"Sepuluh kali sehari, Anda pergi kepada orang miskin, sepuluh kali pula Anda akan menemukan Tuhan "(St. Vinsensius A Paulo)

19 September 2011

Umat Kristiani Harus Pahami Orang Miskin


Umat Kristiani yang fokus pada pemberantasan kemiskinan dan ketidakadilan hendaknya mengembangkan spiritualitas mereka sendiri. Mereka harus mencoba hidup di tengah orang miskin agar bisa memahami dengan lebih baik tentang situasi hidup mereka.
Banyak orang di seluruh dunia tidak menyadari kehidupan yang dialami kaum marjinal, karena mereka sendiri menjadi sasaran materialisme yang tak terkendali sehingga mereka menjadi individualistis dan egois,” kata Anton Meemana, guru besar filsafat dan fenomenologi agama dalam rekonsiliasi dan perdamaian di Universitas La Salle di Filipina. “Hal ini tidak beda dengan banyak umat Kristiani di Sri Lanka karena gaya hidup mereka menggoda mereka untuk semakin konsumtif,” kata Meemana, yang juga seorang dosen tamu di Universitas Kelaniya, Sri Lanka.

Ia berbicara selama Kuliah Peringatan tentang Ibu Teresa di auditorium Caritas Sri Lanka di Colombo, Senin (12/9). Ia mengatakan dengan hidup bersama orang miskin, “Kita bisa belajar dari mereka bagaimana mereka merasakan kekurangan.”
Semua masalah manusia adalah problem spiritual dan solusi-solusinya adalah juga spiritual. Masyarakat kita butuh landasan spiritual yang mendalam, bukan landasan materi,” katanya kepada para pastor, suster dan tokoh awam.
Seorang pribadi beragama yang benar adalah seorang pribadi spiritual, seorang pribadi yang adil, seorang pribadi yang otentik. Setiap individu harus coba menghidupkan sebuah kehidupan yang adil dengan integritas pribadi dan itu bisa membantu menempa masyarakat yang adil. Kita juga perlu pemimpin dengan integritas yang baik. Itu merupakan tanggung jawab dari setiap orang Kristen untuk menjadi berkat bagi orang lain,” lanjutnya.
Andrew Samaratunge, ketua Gerakan untuk Keadilan, Perdamaian dan Rekonsiliasi Sri Lanka sepakat dengan argumen Profesor Meemana. “Kemiskinan dan Ketidakadilan di negeri ini saling terkait. Sebagian besar orang kaya tidak ada bedanya dengan penderitaan yang dialami orang miskin dan termarjinal,” katanya.
Umat Kristiani secara keseluruhan, bukan hanya pemimpin Gereja, harus memeriksa nurani mereka terkait dengan kewajiban mereka untuk menjamin keadilan bagi orang miskin dan terpinggirkan, katanya.
www.cathnewsindonesia.com

Tidak ada komentar: