"Sepuluh kali sehari, Anda pergi kepada orang miskin, sepuluh kali pula Anda akan menemukan Tuhan "(St. Vinsensius A Paulo)

01 Februari 2012

Menarik Kaum Muda

Saat ini di Indonesia berdasarkan data terakhir yang dimiliki Dewan Nasional SSV hanya ada sekitar 11 % dari total 350 konferensi yang beranggotakan anak muda. Kondisi ini perlu menjadi catatan tersendiri dalam pengembangan serikat di tanah air. Padahal bila melihat pada sejarah diawal pendiriannya tahun 1833 di Paris, motor penggerak SSV adalah para mahasiswa yang nota bene adalah kaum muda. Saat itu Ozanam bersama teman-teman mahasiswanya bangkit mulai bekerja untuk melayani orang miskin. Mereka begitu bersemangat dalam pelayanan, sesuai dengan jiwa dinamis yang menyertainya.


Problem yang dialami oleh SSV juga sering dihadapi oleh kelompok-kelompok kategorial yang lainnya. Apa penyebab dari kurangnya minat kaum muda untuk terjun di aktivitas sosial ? Perilaku Hedonisme yang berkembang di kalangan muda ditunjuk sebagai salah satu “kambing hitam”. Di kota-kota besar tumbuhnya mal-mall, pusat perbelanjaan serta hypermarket ikut mempengaruhi perilaku anak muda. Tayangan televisi dengan berbagai macam acara hiburannya banyak yang menampiljan pesan-pesan kemewahan, menggelontor setiap hari dalam waktu 24 jam. Selain itu perkembangan dalam dunia teknologi yang sangat pesat juga membuat berkurangnya hubungan sosial atau antar pribadi di masyarakat. Internet merupakan sesuatu yang bukan lagi aneh bagi anak muda dimana mereka bisa mencari informasi apapun disana selama 24 jam sehari.




Menyadari akan kondisi itu, maka akhir-akhir ini para anggota Dewan di tingkat daerah, wilayah maupun Nasional memberikan perhatian tersendiri kepada kaum muda di tanah air. Salah satu butir rekomendasi yang diputuskan dalam pertemuan tahunan 2008 di Sarangan - Magetan juga menegaskan bahwa sampai dengan tahun 2010 setiap Dewan Wilayah akan membentuk konferensi baru yang anggotanya khusus terdiri dari anak muda. Butir rekomendasi yang lain juga mengatakan bahwa akan ada pembinaan kaum muda di masing-masing Dewan Wilayah dalam tahun 2009.
Beberapa Dewan Wilayah telah dan mulai melakukan pembinaan untuk kaum muda itu.

Memang, menarik minat kaum muda dibutuhkan kesabaran. Dalam pertemuan baru-baru ini, seorang vinsensian muda menceritakan bahwa dia masuk SSV “tanpa terasa dijebak”. Melibatkan secara tidak langsung pada kegiatan-kegiatan SSV, tanpa menuntut banyak pada dirinya membuat ia akhirnya jatuh cinta pada SSV.

Kabar yang menggembirakan datang setelah Dewan Nasional menyelenggarakan TMKV (Temu Kaum Muda Nasional ) yang diadakan di Wisma Bethlehem – Malang Bulan Juli 2011 yang lalu. Bak “gelombang tsunami” antusiasme dari vinsensian muda menular ke daerah-daerah. Dimulai dari DD Surabaya, DD Klaten, Dewil Madiun, DD Yogya, Dewil Lampung semua berinisiatif mangadakan acara yang serupa dengan TMKV itu. Lalu tanpa dikomando, mereka membuat group “SSV Kaum Muda” di media sosial Facebook. Keberadaan group ini meramaikan group-group SSV. Ini merupakan sarana yang baik bagi berkembangnya SSV di tanah air.

Saat ini dari beberapa informasi mulai tampak tumbuh beberapa konferensi muda seperti di Madiun, Surabaya, Lampung, Klaten. Kemudian ada harapan konferensi muda juga tumbuh di Jember juga Banyuwangi. Nah …mari kita bina jiwa muda ini untuk berkarya dengan sesama.
Alangkah indahnya bila pertemuan kita banyak dihadiri oleh kaum muda. Mereka akan menjadi tulang punggung bagi karya SSV di masa yang akan datang.

Mengajak, mengundang dan melibatkan kaum muda adalah tugas kita bersama. Tidak hanya tugas Dewan Nasional, Dewan Wilayah ataupun Dewan Daerah, tapi ini tugas setiap vinsensian untuk merangkul anak muda dalam karya sosial. Sebuah tugas yang tak kalah pentingnya dengan pelayanan yang dilakukan oleh SSV itu sendiri….

Tuhan memberkati.
Erik

Read More..

14 Desember 2011

Kata-kata Vinsensius

“Bila anda terpaksa meninggalkan doa untuk melayani orang miskin, jangan cemas, karena itu berarti meninggalkan Tuhan untuk berjumpa lagi dengan Tuhan dalam diri orang miskin.” (Vinsensius)
================


===================
“Inilah alasan yang membuat anda harus melayani orang-orang miskin dengan hormat, sebagai majikan anda, dan dengan bakti, yaitu bahwa mereka mewakili pribadi Tuhan kita, yang berkata: Apapun yang engkau lakukan untuk salah seorang saudaraku yang paling hina ini, engkau lakukan untuk aku.” (Vinsensius)

Read More..

17 November 2011

Matahari Terbit di Panti Semedi

Konferensi Santa Maria Immaculata - Klaten dalam kegiatannya juga melayani koor atau paduan suara, baik untuk mengiringi Ekaristi Minggu di Gereja ataupun Ekaristi untuk ujub tertentu seperti Ekaristi Perkawinan dan sebagainya. Kelompok koor tersebut kami beri nama Paduan Suara SSV “Kevin Choir”. Dalam mengiringi Ekaristi untuk Ujub tertentu biasanya kami mendapat honorarium yang nominalnya tidak kami tentukan melainkan seikhlasnya saja dan hasilnya bisa untuk menambah kas konferensi.
Merupakan sebuah kenangan indah yang tak terlupakan bagi PS “Kevin Choir” ketika kami diminta untuk mengiringi Perayaan Ekaristi Bapak Uskup. Saat itu, tanggal 19-20 Maret 2011 bertempat di Rumah Retret Panti Semedi diselenggarakan rekoleksi Keluarga Besar Dokter Katolik se Jogja-Solo-Semarang. Pada hari Minggu, 20 Maret 2011 kegiatan tersebut ditutup dengan Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Bapak Uskup Agung Semarang, Mgr. Yohanes Pujosumarto dan PS “Kevin Choir” mendapat kesempatan emas sebagai koor pengiring. Berhubung di kapel Panti Semedi yang tersedia adalah buku Madah Bakti, oleh panitia kami diminta untuk mengambil lagu-lagu dari Madah Bakti. Tepat pukul 11.00 kami lantunkan lagu “Dijenjang Maaf” sebagai lagu pembuka, dan selanjutnya menggemalah tembang-tembang kenangan era tahun 80an, harap maklum bahwa mulai tahun 1990 di Paroki Klaten dalam Perayaan Ekaristi tidak lagi memakai buku Madah Bakti melainkan telah menggunakan buku yang baru yaitu Puji Syukur.


Dalam kotbahnya Bapak Uskup mengharap para Dokter Katolik dapat menjadi dokter yang penuh welas asih, sebagaimana telah dicontohkan Yesus Sang Maha Dokter yang telah menyelamatkan manusia dari kematian akibat dosa dengan mengorbankan nyawaNya sendiri. Sebagai ilustrasi Bapak Uskup bercerita, ketika menghadiri undangan acara doa bersama pada masa tanggap bencana erupsi Merapi. Saat menyampaikan sambutannya Bapak Uskup mengisahkan mimpinya, suatu ketika disebuah pondok pesantren Pak Kyai tengah memberikan wejangan kepada para santrinya.
Kata Pak Kyai : “Anak-anakku apakah kalian sudah mengerti, kapan atau bilamana matahari terbit ?” setelah berpikir sejenak beberapa santrinya mencoba memberikan jawaban. Ada yang menjawab pukul 05.30 habis subuh, santri yang lain menjawab pada saat ayam jantan berkokok, dan santri lainnya lagi menjawab pada saat langit timur semburat kemerahan. Dari jawaban-jawaban para santri tersebut tidak satupun yang berkenan bagi Pak Kyai. “Anak-anakku jawabanmu semuanya tidak salah, namun ada jawaban yang merupakan kebenaran hakiki : bahwa sesungguhnya matahari terbit dari lubuk hatimu ketika kamu memandang mereka yang memerlukan pertolongan, mereka yang membutuhkan bantuan, mereka yang mengharapkan santunan, mereka semua adalah sebagai saudara-saudaramu sendiri….you are my sunshine”.


               You're my sun when the rain is falling
               You're the moon when the night comes
               You're the air that I am breathing
               You're the one that makes me believe in destiny


Klaten, 20 Maret 2011


R. Tri Wahyanto

Read More..

19 September 2011

Umat Kristiani Harus Pahami Orang Miskin


Umat Kristiani yang fokus pada pemberantasan kemiskinan dan ketidakadilan hendaknya mengembangkan spiritualitas mereka sendiri. Mereka harus mencoba hidup di tengah orang miskin agar bisa memahami dengan lebih baik tentang situasi hidup mereka.
Banyak orang di seluruh dunia tidak menyadari kehidupan yang dialami kaum marjinal, karena mereka sendiri menjadi sasaran materialisme yang tak terkendali sehingga mereka menjadi individualistis dan egois,” kata Anton Meemana, guru besar filsafat dan fenomenologi agama dalam rekonsiliasi dan perdamaian di Universitas La Salle di Filipina. “Hal ini tidak beda dengan banyak umat Kristiani di Sri Lanka karena gaya hidup mereka menggoda mereka untuk semakin konsumtif,” kata Meemana, yang juga seorang dosen tamu di Universitas Kelaniya, Sri Lanka.

