yang diterangi oleh rahmat Roh Kudus. Jika seseorang pada suatu hari tiba-tiba ingin menjadi anggota atau "saudara" dalam SSV, itu artinya bahwa ia hendak menyatakan ke-Kristenannya dalam suatu perbuatan. Ini bukan hanya panggilan cinta kasih Kristus yang biasa terhadap semua orang. Ciri khas panggilan ini adalah hasrat yang besar untuk mengambil bagian secara "pribadi dan langsung" dalam "melayani kaum miskin". Caranya ialah dengan secara pribadi memberikan "hati dan persahabatan", dan melaksanakannya dalam suatu "kelompok persaudaraan yang terdiri atas orang-orang awam yang diilhami panggilan yang sama".
Panggilan ini dapat dinyatakan dalam banyak cara dan berbagai ungkapan. Suatu perbuatan yang nyata, "renungan", penyesuian diri dengan dunia yang berubah-ubah dan bermacam-macam - semua ini adalah hidup setiap anggota serikat, hidup SSV.
Mula-mula, pada masanya Ozanam, tugas itu dinyatakan sebagai "kunjungan ke rumah-rumah orang miskin", tugas yang dianggap sebagai ciri khas kegiatan SSV. Tetapi sekarang penafsiran harus diubah dan disesuaikan dengan zaman. Sekarang tak boleh kita puas dengan "pemberian sedekah" saja. Kita perlu juga mengadakan percakapan pribadi dengan yang menderita (dengan tak memandang corak penderitaannya).
Kita tak boleh menimbulkan kesan seolah-olah pihak kita adalah "bapak", tetapi sebaliknya dengan sikap saling mempercayai, dengan menghormati orang-orang ini dan kediamannya yang keramat, dengan persahabatan dan pelayanan timbal balik dan dengan segala kehangatan cinta.
Segala perbuatan amal yang dapat dijiwai semangat yang demikian itu cocok untuk pekerjaan dan usaha SSV.

Panggilan yang demikian dapat dikerjakan seorang diri, tetapi hanya dapat dirasakan dan dipertahankan kehadirannya dalam suatu kelompok. Di sini orang dapat menikmati kebahagiaan dalam persamaan cita-cita, serta menikmati penghormatan yang lebih jitu atas kemuliaan kaum miskin. Penghormatan yang dibantu secara anonim oleh suatu kelompok manusia, dari orang-orang yang paling miskin sampai paling kaya.

Read More..

Prinsip Umum Keanggotaan


Serikat terbuka bagi semua orang yang mau menghayati imannya dalam mengasihi dan mempersembahkan dirinya bagi sesama yang miskin untuk menjadi anggota. Kita bukan serikat yang tertutup atau eksklusif. Sebaliknya, hanya bila kita berkembang nyatalah bahwa kita memang memberikan kesaksian kasih. Kegagalan kita untuk menarik anggota baru harus diwaspadai sebagai tanda tidak beresnya konferensi kita. Itu dapat menjadi tanda bahwa kita tidur, tak lagi peka pada kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, atau di antara kita tak lagi ada kasih bahkan mungkin konflik berkepanjangan. Kita harus senantiasa maju dan mengembangkan kerasulan kita, terbuka pada gagasan baru yang muncul demi perkembangan Serikat, menghindari sikap apatis yang mudah puas dengan apa yang telah kita lakukan (Pendahuluan Pedoman SSV,1845)
Di beberapa negara situasi memungkinkan kita untuk menerima anggota dari Gereja kristen lain, bahkan orang non kristen yang dengan tulus mau menghargai dan menerima identitas katolik dan prinsip-prinsip Serikat. Namun kita harus melakukannya dengan hati-hati agar tidak membahayakan iman katolik dan penghayatannya dalam Serikat. Ketua, wakilnya, dan Pembimbing Rohani haruslah seorang katolik. Dalam hal ini sebaiknya Serikat berkonsultasi dengan Konferensi Waligereja setempat.
Serikat tidak membedakan gender, kekayaan, pekerjaan, status Santo atau suku dari anggotanya. Betapa menyenangkan dan mempesona melihat orang dari berbagai status Santo, posisi, pandangan, dan usia, dipersatukan ikatan iman yang kudus, belajar saling mengasihi (Pendahuluan Pedoman SSV 1845)

Read More..