Ia berbicara selama Kuliah Peringatan tentang Ibu Teresa di auditorium Caritas Sri Lanka di Colombo, Senin (12/9). Ia mengatakan dengan hidup bersama orang miskin, “Kita bisa belajar dari mereka bagaimana mereka merasakan kekurangan.”
Semua masalah manusia adalah problem spiritual dan solusi-solusinya adalah juga spiritual. Masyarakat kita butuh landasan spiritual yang mendalam, bukan landasan materi,” katanya kepada para pastor, suster dan tokoh awam.

Read More..

23 Agustus 2011

SSV Bertumbuh Dewasa

Michael Thio, 66, baru saja memulai jabatannya sebagai ketua umum ke-15 dari International Confederation of the Society of St. Vincent de Paul (SSVP) atau yang lebih dikenal dengan SSV (Serikat Sosial Vinsensius). Terpilih dengan suara 87 persen pada 28 Mei, 2010 dalam Sidang Umum di Salamanca, Spanyol, pria asal Singapura ini merupakan orang Asia pertama dan orang non-Eropa pertama yang memimpin serikat kerasulan awam sedunia itu sejak didirikan 1833 di Perancis.


Thio secara resmi memulai tugasnya pada 27 September, pesta St. Vincent de Paul. Thio telah terlibat dalam SSV sejak 1967, pertama di Singapura, lalu di tingkat Asia, dan akhirnya di tingkat global. Dia berbicara dengan ucanews.com di Melaka, Malaysia, ketika menghadiri sebuah acara SSV tingkat nasional di sana.


ucanews.com: Apa artinya menjadi orang Asia pertama yang mengetuai SSV di tingkat internasional?


Setelah 177 tahun sejak didirikan, gerakan global di 146 negara itu untuk pertama kalinya memilih seorang ketua umum non-Eropa. Ini tak terduga dan merupakan sebuah momen sejarah bagi Serikat tersebut. Menurut saya, dalam perjalannya yang cukup lama, Serikat ini telah bertumbuh dan menjadi dewasa. Sementara negara-negara Eropa kini memiliki 30 persen keanggotaan, keanggotaan global dari Afrika dan Asia / Oceania mencapai 50 persen. Dan juga, secara individual, anggota di Eropa berkurang sementara anggota di Afrika dan Asia/Oceania terus meningkat. Ini merupakan suatu peralihan paradigma yang dilihat perlu dalam pertumbuhan dan perkembangan Serikat ini di luar Eropa.


Lingkungan demografis, politik, ekonomi, budaya, dan profesional di luar Eropa telah menghasilkan orang yang mampu untuk mengelola organisasi global. Kenyataan bahwa orang non-Eropa terpilih, ini menunjukkan bahwa demokrasi dan keterbukaan ada dalam Serikat ini, yang berani menghadapi tantangan dalam mengatasi kebutuhan orang miskin dan tertindas yang semakin meningkat di seluruh dunia. Serikat ini merupakan sebuah Serikat Katolik global yang benar-benar Kristiani.


Dewasa ini, kita ada di 147 negara yang tersebar di setiap benua. Kita beroperasi di bawah delapan wilayah, masing-masing dipimpin oleh Wakil Ketua Internasional Tingkat Teritorial (ITVP, International Territorial Vice President) yang memberi melapor untuk Dewan Umum Internasional,yang berpusat di Paris. Serikat ini kini menjadi salah satu kerasulan amal yang sangat bersemangat, bertumbuh, terkenal, dan disegani di dunia.


Sebagai ketua umum, apa rencana Anda untuk SSV?


Ketika terpilih Mei lalu, saya men-sharing-kan tujuan-tujuan saya sebagaimana tercatat dalam manifesta saya kepada Sidang Internasional di Salamanca. Tujuan saya, antara lain, meningkatkan pembinaan spiritual anggota, membina dan mengembangkan pemimpin untuk melayani orang miskin di abad ke-21, dengan terus meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan bagi orang miskin.


Saya juga ingin memusatkan perhatian pada orang muda dengan membuka kesempatan bagi mereka untuk ikut terlibat dalam pelayanan, mengembangkan komunikasi efektif guna meningkatkan pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik tentang kegiatan dan karya Serikat, bekerjasama dengan berbagai organisasi Kristen lainnya dalam karya amal dan keadilan, dan memelihara hubungan yang dekat dan kuat dengan hirarki Gereja. Inilah tujuan manifesto untuk mendorong perkembangan Serikat untuk menerobos ke negara-negara baru guna memberi pelayanan kepada lebih banyak orang yang membutuhkan dengan suatu pandangan yaitu perubahan sistematis dari orang miskin yang kami layani dan bantu. Ini berarti membantu orang miskin untuk menjadi mandiri dan meningkatkan martabat kemanusiaan mereka.


Apa rencana Anda untuk pembinaan spiritual dan pelatihan para anggota


Pembinaan spiritual para anggota itu perlu dan fundamental untuk bertumbuh dalam kerasulan dan spiritualitas Vincentian. SSV merupakan organisasi kerasulan awam Katolik dan Kristus menjadi pusat dari semua yang kita lakukan. Karya amal Kristen merupakan cinta kita kepada Kristus dalam bentuk pelayanan kasih kepada orang lain. Inilah salah satu nilai penting dari Spiritualitas Vincentian kami.


Banyak Dewan Nasional memiliki program pembinaan dan pelatihannya sendiri. Tanggung jawab ada pada mereka untuk memiliki tim pembina yang bertanggungjawab atas program pembinaan dan pengembangan bagi anggotanya. Jika mereka membutuhkan bimbingan dan bantuan, mereka bisa memintanya pada Dewan Umum atau dari para Vincentian di negara-negara yang lebih maju dan dewasa dalam bidang ini. Pembinaan dan pengembangan, baik spiritualitas maupun kepemimpinan, merupakan proses berkelanjutan.


Komunitas macam apa yang perlu mendapat perhatian khusus SSV?


Ada banyak jenis “orang miskin baru” di berbagai negara dan itu tergantung pada kebutuhan. Mereka adalah orang-orang tidak bekerja dan dapat dipekerjakan, orang yang menderita kecanduan seperti alkoholisme, anak nakal, keluarga yang disfungsional, pengungsi dan orang-orang yang terpaksa kehilangan tempat tinggal lantaran bencana alam atau politik. Jenis pelayanan yang kami berikan juga tergantung pada kemampuan, keahlian, dan pengalaman dari para anggota kami di lokalitas tertentu.


Banyak konferensi SSV tidak memiliki orang muda sebagai anggota


Ini menjadi fenomena terutama di negara-negara maju. Gaya hidup, prioritas, dan tujuan kaum muda berbeda dari apa yang pernah dimilki orangtua dan leluhur mereka. Tidak hanya di sejumlah konferensi kami tetapi juga di Gereja-Gereja, kehadiran orang muda telah menurun jauh. Namun, di beberapa negara dunia ketiga dan sedang berkembang, orang muda masih sangat aktif dalam konferensi kami. Sebagai contoh, Serikat kami memiliki anggota muda yang sangat aktif di banyak negara di Amerika Selatan dan di beberapa negara Afrika dan Asia serta daerah Oceania. Kita tidak bisa membuat generalisasi bahwa orang muda yang tidak aktif itu ada di mana-mana di semua negara.


Dampak yang sangat positif dari Hari Kaum Muda se-Dunia (WYD, World Youth Day) yang dihidupkan kembali oleh Paus Yohanes Paulus II, cukup peka dalam membawa banyak orang muda dari seluruh dunia kembali ke Gereja dan terlibat dalam berbagai kerasulan. Banyak orang muda mulai bergabung konferensi SSV dan beberapa dari mereka mampu melakukan pekerjaan luar biasa. Kita perlu fokus pada orang muda dan mempercayakan program yang cocok bagi mereka dan memberi mereka kesempatan untuk terlibat dalam pertumbuhan dan kepemimpinan. Biasanya, sekitar tiga hari sebelum program WYD yang sebenarnya, SSV memberi program-program khusus untuk Kaum Muda Vincentian yang datang dari berbagai belahan dunia.


Oleh C.Y. Lai, ucanews.com, Melaka, Malaysia


.

Read More..

05 Agustus 2011

SSV - Sebuah Bentuk Devosi

Rekan - Rekan Vinsensian.....

Ada yang menarik ketika mengikuti Pertemuan Nasional Komisi Liturgi (18-22 Juli) lalu. Dari hasil survey, salah satu bentuk devosi kepada orang kudus adalah SSV - devosi kepada St. Vinsensius. Selama ini banyak orang berpandangan bahwa kegiatan devosional hanya berupa doa dan bukan aksi nyata. Lewat rangkuman Pernas ini, saya mau membagikan sedikit. Semoga karya kita sungguh merupakan pembaktian diri kepada Allah melalui orang-orang kecil.
 
Menemukan Kembali Spiritualitas Devosi

Rapat Pleno Komisi Liturgi Konferensi Waligereja Indonesia yang diselenggarakan pada 18-22 Juli 2011 di Graha Wacana, SVD Family Centre, Jalan Raya Ledug 5 A, Prigen, Pasuruan, Jawa Timur. Pertemuan yang dihadiri oleh para Utusan Keuskupan se-Indonesia, para Dosen Liturgi, dan anggota Dewan Pleno Komisi Liturgi KWI ini memilih tema: ”Menemukan Kembali Spiritualitas Devosi.”



Latar Belakang


Pengalaman devosi merupakan suasana yang dominan dalam kehidupan umat. Devosi membantu umat untuk mengungkapkan hubungan dengan Allah dan untuk menumbuhkembangkan iman. Namun, seringkali devosi dilakukan semata-mata untuk menuruti perasaan pribadi tanpa memperhatikan kebenaran iman yang seharusnya terungkap di dalamnya dan tanpa memperhatikan dampaknya bagi sesama umat beriman. Selain itu, devosi yang dilakukan oleh umat pada umumnya didasari oleh kebutuhan pribadi umat dengan harapan bahwa Allah akan memenuhi kebutuhannya. Karena merasa puas dengan menjalankan devosi, banyak orang yang kemudian kurang menghayati dan kurang menghargai liturgi. Apalagi, liturgi dirasa sangat kering dan membosankan karena tidak sesuai keinginan dan perasaan pribadinya. Melihat kenyataan itu, seluruh anggota Gereja perlu memahami spiritualitas devosi, kaitan antara devosi dan liturgi, serta bagaimana menjalankan devosi secara benar dan sehat.

Read More..

05 Juli 2011

Pertemuan Nasional Kaum Muda - SSV


Semangat muda yang bernyala-nyala tampak dalam wajah-wajah peserta TMKV 2011  (Temu Kaum Muda Vinsensian) yang diselenggarakan di Wisma BethlehemMalang. Acara yang diadakan tanggal 30 Juni s/d 3 Juli 2011 itu diikuti oleh 105 peserta kaum muda SSV (Serikat Sosial Vinsensius) yang berasal dari berbagai kota di Indonesia. Peserta ada yang datang dari Flores, Lembata, Alor, Kupang yang harus menempuh perjalanan selama 3 hari untuk datang ke tempat pertemuan. Sementara peserta dari Lampung harus melewati 2 hari dalam kendaraan yang mereka tumpangi. Bukan Main….suatu perjuangan yang cukup melelahkan, namun tidak mengurangi semangat dalam mengikuti acara yang digagas oleh Dewan Nasional SSV Indonesia.
Acara tersebut bertujuan untuk mengkader anggota SSV kaum muda agar mereka semakin terlibat dalam kehidupan serikat terutama dalam pelayanan kaum miskin. Selain Pengurus Dewan Nasional mereka juga didampingi oleh 4 Romo yaitu Romo Antonius Sad Budianto, CM, Romo Gigih Julianto CM, Romo Dr. Armada Riyanto CM dan Romo Sapto Adi CM. Mereka dibekali dengan berbagai hal yang terkait dengan pelayanan SSV kepada Kaum Miskin. Untuk lebih mengenal kehidupan orang miskin juga dilakukan Social Outing yang diadakan dibeberapa tempat seperti Sanggar Anak, Gempol, Bhakti Luhur dan Alun-alun kota Malang. Disana

Read More..

04 Juli 2011

Michael Thio - Ketua Dewan Umum SSV Yang Baru

Michael Thio terpilih sebagai Ketua Dewan Umum XV SSV dengan perolehan suara 87 % pada tanggal 28 Mei 2010 di Salamanca, Spanyol. Secara resmi memulai tugasnya pada tanggal 27 September 2010 (Pesta St. Vinsensius de Paul). Beliau berasal dari Singapura dan merupakan orang Asia pertama dan orang non Eropa pertama yang menjadi Ketua Dewan Umum SSV.

Sejak 177 tahun SSV didirikan, untuk pertama kalinya memilih seorang ketua umum non-Eropa. Ini merupakan sesuatu yang tak terduga dan sejarah baru bagi Serikat. Menurut Michael Thio, Ketua Dewan Umum yang baru, SSV telah bertumbuh dan menjadi dewasa. Ada demokrasi dan keterbukaan dalam Serikat.



Rencana Ketua Dewan Umum ke depan adalah meningkatkan pembinaan spiritualitas anggota, membina dan mengembangkan kepemimpinan untuk melayani kaum miskin di abad 21. dengan terus meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan bagi orang miskin. Memusatkan perhatian pada kaum muda dengan melibatkan mereka dalam pelayanan, mengembangkan komunikasi efektif guna meningkatkan pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik berkaitan dengan kegiatan dan karya Serikat. Bekerjasama dengan berbagai organisasi sosial kristiani sehubungan dengan karya dan keadilan dan menjalin hubungan yang dekat dan erat dengan hirarki Gereja.Mendorong perkembangan Serikat untuk menerobos ke negara-negara baru guna memberi pelayanan kepada lebih banyak orang yang membutuhkan dengan suatu pandangan baru yaitu perubahan sistematis (systemic change) dari orang miskin. Ini berarti membantu orang miskin untuk menjadi mandiri dan meningkatkan martabat kemanusiaan kaum miskin.



PERUBAHAN KEPENGURUSAN DEWAN UMUM


Awal Januari 2011, Dewan Umum mengumumkan susunan kepengurusan yang baru. Bro John Lee (China/Hong Kong) yang pernah hadir dalam Pertemuan Nasional SSV Indonesia di Sawiran 2010, pada periode yang lalu menjabat sebagai ASIA-OCENIA International Territorial Vice President sekarang menjabat sebagai General Vice President for the Structure. Jabatan Asia-Ocenia International Territorial Vice President digantikan oleh Bro Thomas Tan dari Singapura yang sebelumnya menjabat sebagai Koordinator Asia Grup 1. Thomas Tan pernah berkunjung ke Indonesia (Pertemuan Asia Grup di Bali dan Pertemuan Nasional tahun 2006). Saat ini Koordinator Asia Group 1 yang meliputi negara Indonesia, Brunai, Malaysia, Philipina dan Singapura dijabat oleh Salvador G. Silverio (Philiphina). Susunan kepengurusan yang lengkap dapat dilihat di Website Dewan Umum (www.ssvpglobal.org).


Read More..

PANASCO VII di Goa - India

PANASCO VII diselenggarakan di Goa, India pada tanggal 13-17 Agustus 2010. SSV Indonesia diwakili oleh Rm Antonius Sad Budianto CM (Penasehat Rohani Denas), Basukisworo (Ketua Denas), Diana Sumandianti (Sekretaris) dan Lanasari (Dept KomDok).


PANASCO (Pan Asian Congress) adalah pertemuan para Vinsensian tingkat Asia dan Ocenia (26 negara) yang diselenggarakan 4 tahun sekali. PANASCO merupakan inisiatif/prakarsa dari SSV Australia agar anggota SSV yang berasal dari berbagai Negara itu dapat bersama-sama bertemu untuk saling sharing pengalaman mengenai karya pelayanan di negara masing-masing, berdiskusi dan menemukan metode/langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan pelayanan kepada kaum miskin.

PANASCO VII ini mengambil Thema "Keadilan dan Perdamaian akan Merangkul." Dalam dunia modern saat ini, terjadi perubahan yang sangat pesat, banyak tantangan dan permasalahan baru yang muncul. Ada pula bentuk kemiskinan baru. Ada kebutuhan mendesak dari para Vinsensian untuk bertemu di tingkat internasional guna membahas dan mencari jalan keluar permasalahan tersebut. Melalui refleksi, doa, sharing dan diskusi dalam PANASCO VII diharapkan para Vinsensian dapat memiliki komitmen dan langkah-langkah yang nyata (tindakan praktis, konkrit dan positif) untuk membangun dunia dengan masa depan yang lebih baik

Read More..

28 Maret 2011

Lebih Baik Dibohongi Orang Miskin

Suatu ketika bersama-sama teman-teman SSV, kami bertemu dengan seorang penderita HIV di sebuah rumah sakit milik Pemerintah. Pasien ini, sebut saja A, dalam pengakuannya terinfeksi virus HIV karena suntikan. Dia mengaku berasal dari Makasar dan di kota ini tidak ada keluarga sama sekali yang bisa dihubungi. Tidak begitu jelas bagaimana kisahnya, hingga dia bisa dirawat di rumah sakit ini, karena pengakuannya berbeda-beda.
Dia merasa bahwa pihak rumah sakit tidak begitu suka akan kehadirannya ditempat itu. Perawat bersikap sinis dan bahkan bersikap "kasar" terhadap dia, begitu keluhannya. Mungkin karena A dianggap tidak memiliki dana untuk pengobatannya. Singkat cerita, karena merasa kasihan, kami akhirnya berbagi tugas untuk melayani A. Ada yang datang membesuk di pagi hari, ada yang sore hari. Tiap hari ada saja yang kami bawakan untuk A. Selimut, makanan, sarung, baju dll. Itu kami lakukan dengan senang hati.


Sampai suatu saat A merasa bahwa harapan hidup baginya sudah tidak ada, maka ia berharap agar bisa dibantu untuk keluar dari Rumah Sakit dan pulang kembali ke tanah kelahirannya di kota Makasar.