10 Mei 2009

Tujuan dan Panggilan Kita




1.Panggilan Vinsensian
Dalam iman tujuan diyakini sebagai panggilan dari Tuhan sendiri. Panggilan dari anggota Serikat yang disebut Vinsensian adalah mengikuti Kristus untuk melayani mereka yang membutuhkan dan dengan demikian memberi kesaksian tentang belaskasih dan cintaNya yang membebaskan. Panggilan ini diwujudkan dalam kontak langsung dan pribadi dengan Kristus dalam orang miskin. Kita melayani dalam pengharapan bahwa apa yang kita lakukan bersama Allah akan membawa kebaikan bagi orang miskin yang mereka kunjungi dan layani, dan dengan demikian juga membawa kebaikan bagi dunia sebagai tanda mulai hadirnya Kerajaan Allah sebagaimana diwartakan Tuhan Yesus Kristus. Optimisme inilah yang membuat kita melayani dengan penuh kegembiraan walaupun menghadapi berbagai masalah.

2. Panggilan untuk seluruh hidup kita
Panggilan Vinsensian mengikuti Kristus dihayati dalam seluruh hidup kita sehari-hari, setiap saat dan dalam segala situasi, membuat kita lebih peka dan penuh perhatian dalam keluarga kita, di tempat kerja, maupun dalam pergaulan. Keanggotaan kita dalam konferensi hendaknya tidak menjadi bagian yang terpisah dari seluruh hidup kita. Sebaliknya pengalaman kita dalam konferensi dan kontak kita dengan orang yang miskin dan menderita, doa pribadi maupun bersama kita, harus mewarnai seluruh hidup kita, bukan hanya sesaat, namun setiap saat; sebagai orang-tua, sebagai anak, sebagai karyawan atau majikan, sebagai sahabat. Kita harus memastikan bahwa dalam segalanya itu kita dipimpin oleh kasih kita kepada Kristus dengan bimbingan Roh Kudus.

Read More..

Sejarah Serikat Sosial Vinsensius




Serikat Sosial Vinsensius (SSV) atau yang dikenal juga sebagai St. Vincent De paul Society (SVDP) adalah komunitas kristiani internasional, didirikan di Paris tahun 1833 dengan perhatian utama membuat Gereja dan iman katolik sungguh tanggap pada kondisi masyarakat, terutama mereka yang miskin dan terlantar.
Serikat ini diawali oleh sekelompok kaum muda dan mahasiswa yang prihatin akan keadaan Gereja dan masyarakatnya pada waktu itu. Saat itu masih jaman Revolusi Prancis yang mulai meletus 1789 dan terus berkepanjangan. Rakyat marah pada kaum bangsawan dan Gereja yang dianggap kurang peduli pada penderitaan rakyat, bahkan seringkali berpihak pada orang kaya dan bangsawan. Memang ada beberapa hirarki dan tokoh katolik yang peduli dan tanggap menolong orang miskin, namun jumlah dan gerakan mereka kurang nampak. Banyak tokoh yang membela rakyat menyerang Gereja baik secara fisik, maupun dengan ajaran yang membawa suasana anti gereja.
Ozanam dan sekelompok temannya rajin mengadakan pertemuan dan membuka diskusi untuk membela Gereja. Mereka setuju bahwa Gereja harus berubah, namun dengan ajakan penuh kasih, bukan dengan menyerangnya. Mereka rajin mempelajari sejarah Gereja dan menunjukkan peran Gereja dalam perkembangan sastra dan ilmu yang sangat berguna bagi umat manusia. Usaha mereka ini agak meredakan suasana anti gereja di kampus. Namun kemudian beberapa lawannya kembali mengecam karena mungkin di masa lalu Gereja telah berbuat banyak untuk kemanusiaan, namun apa yang dilakukan Gereja saat itu ketika rakyat demikian menderita?