Kami mendiskusikan permintaan A dan akhirnya diputuskan untuk mencari donatur yang bisa membantu rencana itu. Beberapa orang yang aku hubungi menyanggupi untuk memberi sumbangan. Bahkan istriku juga bersemangat untuk mencarikan tiket ke Makasar. Nah....untuk pertimbangan kemanusiaan, mengingat waktu yang mendesak, aku berinisiatif memberikan uang sekitar 3 jutaan ke A dengan maksud agar ia sendiri yang membayar hutang biaya pengobatannya. Harapan kami agar dia menjadi lebih percaya diri dihadapan petugas dan perawat RS. Uang itu sebenarnya masih uang pribadi, karena masih belum sempat bertemu para donatur. Setelah menerima uang tersebut, A bergegas ijin untuk mengurus administrasi keluar dari RS. Setelah ditunggu 1 jam lebih......eh ternyata A menghilang. Pihak administrasi RS juga menyatakan bahwa A tidak datang ke bagian administrasi. Lemaslah badanku.




Perasaan marah dan jengkel bercampur aduk menjadi satu. Kami merasa kesal. Ditipu oleh orang yang selama ini kami beri perhatian..... Umpatan dan makian keluar. Dalam hati kami menyadari kebodohan kami. Terlalu percaya dengan A. Dari informasi yang berhasil kami telusuri, ternyata dia juga menjadi buronan polisi di kota lain. Dia juga sering menipu kesana kemari.

Selama beberapa hari aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Hati ini begitu sakit, mengingat uang yang dilarikan adalah uang pribadi. Nilai uang itu sangat berarti bagi keluargaku. Peristiwa ditipu oleh orang miskin sudah pernah kami alami. Namun yang terakhir ini benar-benar membuat aku kecewa. Sampai terlintas dipikiranku, ....ah sebaiknya aku berhenti saja untuk berkarya di bidang sosial ini.

Sampai suatu saat aku diingatkan oleh seorang Romo tentang Vinsensius, seorang santo yang berasal dari Perancis. Vinsensius sangat dekat dengan orang miskin. Meskipun dia memiliki tugas rutin sebagai seorang imam, namun dia tetap memberikan waktunya untuk menolong dan mengunjungi orang-orang miskin. Hidupnya sangat bersahaja. Dia mencoba meneladani sang Guru Agung. Vinsensius pun pernah mengalami hal yang sama, namun dia tidak pernah berhenti untuk melayani sesamanya yang menderita. Ada kata-katanya yang patut untuk direnungkan "lebih baik aku ditipu oleh orang miskin, daripada aku tidak berbuat apa-apa ketika ada orang miskin yang meminta tolong."

Vinsensius tidak ingin peristiwa yang pahit itu menjadi halangan untuk menolong orang-orang lain yang barangkali betul-betul membutuhkan uluran tangan kita. Vinsensius ingin mengingatkan bahwa apapun yang terjadi, kita tetap harus concern untuk penderitaan mereka, walau kadang-kadang hal itu menyakitkan. Karena bagaimanapun mereka tetap bagian dari saudara kita. Merekapun ciptaan Allah yang maha kasih.

Aku sadar....kadang-kadang berbagai cara dilakukan bagi orang miskin untuk tetap bisa bertahan hidup. Banyak yang bisa tetap berada di jalur yang direstui oleh-Nya, meskipun hidup terasa berat. Namun, ada juga yang ingin mengatasinya dengan jalan pintas.

Hingga suatu hari.....
saat membaca sebuah majalah rohani nasional, ada sebuah artikel yang memuat kisah tentang A dari yang bersangkutan. Kisahnya memilukan dengan alur cerita yang luar biasa. Membaca kisahnya orang akan bersimpati. Disana ...rupanya sang wartawan tidak tahu apa yang sebenarnya telah dilakukan oleh A.

Namun.... belajar dari semangat Vinsensius, aku mencoba untuk memaafkannya.

Semoga Allah menyertai langkah hidupnya.

Oleh: Erik

Read More..

22 Maret 2011

Kisah dari Para Pemulung di Akamasoa - Madagaskar


Akamasoa adalah bahasa Madagaskar (Malagasy) yang mempunyai arti "komunitas dari para sahabat baik". Kisah ini demikian terkenal di Madagaskar dan dunia karya cinta kasih. Akamasoa adalah gerakan cinta kasih bersama-sama.

Diawali oleh seorang Misionaris yaitu Romo Pedro Opeka, CM. Ia berasal dari Argentina tetapi ayah dan ibunya merupakan pengungsi dari Eropa (Slovenia). Dalam kegiatannya sebagai misionaris, dia mengunjungi daerah-daerah miskin di ibukota Madagaskar, Tannarive. Suatu saat dia menjumpai wilayah dengan kemiskinan hebat di sudut ibukota Madagaskar, di wilayah pembuangan sampah.

Romo Pedro mengunjungi dengan ketelatenan. Ia berkenalan dengan mereka. Kerap pula dia dicemooh sebagai "kulit putih". Diperlukan kira-kira enam bulan atau lebih bagi Romo Pedro untuk memiliki relasi yang baik dengan mereka. Sampai suatu saat, Romo Pedro bersama-sama dengan orang miskin disekitar mulai membangun rumah yang pantas bagi mereka, sekolah yang layak dan pendirian beberapa aktivitas untuk lapangan pekerjaan.

Romo Pedro kini telah bekerja lebih dari dua puluh tahunan bersama orang-orang miskin Akamasoa dan bersama-sama mereka telah mendirikan perumahan yang layak bagi lebih dari 20 ribu-an unit. Jumlah orang miskin yang dibantu secara efektif mencapai 250 ribu manusia diantaranya lebih dari 8.500 anak-anak usia sekolah. Hingga saat ini Romo Pedro Opeka CM yang mencintai sepakbola masih sehat dan tengah merencanakan hal-hal yang lebih besar lagi untuk kemandirian orang-orang miskin di Akamasoa.

Karya Romo Pedro dipandang sebagai kisah Systemic Change, bukan karena besarnya melainkan karena kebersamaannya. Karya itu lahir dan berkembang serta hidup dari Gerak Bersama para sahabat kaum miskin.

Disadur dari buku "Seed of Hope"
Rm. Armada Riyanto, CM

Read More..

27 Juni 2010

Beato Frederic Ozanam - Pendiri SSV


Frederic Ozanam dilahirkan di Milan (waktu itu dibawah wilayah Perancis) pada tanggal 23 April 1813. Dua tahun kemudian keluarganya pindah ke kota Lyons dimana Frederic Ozanam tumbuh dewasa. Pada usia 15 tahun, Frederic Ozanam mengalami keragu-raguan akan kepercayaannya namun Abbe Noirot, seorang pastor dapat membimbingnya.

Frederic Ozanam masuk kuliah hukum di Sorbonne, paris pada tahun 1831. Pada waktu itu terdapat banyak orang anti Gereja dan beberapa orang yang masih percaya merasa takut dan tidak aman karena serangan orang-orang tersebut. Tetapi Ozanam yang bergabung dengan seorang guru dan beberapa temannya (Prof. Emmanuel Bailly, Paul Lamache, Felix Clave, Auguste Le tailandier, Jules Devaux dan Francois Lallier) merasa tertantang untuk menjawab serangan tersebut. Mula-mula mereka mendirikan suatu kelompok yang dinamakan Konferensi Sejarah, yaitu suatu kelompok yang membicarakan tentang agama dan sejarah.

Tetapi ejekan dari musuh-musuh Gereja dengan pertanyaan:”Mana perbuatanmu yang membuktikan kebenaran imanmu?”, membuat Frederic Ozanam dan teman-temannya menyadari bahwa konferensi sejarah belum berhasil menjawab usaha mereka. Maka pada tahun 1833, mereka membentuk konferensi cinta kasih dengan kegiatan mengunjungi dan membantu orang-orang miskin.


Yang menjadi ketua konferensi pertama adalah mahaguru mereka yaitu Prof. Emmanuel Bailly dan kemudian kelak menjadi ketua dewan-dewan yang pertama. Dua tahun kemudian yaitu 1835 lahir suatu perkumpulan yang telah mempunyai tujuan dan peraturan-peraturan, yang mempunyai nama Serikat Sosial Vinsensius (Society of St. Vincent de Paul). Pada tahun 1841 Frederic Ozanam menikah dengan Amelie Soulacroix, seorang yang mempunyai perhatian yang sama dengannya dan dari pernikahan mereka mempunyai seorang putri bernama Marie. Ozanam lulus sarjana Hukum dan berpraktek di Lyons hingga menjadi mahaguru (professor) pertama di bidang hukum dagang di universitas tersebut. Tetapi ia menyadari bahwa bakat dan minat sesungguhnya terdapat di bidang pendidikan dan kesusastraan asing. Maka ia kembali kuliah kesusastraan di Universitas Sorbonne dan memperoleh gelar pada tahun 1835, gelar doctor pada tahun 1839 dan menjadi mahaguru di bidang kesusasteraan asing pada usia 31 tahun.

Di samping kehidupan Ozanam dalam dunia akademis, ia terus menerus bertugas melayani Gereja dan pengabdiannya yang penuh pada perkembangan Serikat Santo Vinsensius. Ia juga banyak menyumbangkan karyanya dan menjadi editor bulletin sosial dan majalah katolik yang terkenal. Ia bertindak sebagai penghubung antara dewan-dewan di Paris dan Lyon dan menjadi tuan rumah dalam pertemuan–pertemuan untuk kepentingan Gereja. Sayang karena fisiknya yang lemah dan penyakitnya berangsur-angsur melemahkan kekuatan dan tenaganya. Ozanam meninggal dunia di Marseilles pada tanggal 8 September 1853 di usia 40 tahun.

Proses pengajuan beatifikasi Frederic Ozanam telah dimulai tahun 1925. Tepat pada peringatan perayaan 160 tahun berdirinya SSV, yaitu tanggal 27 April 1993 di depan anggota-anggota SSV yang berkumpul di Roma Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II berkata:”Kita harus berterima kasih kepada tuhan atas berkah anugerah yang telah diberikan kepada Gereja, dengan adanya Ozanam. Suatu keajaiban yang luar biasa, dihasilkan dari karya Ozanam terhadap Gereja, masyarakat, dan orang miskin. Mahasiswa ini, Profesor ini, Bapa para keluarga ini, telah menimbulkan suatu keyakinan keluarga ini, telah menimbulkan suatu keyakinan keluarga ini, telah menimbulkan suatu keyakinan keluarga ini, telah menimbulkan suatu keyakinan yang kuat dan kasih sayang yang tiada henti. Namanya tidak lepas dengan nama St. Vinsensius a Paulo.... Bagaimana kita tidak akan berharap bahwa Gereja akan juga menempatkan Ozanam di antara orang-orang suci dan para Santo?”

Pada tanggal 6 Juli 1993, dihadiri oleh Mr. Amin A. De Tarrazi, Ketua Dewan Umum/Internasional SSV, Rev. Fr. Gioseppe Guerra, dari Kongregasi Misi (CM); para Postulator; Monsignor Luigi Porsi, Advocate; dan suster Maria Antonia Di Tano, PK; Bapa Suci mengumumkan suatu keputusan mengenai kebijakan Frederik Ozanam. Keputusan tersebut berarti bahwa Frederic Ozanam, pendiri utama SSV adalah “layak untuk dimuliakan”.Dengan pernyataan Bapa Suci tersebut, nampaknya jalan telah terbuka terhadap usaha-usaha yang berhubungan dengan proses beatifikasi Frederic Ozanam. Proses beatifikasi tersebut telah melalui usaha-usaha bertahun-tahun yang tidak mengenal lelah dengan doa-doa para anggota SSV dan harapan-harapan yang penuh dengan kesabaran, kini tampaknya telah menunjukkan suatu harapan.

Ucapan Frederic Ozanam yang terkenal adalah “saya ingin merangkul dunia dengan suatu jaringan cinta kasih.” Pada tahun 1993, Serikat impian Frederic Ozanam yang tersebar di 125 negara di seluruh dunia.

Read More..

Melibatkan Kaum Muda dalam Pelayanan




Sebagaimana panggilan pertama Serikat menyentuh dan menggerakkan kaum muda, maka Serikat senantiasa mengajak dan menggerakkan kaum muda untuk peka terhadap panggilan Tuhan, mewujudkan imannya dalam tindakan nyata melayani orang miskin dengan penuh kasih dan persahabatan. Dengan demikian mereka menghadirkan kasih Allah sendiri bagi orang yang paling terlantar dan menderita. “ Di sekitarmu ada banyak anak muda. Betapa penting dan meneguhkan bagi hati muda mereka untuk menunjukkan pada mereka Yesus Kristus. Bukan dalam lukisan karya pelukis agung, bukan pula di altar yang gemerlap oleh emas dan cahaya, namun untuk menunjukkan kepada mereka Yesus Kristus dan luka-lukaNya dalam diri orang miskin” (Beato F. Ozanam)

Read More..

16 Juni 2010

General Assembly di Salamanca – Spanyol



Pada tgl. 28 Mei s/d 1 Juni 2010 bertempat di Salamanca, Spanyol telah diadakan General Assembly yang dihadiri oleh 180 peserta dari 110 negara dari seluruh dunia. Agenda utama dalam pertemuan itu adalah pemilihan ketua SSV ke-15 untuk menggantikan Juan Ramon Torramocha (Spanyol). Setiap negara memiliki satu suara untuk ikut berpartisipasi dalam pemilihan itu. Indonesia mengirimkan Bpk. Erik Subiyanto, wakil ketua DeNas, dalam pemilihan itu. Berikut ini sebagian laporannya.

Hari ke-1
Misa pagi selalu mengawali hari-hari pertemuan. Pada kesempatan itu Hymne SSV untuk pertama kali diperkenalkan dalam bahasa Perancis, Inggris dan Spanyol. Sungguh ini suatu kebanggaan bagi kita bersama bahwa lagu ini bisa membantu kita untuk saling membina persaudaraan SSV dengan semua orang, dengan semua bangsa tanpa terkecuali. Mengingatkan bahwa kita punya rekan kerja seiman dimana-mana.

Ketua Juan Ramon membuka acara sekaligus melaporkan aktivitas Dewan Umum SSV selama periode kepemimpinannya. Laporan itu juga meliputi laporan keuangan yang disampaikan oleh Ian Mcturk, bendahara Dewan Umum. Secara keseluruhan ada kemajuan dalam perkembangan SSV di seluruh dunia. Kerjasama di tingkat Internasional semakin berkembang dengan dilibatkannya SSV dalam proyek Unesco. Kondisi keuangan Dewan Umum tahun ini juga memperlihatkan perbaikan dari tahun sebelumnya, ini disebabkan karena semakin banyak negara yang ikut memberikan kontribusinya.


Dalam sambutannya, Juan Ramon mengharapkan agar SSV semakin terlibat dalam kerjasama yang dibangun oleh Family Vincentian ( Keluarga Vinsensian ). Kerjasama ini penting mengingat kita mempunyai tujuan yang sama yaitu menolong orang miskin. Didalam keluarga Vinsensian, tidak ada yang boleh merasa paling penting. CM bukan paling penting meskipun St. Vinsensius yang mendirikan, Putri Kasih juga bukan paling penting meskipun dia yang membimbing SSV pertama kali juga bukan SSV yang paling penting meskipun memiliki cabang yang terbanyak. Tapi yang terpenting karena kita disatukan dalam satu semangat kerasulan. Kita diundang untuk melayani sesama, melayani Kristus. Kekuatan kita adalah Allah sendiri. Banyak jalan menuju Yerusalem, tetapi Allah sendiri yang akan memberi jalan / kekuatan.
Selain itu beliau juga mendorong kita untuk terus berbuat seperti apa yang dilakukan oleh Frederic Ozanam bersama teman-temannya di thn 1833. Kita harus membuat gerakan nyata untuk mengentas kemiskinan.

Siang harinya dilakukan pemilihan suara. Bagi mereka yang tidak datang, suara dikirim melalui surat. Setiap negara berhak atas satu suara. Dari 5 orang nominasi calon ketua, akhirnya terpilih Michael Thio dari Singapore dengan jumlah suara meyakinkan sebanyak 87 %. Terpilihnya Michael Thio yang mewakili benua Asia merupakan sejarah baru dalam organisasi SSV. Mengapa demikian? Sebab ketua sebelumnya selalu berasal dari benua Eropa. Ini membuktikan bahwa SSV sebagai organisasi sosial berhasil menunjukkan sifat internasionalnya dan tidak membedakan ras sesuai dengan semangat yang dibawa oleh pendiri SSV, Frederic Ozanam dan rekan-rekannya, ketika mendirikan serikat ini di Paris.

Michael Thio seperti diketahui selama ini sangat aktif memperjuangkan SSV dimana-mana. Terlibat di SSV selama 43 tahun. Posisi sebelumnya sebagai Wakil Ketua Dewan Umum SSV mengantarnya untuk terlibat aktif dalam pengembangan SSV di beberapa negara. Selain itu kemampuan organisasinya yang cukup baik (pernah menjadi Direktur Operasional British Company) diharapkan mampu membuat SSV menjadi organisasi yang lebih efektif dalam membantu orang miskin.

Hari ke-2
Dr. John Falzon (CEO SSV Australia) menyampaikan tentang Social Justice. John mengingatkan bahwa SSV merupakan sebuah gerakan sosial yang harus maju kedepan. SSV berkomitmen untuk melakukan perubahan sosial dimasyarakat yang lebih adil dan penuh kasih sayang. Selain itu SSV juga merupakan sebuah gerakan spiritual. Dalam SSV kita juga digerakkan oleh kasih Allah. Kita menjadi saksi dari kehadiran Allah didunia. ”Berbahagialah kamu yang miskin dihadapan Allah....karena kamulah pemilik kerajaan Allah.” Lukas 6: 20, 24. Kita harus meniru pendiri kita, Frederic Ozanam, yang selalu belajar melihat penyebab kemiskinan dan penindasan agar bisa mencegahnya dikemudian hari.

Diskusi berikutnya mengenai topik Kaum Muda dibawakan oleh Julien Spiewak (Perancis), International Youth Coordinator CGI, yang sangat bersemangat dalam menggerakkan anak muda.
Kita diingatkan kepada sejarah bahwa sekelompok mahasiswa, dalam hal ini anak muda, di bulan April 1833 mulai bekerja dengan komitmen untuk melayani orang miskin. Meskipun saat ini banyak konferensi yang anggotanya tidak muda lagi, namun sangat penting bahwa ”semangat muda” untuk berinovasi dan beradaptasi harus selalu ada diantara kita. Julien mengingatkan kita untuk selalu memberikan kesempatan kepada anak muda untuk terlibat aktif. Memberi ruang dan tempat bagi mereka untuk bersuara. Saat ini ditingkat Internasional sudah beberapa kali diadakan pertemuan kaum muda mulai di Salamanca (2008), Filipina (2009) dan di delapan negara di Amerika Selatan. Ada rencana pertemuan kaum muda di Salamanca pada tgl. 13-15 Agustus 2011.

Di sore hari peserta diajak berdiskusi dalam kelompok untuk membicarakannya tentang Social Justice dan Kaum Muda. Hasil diskusi ini dituangkan dalam laporan yang disampaikan kepada panitia.