Salah seorang dari mereka Auguste le Taillandier mengungkapkan kegelisahannya bahwa mereka memang harus bertindak. Ozanam yang sebenarnya telah lama mempunyai keprihatinan yang sama merasa yakin bahwa memang sudah saatnya untuk bertindak. Mereka menghubungi Prof Emmanuel Bailly sahabat dan pendamping kaum muda ini. Kemudian mereka menghadap pastor paroki untuk menyatakan gagasan mereka. Pastor sulit memahami maksud mereka dan menganjurkan mereka untuk mengajar katekese. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengadakan pertemuan di kantor Le Tribune percetakan Prof Bailly pada tanggal 23 April 1833, kebetulan hari itu tepat ulang tahun Frederic Ozanam yang keduapuluh. Disitulah Auguste Le Taillandier, Frederic Ozanam, Paul Lamache, Francois Lallier, Jules Deveaux, Felix Clave memulai Serikat Cintakasih dan Prof Emmanuel Bailly diminta menjadi ketua mereka. Kemudian direncanakan tindakan langsung untuk menolong orang miskin dengan membantu Sr Rosalie Rendu PK yang waktu itu sangat terkenal dengan karyanya untuk orang miskin. Sr Rosalie Rendu PK dianggap oleh SSV sebagai Pembimbing Rohaninya yang pertama.
Semula puas dengan keakraban mereka berenam, mereka tak berminat untuk menerima tambahan anggota. Namun Ozanam menyadarkan mereka untuk menjadi kelompok yang terbuka untuk menerima anggota baru. Demikianlah anggota mereka semakin bertambah.
Tanggal 4 Februari 1834 Jean Leon le Provost (1803-1874) anggota tertua waktu itu selain Bailly mengusulkan agar Santo Vinsensius yang terkenal kasihnya pada orang miskin menjadi pelindung, teladan dan nama serikat. Santo ini juga penggerak kaum awam dalam Gereja. Pada kenyataannya dibawah bimbingan Sr Rosalie Rendu sebenarnya sejak awal serikat telah menghayati spiritualitas santo Vinsensius. Mereka sepakat menyetujui, bahkan selanjutnya dalam pertemuan mereka juga membaca “Kisah Santo Vinsensius pelayan orang miskin” agar mereka semakin dapat meneladan orang kudus tersebut. Betapa rinci santo Vinsensius menulis tentang pelayanan kepada orang miskin. Tak ada inspirasi dan teladan yang lebih tepat dari santo ini bagi serikat kaum muda itu. Santo yang menyebut orang miskin “Tuhan dan Guru”. Jean Leon le Provost juga mendirikan Pusat Kaum Muda dan Kongregasi Bruder St Vinsensius Depaul.
Leonce Curnier orang muda yang pernah menghadiri Pertemuan Serikat pada bulan Juni 1834 demikian terkesan. Ketika beberapa bulan kemudian dia kembali ke Nimes anak saudagar sutera itu menulis kepada Ozanam bahwa dia mendirikan perkumpulan yang sama di kotanya. Ozanam bersukacita mendengar perkembangan pertama Serikat di luar Paris itu.
Sementara itu serikat yang di Paris anggotanya juga terus berkembang. Akhir 1834 Ozanam ingin agar serikat dipecah, tapi Le Perriere menentang dengan keras. Perdebatan berlangsung dengan sengit. Bailly dengan bijaksana menunda pemecahan itu. Februari 1835 ketika anggota sudah hampir 60 orang, mereka sepakat untuk memecah serikat. Selanjutnya Serikat ini terus berkembang di berbagai kota di Prancis, bahkan juga ke luar negri.
Serikat mengenang para pendiri dengan penuh syukur karena teladan yang mereka berikan untuk mengabdi orang miskin dan Gereja. Roh Kudus jelas sekali menaungi mereka semua tatkala mereka berkumpul pada pendirian serikat itu, meneguhkan karisma mereka masing-masing. Di antara mereka Beato Frederic Ozanam menjadi sumber inspirasi yang luarbiasa. Serikat ini sejak berdirinya adalah katolik dan tetap menjadi organisasi awam katolik internasional. Para pendirinya adalah awam katolik sejati yang bersemangat mewujudkan rahmat dari Sakramen Baptisnya sebagaimana diteguhkan oleh Konsili Vatikan II lebih dari seratus tahun kemudian.
Sumber: selain Rule Dewan Umum, juga Madeleine des Rivieres, OZANAM, un savant chez les pauvres, editions Bellarmin, Montreal, 1989 (1983)

Read More..