Hari ke-3
Kardinal Paul J. Cordes dari Roma juga menyempatkan hadir dalam pertemuan ini. Pada kesempatan itu, Kardinal memberikan penghargaan dari Bapa Paus Benediktus kepada Juan Ramon atas usahanya melalui SSV yang telah berkarya menolong orang miskin di seluruh dunia.
Kardinal Cordes mengingatkan bahwa sebagai Vinsensian, kita harus menjadi alat Kristus untuk menyatakan cinta Allah. Pelayanan kita tidak bisa dipisahkan dari Gereja. Melalui Gereja, Tuhan memberikan kekuatan untuk melayani orang miskin. Tuhan memberikan contoh dirinya sendiri dalam mencintai manusia. Yesus mau hidup dan mengalami sengsara yang luarbiasa demi cintaNya kepada manusia. Ini merupakan contoh paling baik bagi karya kita. Kita juga perlu belajar melihat pengalaman dari Beato Frederic Ozanam. Semasa hidupnya pendiri SSV ini sempat mengalami keraguan akan kehadiran Tuhan. Sampai suatu saat, Ia berkata: ”Aku akan mempersembahkan diri sepenuhnya untuk kebenaran”. Setelah bergulat dalam pelayanan kepada orang miskin, pada akhirnya, Frederic bisa mengatakan ”mengapa aku harus takut dengan Tuhan ? Aku mencintainya.”

Para peserta General Assembly hari ini juga mendapat kesempatan mengunjungi kota Avilla tempat kelahiran St. Theresia. Perjalanan dari Salamanca ke Avilla ditempuh dalam waktu 1 jam dengan bus yang sudah disediakan oleh panitia. Kota Avilla sendiri sebenarnya merupakan kota tua yang didirikan pada abad ke-9. Yang membuatnya menarik adalah kota ini dikelilingi oleh benteng yang tampak kokoh dari kejauhan. Didalam kota benteng ini ada beberapa gereja, katedral, kapel, museum, situs tempat St. Theresia, pasar, toko-toko dan bangunan tempat tinggal penduduk. Suasana kristen tampak terasa ketika kita berada didalam benteng ini.

Hari ke-4
Romo Robert Maloney, CM membahas topic mengenai Systemic Change and the poor dengan cara yang menarik berupa pemutaran beberapa film tentang studi kasus. Topik bahasan dimulai dari kisah awal impian untuk membuat proyek Systemic Change.
Saat ini Romo Greg Gay, Superior Jenderal CM, telah membentuk suatu komisi untuk menyebarluaskan pemikiran tentang Systemic Change terutama kepada para anggota Keluarga Vinsensian (Family Vincentian) di seluruh dunia. Sytemic Change bertujuan untuk menghentikan lingkaran kemiskinan yang ada. Dalam Systemic Change kita perlu memutus rantai kemiskinan yang ada sehingga bisa memperbaiki kondisi bagi masyarakat miskin. Contoh Lingkaran tsb sebagai berikut:
1. Seseorang tidak memiliki pekerjaan, maka tidak bisa punya uang
2. Tidak punya uang membuat mereka tidak memiliki makanan yang baik
3. Konsumsi makanan yang tidak baik menyebabkan kesehatan menurun
4. Kesehatan yang buruk membuat mereka tidak bisa bersekolah dengan baik
5. Jenjang pendidikan yang tidak tinggi menyebabkan mereka tidak bisa bersaing untuk mendapat pekerjaan dan akhirnya mereka menjadi pengangguran

Beberapa kriteria dari proyek Systemic Change:
1. Punya dampak sosial yang luas dalam kehidupan orang miskin
Proyek membantu perubahan secara keseluruhan terhadap hidup mereka yang terlibat.
2. Berkelanjutan
Proyek ini juga dapat merubah secara permanen dalam diri orang miskin, seperti mendapat pekerjaan, pendidikan, perumahan dan tersedianya air bersih dan makanan yang cukup dan lain-lain
3. Bisa ditiru
Proyek ini bisa juga diterapkan untuk masalah yang sama di tempat lain. Strategi dan tehnik bisa diimplementasikan di berbagai lingkungan.
4. Innovasi
Proyek juga bisa mengadaptasi inovasi / temuan baru. Systemic Change diharapkan bisa membantu kita ”untuk belajar melihat dunia baru” seperti yang dikatakan oleh Albert Einstein.
Kita bisa mengadaptasikan beberapa contoh keberhasilan proyek yang berbasis model Systemic Change untuk digunakan pada lokasi yang berbeda. Beberapa pelatihan tentang Systemic Change sudah dilakukan, yang terakhir adalah dalam pertemuan Keluarga Vinsensian di Thailand bulan November 2010 yang lalu. Selain memenuhi kebutuhan mendasar dari individu, sebagai Vinsensian kita juga dituntut kejelian dalam memutus rantai kemiskinan.

Contoh kasus adalah apa yang terjadi di Okoa – Guatemala dimana kerjasama antara Romo Louis (misionaris dari Kanada), SSV dan masyarakat setempat berhasil mengentas kemiskinan dengan membuat saluran air untuk memperbaiki lingkungan masyarakat. Akibatnya pengangguran berkurang. Proyek ini menjadi percontohan bagi proyek sejenis yang sekarang berlokasi di 120 desa.
Romo Maloney juga memberi contoh proyek pengerjaan sampah yang dilakukan di Madagaskar dimana sekarang masyarakat akhirnya memiliki sekolah sendiri, punya rumah sakit modern, setiap keluarga memiliki rumah.

Seperti dihari ke-3 para peserta juga dibagi dalam kelompok dan mendiskusikan pengalaman masing-masing negara terkait dengan Systemic Change Project.

Hari ke-5
Pada hari terakhir ini, para peserta mendapatkan kesimpulan hasil workshop selama pertemuan di Salamanca. Hasil pertemuan ini diharapkan dapat disosialisasikan di semua negara. Harapannya SSV bisa berkembang lebih maju dan mempunyai jaringan kerjasama yang lebih solid di masa yang akan datang.
Sebagai penutup, ketua SSV yang baru, Michael Thio menyampaikan banyak terima kasih atas partisipasi yang aktif dari seluruh peserta. Beliau juga memaparkan rencana kerja dan hal-hal yang menjadi fokus perhatiannya untuk membuat SSV menjadi organisasi Internasional yang lebih baik dalam memberikan pelayanan kepada orang miskin. Beliau juga menginginkan adanya pengembangan kepemimpinan di SSV.
SSV adalah sebuah organisasi yang menginspirasikan nilai-nilai katolik pada karya kasih diseluruh penjuru dunia. Dengan rahmat Tuhan dan kerjasama dengan teman-teman Vinsensian, kita akan menumbuhkan nilai-nilai itu lebih jauh sehingga tujuan dan misi pendiri kita tercapai.” demikian yang disampaikannya pada CatholicNews. Pada kesempatan itu beliau juga menyebutkan nama-nama yang akan mendampinginya untuk periode mendatang, yaitu:
1. Brian O Reilly - Vice President General (Irlandia)
2. Bruno Menard - Secretary General (Perancis)
3. Liam Fitzpatrick - Treasurer General (Irlandia)

Read More..

29 April 2010

Kisah dari Pinggiran Sungai Okoa - Republik Dominika


Kisah ini bagai sebuah drama kehidupan sehari-hari.
Di pinggiran sungai Okoa (aslinya tertulis Ocoa), terletak nun jauh di belahan benua Amerika Latin, terdapat sebuah stasi dengan beberapa ratus keluarga. Selama bertahun-tahun penduduk hidup dari pertanian. Mereka bercocok tanam, memanen hasilnya, sebagian dimakan dan sebagian yang lain dijual. Demikian keseharian mereka sejak nenek moyangnya.
Tetapi, bencana terjadi beberapa tahun terakhir ini. Anak-anak yang baru lahir cepat mati. Sementara yang sudah agak besar tidak mendapat nutrisi yang baik. Akibatnya, mereka tidak tumbuh dengan sehat. Sementara yang sekolah tidak bisa melanjutkan sekolahnya karena biaya tidak ada lagi. Yang dewasa menjadi pengangguran. Keluarga-keluarga muda sering cekcok, karena suami tidak memberikan uang belanja cukup. Yang lain menjatuhkan diri dalam minum yang berlebihan karena frustasi.

Mengapa semuanya itu terjadi ?

Romo Lo (Romo Louis) misionaris dari Kanada yang sudah berkarya di wilayah itu sangat prihatin. Secara telaten Romo Lo mengajak berkumpul tokoh-tokoh umat untuk saling mendengarkan. Mereka saling tukar pandangan, mengapa ‘bencana” itu terjadi di dalam hidup mereka setiap hari.
Mereka menyebut semua itu terjadi karena kekurangan uang. Tetapi, ada juga yang bertanya, mengapa mereka kekurangan uang ? Beberapa berkata, karena tidak ada lagi pekerjaan. Kenapa mereka tidak bekerja ? Tidak sedikit yang berterus terang, tanah mereka kini kering. Tanah tidak bisa diapa-apakan lagi. Mengapa tanah kering ? Tidak ada air. Mengapa tidak ada air ? Hujan tidak lagi turun dengan teratur, seperti beberapa tahun yang lalu. Sungai Okoa pun kini mengering. Wilayah hutan di sekitar itu sudah rusak oleh pembabatan yang tak bertanggung jawab.
Jadi, sampai disini, dalam kesempatan “rembugan bersama”’ mereka sampai pada kesimpulan bahwa sebab dari segala bencana hidup mereka adalah Kekurangan Air.
Kini, Romo Lo dan tokoh-tokoh umat stasi mengakhiri pertemuan dengan doa khusus mohon bantuan Tuhan agar mengirimkan air …. Apakah Tuhan mengabulkan permohonan mereka ???
Penyelenggaraan Tuhan berliku. Kerap kali datang secara tidak terduga. Demikian juga dengan apa yang terjadi pada umat stasi di pinggiran sungai Okoa.
Hari itu, Romo Lo kedatangan beberapa mahasiswi dan mahasiswa. Mereka tidak mengenal wilayah itu untuk “survey lapangan”, melihat kemungkinan apakah mereka bisa tinggal bersama mereka nantinya. Romo Lo seperti biasa menyambut mereka dengan kesederhanaan dan keramahan ala kadarnya.
Diantara mahisiswa mahasiswi yang berkunjung, ada seorang gadis yang ayahnya adalah seorang ketua konferensi SSV di Amerika. Gadis itu sebutlah Anna namanya. Anna pulang dan cerita kepada ayahnya tentang apa yang dilihat dan dirasakannya. Anna tidak berkata banyak, kecuali dengan tegas minta kepada ayahnya, Jack Esham namanya; “Papa harus kesana untuk melihat umat di pinggiran sungai Okoa !”
Jack seorang aktivis SSV yang sehari-harinya ditengah kesibukan kerja dan waktu untuk keluarga. Dalam kesempatan kunjungannya ke Okoa ia melihat dan merasakan kemiskinan yang benar-benar merupakan sebuah bencana, menggerogoti kehidupan sehari-hari anak-anak, remaja, kaum muda dan keluarga. Mereka tidak punya pekerjaan. Akibatnya, mereka tidak punya cukup uang. Ketidak-cukupan uang membuat mereka tidak bisa makan dengan baik, sebagai konsekuensinya selanjutnya banyak yang sakit dan cepat mati terutama bayi dan anak-anak. Tidak punya uang juga membuat mereka tidak mampu mengirim anak ke sekolah. Ketika mereka tidak ke sekolah, mereka tidak mampu tumbuh dengan baik, tidak punya bekal masa depan. Dan, begitulah lingkarannya kembali lagi, ketika mereka tidak mampu sekolah, mereka tidak terdidik dan mereka juga pasti kehilangan kesempatan untuk mendapat pekerjaan yang layak. Ini sebuah lingkaran sebab akibat yang tiada putus. Sebuah lingkaran setan.
Jack mendengarkan Romo Lo dan umat dipinggiran sungai Okoa, apa yang bisa dikerjakan untuk “memotong” rantai lingkaran setan ini ?
Tokoh-tokoh umat dan Romo Lo berkata, mereka bisa ‘menghidupkan kembali” lahan-lahan tanah mereka yang kering dan mengolah tanah kembali asalkan ada air. Tetapi bagaimana mendatangkan air ? Ada air, tapi ditempat yang jauh disana, di bukit atas yang jaraknya beberapa kilometer. Dibutuhkan biaya beberapa ratus juta untuk pemasangan pipa sekaligus dengan biaya pembangunan dan perawatannya.
Jack mendengarkan rancangan mereka, sembari berkata bahwa jika ada bantuan, tetap diperlukan kolaborasi yang tetap dan kokoh dari umat untuk merealisasikan proyeknya.
Jack kembali ke Amerika dengan segudang rancangan bantuan. Mulailah Jack mengerahkan konferensi-konferensi di Amerika untuk mengumpulkan dana bantuan. Dan, ketika berhasil didapat beberapa ratus juta, dimulailah proyek itu.
Okoa kembali teraliri air. Sawah menjadi menghijau lagi. Mereka menanam pohon disekitarnya untuk penahan air dan konservasi kesuburan tanah. Lahan bisa ditanami dan dipanen. Mereka mendapatkan kembali makanan yang cukup. Kematian dini anak-anak bisa ditekan seminimal mungkin. Sekolah pun juga dapat dibangun.
Dan…umat dipinggiran sungai Okoa pun kini mendapatkan KEHIDUPAN mereka kembali. Senyum dan keceriaan anak-anak pun kini menebar keindahan.
Itulah, kisah Systemic Change. Kisah yang berupa:
• Kesadaran Bersama bahwa mereka telah dirundung kemiskinan
• Gerakan Bersama bahwa mereka bisa melepaskan diri dari kemiskinan dengan kerja bersama dan “mencari bantuan” dari Tuhan dan sesama (SSV)
• Perubahan Sistem Kehidupan sehari-hari yang diupayakan Bersama.
Rm. Armada Riyanto, CM
.

Read More..

28 April 2010

Umat Kaya berbagi Kebahagiaan Paskah dengan Umat Miskin


Umat Katolik yang kaya di paroki terbesar di Bangladesh membantu kaum papa untuk merayakan Paskah. Sedikit uang tunai dan sumbangan kebutuhan sehari-hari disediakan bagi umat yang miskin.
Para anggota Serikat Sosial Vinsensius (SSV) di Paroki Rosario Suci di Tejgaon, Dhaka, mengumpulkan sekitar 25.000 taka (US$ 357) dari umat dan membeli beras, minyak, dan kacang-kacangan yang didistribusikan kepada sekitar 30 keluarga miskin pada 30 Maret.
Pascah Pamer, 60, ketua SSV tingkat paroki itu mengatakan, “Setiap tahun pada masa Natal dan Paskah, kami berusaha untuk membantu umat Katolik yang miskin untuk bisa turut menikmati kegembiraan pesta-pesta keagamaan itu. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada umat Katolik mampu yang dengan murah hati memberikan sesuatu kepada orang miskin.”
SSV cabang lokal itu dibentuk tahun 1972. Sejak itu, serikat itu telah membantu umat Katolik yang miskin untuk membangun rumah, membeli mesin jahit, alat pertukangan, rickshaw (semacam becak), mengadakan warung teh, dan menyediakan beasiswa bagi pendidikan para siswa miskin.
Pada acara pembagian bantuan di gereja itu, 30 keluarga menerima masing-masing 5 kilogram beras, 1 kilogram minyak, 1 kilogram kacang-kacangan, dan uang tunia sebesar 100 taka.
Pushpa Gomes, 30, ibu rumah tangga yang menjadi donor, mengatakan kepada UCA News, “Saya senang sekali bisa berbagi kegembiraan Paskah dengan umat yang miskin. Saya ingin melihat mereka merayakan Paskah dengan gembira. ”
Katolik yang miskin mengucapkan terima kasih SSV dan umat yang kaya atas sumbangan mereka.

“Saya berjuang setiap hari bersama empat anak. Sumbangan ini akan membantu keluarga saya merayakan Paskah,” kata Maria Theresa Sangma, 45, warga suku Garo yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Pushpa Costa, 38, seorang janda yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga mengatakan kepada UCA News, “Saya tidak bisa menunjang keluarga saya dengan pendapatan saya yang kecil. Sebagai seorang Kristen, saya tidak bisa mengemis atau mencari uang melalui cara-cara tidak etis [pelacuran],” katanya, dengan menahan airmata.
“Jadi saya datang untuk mendapat sumbangan di Gereja dan saya gembira menerimanya,” tambahnya.
Michael Cruze, 36, bekerja sebagai pembuat pot di pasar terdekat pada malam hari. Dia tinggal di rumah saudarinya.
Setelah menerima sumbangan, dia mengatakan kepada UCA News, “Saya tidak bisa makan tiga kali sehari, jadi saya sangat berterima kasih kepada para dermawan yang membantu kami untuk merayakan Paskah dengan lebih baik.”
Orang-orang Kristen miskin itu berjumlah sekitar 1.00 orang. Mereka tinggal di daerah-daerah kumuh di Dhaka, demikian sumber-sumber Gereja.
-UCA News
www.cathnewsindonesia.com.

Read More..

08 April 2010

Mencintai yang Miskin



Siapakah yang paling miskin dari yang miskin ? Mereka adalah orang-orang yang tidak dikehendaki, yang tidak dicintai, yang diabaikan, yang lapar, yang telanjang, yang tidak punya rumah, yang menderita lapar, dan yang kecanduan alkohol, yang berada ditengah-tengah kita…. Agar dapat melihat dan mencintai Yesus didalam orang miskin, kita harus bersatu dengan Kristus melalui sebuah kehidupan doa yang mendalam.
Yesus menghidupkan kembali kesengsaraanNya diantara orang-orang miskin. Orang-orang miskin itu sungguh-sungguh menghayati kesengsaraan Kristus. Kita harus memperlakukan mereka secara manusiawi…..
Berikanlah pertolongan kepada Kristus dalam selubung kesengsaraan-Nya. Yesus yang miskinlah yang kauberi makan, yang kauberi pakaian, dan yang kauberi tumpangan. Lakukanlah semuanya itu dengan cinta yang besar dan utuh.
Orang miskin tidak membutuhkan belas kasihan kita; mereka membutuhkan uluran tangan kita. Kita memerlukan mata iman yang mendalam agar bisa melihat Kristus yang tubuh-Nya remuk dan berpakaian kotor, karena dibalik itulah Orang yang Paling Mulia diantara anak-anak manusia bersembunyi.
Orang Miskin adalah orang-orang yang sangat pantas dicintai, merekalah yang lebih banyak memberi kepada kita, bahkan jauh lebih banyak dari yang kita berikan kepada mereka. Pengetahuan akan membimbing kita kepada cinta; cinta akan menuntun kita kepada pelayanan.

Tidaklah jelek kalau kita mempunyai paling tidak satu kongregasi yang memanjakan orang-orang miskin, saat orang-orang lain memanjakan orang orang kaya. Aku sungguh terkesan dengan kenyataan bahwa sebelum menjelaskan Sabda Allah dan sebelum memaparkan Delapan Sabda Bahagia kepada banyak orang, Yesus telah berbelaskasih kepada mereka dan memberi mereka makan. Kemudian barulah Dia mulai mengajar mereka.
Orang-orang miskin adalah orang-orang yang mengagumkan. Mereka punya martabat sendiri, yang dapat kita lihat dengan mudah….. Tetapi lebih dari itu, orang-orang miskin punya keberanian yang besar untuk menapaki jalan kehidupan yang mereka lewati. Mereka dipaksa untuk hidup seperti itu; kemiskinan telah memaksa mereka untuk menerima kehidupan semacam itu. Jangan pernah meninggalkan orang miskin. Kalau kau melakukan hal itu, engkau-pun meninggalkan Yesus Kristus. Bahkan semenjak awal aku tidak pernah meminta uang. Aku ingin melayani orang miskin semata-mata berdasarkan cinta kepada Allah. Aku ingin orang miskin menerima secara gratis segala sesuatu yang didapat orang kaya dengan uang.

From : Anugerah-anugerah Cinta by Ibu Teresa

Read More..

30 Maret 2010

Pedulikah Kita





Wajah-wajah lugu dan sederhana mulai berdatangan sejak pagi itu. Kebanyakan adalah ibu-ibu tua, mengenakan kebaya sederhana dan sewek/jarik. Aku menebak umur mereka antara 60-80 tahun. Mereka adalah sebagian penduduk dari kota kecil Ngawi, tepatnya di desa Ngrambe dan hidup di pelosok-pelosok desa.
“Pinten (berapa) nak?” tanya seorang ibu ketika kami memberikan sembako.
“Gratis bu,” salah seorang teman kami menyahut.
Sontak terpancar raut kaget dan tak percaya di wajah ibu itu ketika mendengarnya.
“Mboten bayar?” tegasnya lagi sambil menatap kami tak percaya. Kami mengangguk. Lalu serta merta terucap kata-kata penuh syukur dan wajahnya bersimbah air mata.
“Matur nuwun. Alhamdulilah!”
Aku terkesiap. Kurasakan sensasi aneh di relung hatiku, kurasakan seluruh tubuhku bergetar dan sesuatu seakan mendesak di bola mataku, berlomba-lomba saling mendahului. Kucoba untuk menahan agar aku tidak menangis, namun tidak bisa dan akhirnya pertahananku jebol. Air mataku mengalir tanpa dapat kucegah. Semakin lama semakin deras. Kususut dengan cepat, secepat dia mengalir di pipiku lalu memalingkan wajah ke arah lain. Berharap hal itu tidak terlihat oleh teman-teman yang lain.
Ini pertama kali aku melibatkan diri disini. Seorang teman mengajakku ikut serta dalam perjalanan ini. ‘Serikat Sosial Vinsensius’ secara rutin mengadakan perjalanan amal seperti ini. Selain membagikan sembako, mereka juga memberikan pengobatan gratis kepada warga yang tidak mampu. Ada donatur yang secara teratur memberi dana dan ada tenaga-tenaga yang membantu menyalurkannya. Banyak juga yang terlibat disini. Ada Romo, dokter, beberapa pejabat Gereja dan para awam.
Semakin siang yang berdatangan semakin banyak dan mereka bersikap tertib sehingga tidak menyulitkan kami. Setiap orang, usai menerima sembako mengucapkan kata-kata yang sama dengan ibu tadi. Puji Tuhan, Alhamdulilah, Duh Gusti, terimakasih! Dan selalu aku memandang mereka dengan air mata haru.
Tidak hanya disini sebenarnya kita melihat hal-hal seperti itu. Di perempatan jalan, di panti asuhan, para pemulung di jalan, pengemis, sering kutemukan wajah-wajah lugu yang memancarkan ucapan terimakasih yang tak terhingga ketika kita memberikan sesuatu pada mereka. Entah itu sembako, nasi bungkus atau hanya sekedar uang receh. Namun pancaran mata yang tulus ‘selalu’ mengagetkanku sampai detik ini. Walaupun tidak banyak yang kita berikan, itu sangat berharga buat mereka.
Karena kepedulian kita sudah cukup membuat mereka “BERHARGA".

by Widjaja Maladewi - Sharing Baksos SSV di Ngrambe - Ngawi

Read More..

Berjumpa Sesama Lewat Bhakti Luhur






Bersama Romo Iswandir, CM, sebanyak 11 orang pengurus dan eks pengurus konferensi mahasiswa St. Benoit Labre – Surabaya melakukan refleksi bersama di Biara Suster Passionis - Malang. Acara yang digelar tgl. 13-14 Maret 2010 itu bertujuan untuk menumbuhkan kebersamaan dan semangat pelayanan para pengurus. Hari Sabtu malam diisi dengan Pembekalan yang diberikan Romo Iswandir, CM. Dilanjutkan dengan sharing pengalaman dari pengurus Dewan Nasional selama terlibat di SSV.
Yang menarik dari rangkaian refleksi tersebut adalah acara kunjungan ke Bhakti Luhur pada hari Minggunya. Saat mengikuti Misa didalam kompleks Bhakti Luhur, kami dikejutkan dengan kehadiran sebagian peserta misa yang memiliki cacat fisik. Hati kami terasa ditusuk melihat berbagai macam penderitaan yang dialami oleh para asuhan disana. Terutama melihat anak-anak dari berbagai kalangan. Ada yang menderita Celebral Palsy, ada yang punya kaki dan jari dengan ukuran besar (mirip kaki gajah), ada yang tidak punya tangan dan kaki, ada yang buta, ada yang tidak bisa menegakkan kepala dan banyak lagi.
Kami tersentuh dengan ketabahan mereka.

Meskipun kondisi fisik yang tidak memungkinkan, namun sebagian besar masih bisa mengikuti Misa dengan baik. Misa yang dipimpin oleh Romo Gigih, CM dan Romo Iswandir, CM itu terasa mengharukan. Kunjungan ke Bhakti Luhur sebenarnya bukan yang pertama kali kami lakukan dan berjumpa dengan para penghuninya, namun mengikuti Misa dengan mereka baru kali ini kami alami. Ada berbagai macam perasaan yang bercampur aduk. Terharu, karena melihat penderitaan yang mereka rasakan. Bersyukur, karena Tuhan memberi kami fisik yang mendekati sempurna dibandingkan mereka. Bahagia karena bisa berdekatan dan bersama-sama mereka memuji Tuhan.
Selesai Misa, kami diajak berkeliling melihat dari dekat wisma-wisma tempat tinggal mereka bersama bu Yayuk. Kami sangat tersentuh melihat seorang anak yang bernama Hendra. Hendra merupakan penderita autis yang saat ini berusia 12 tahun. Akibat sering memukul kepalanya sendiri, tangannya oleh para perawat Bhakti Luhur terpaksa diikat kebelakang dengan kain. Siang itu kami juga melihat dia membawa kemana-mana kursi dibadannya. Oleh orang tuanya dia dititipkan disana sejak kecil.
Ada lagi gadis cilik berusia 8 tahun. Intan panggilannya. Meskipun tampak ada perbedaan dengan anak-anak diusianya, ia tampak terlihat cantik. Wajahnya yang imut-imut menimbulkan iba bagi siapa saja yang melihat. Terlebih bila mendengar cerita latar belakang sampai ia disana. Seakan-akan orangtuanya sudah tidak menghendaki dia lagi. Duh…gusti kasihan sekali anak ini.
Ada pula ibu-ibu dan nenek-nenek yang menempati wisma terpisah. Beberapa dari mereka sudah tidak pernah dikunjungi lagi oleh keluarganya. Ada yang masih berusaha mengingat-ingat anggota keluarganya. Namun ada juga yang sudah lupa melupakan keluarganya. Bahkan ada yang tidak suka ketika didekati. Seakan ada trauma mendalam yang dialami.
Saat ini anggota asuh ada kurang lebih 300 orang yang tinggal di Bhakti Luhur. Sedangkan para perawat dan sukarelawan yang bertugas dan sedang belajar mencapai 500 orang. Suatu angka yang besar. Untuk kebutuhan beras saja sebulan mereka membutuhkan kurang lebih 8 ton.
Kami juga belajar banyak dari para perawat dan suster yang bertugas disana. Para sukarelawan itu hidup sehari-hari bersama mereka tanpa dibayar. Mereka tampak tahu betul masalah dan cara mengatasi masing-masing orang yang menjadi tanggung jawabnya. Mereka melayani dengan penuh sukacita. Ada pula yang menjadi suster atau perawat setelah mereka sendiri pernah tinggal disana sewaktu kecil. Apa yang mereka lakukan menjadi teladan bagi kami dalam melayani para anggota asuh SSV.
Siang itu kami mensharingkan apa yang dijumpai di Bhakti Luhur. Masing-masing dari kami menceritakan perasaan, pengalaman yang didapat dari perjumpaan dengan anggota asuhan Bhakti Luhur. Bertemu dengan mereka, membuat kami, para pengurus Benoit Labre, merasa disegarkan dan disemangati.
Kami berjanji untuk melayani anggota asuh kami dengan lebih baik…….semoga.

Read More..

Rekoleksi SSV St. Maria di Bedugul - Bali





Atas prakarsa SSV St Maria Denpasar, sebanyak 36 vinsensian berkumpul pada tgl 20-21 Maret 2010 di Rumah Retret Baturiti Bedugul Bali. Prakarsa ini diawali tahun lalu ketika diadakan konsolidasi SSV Denpasar. Semula ada 2 konferensi yang sudah dimulai tahun 70an yakni St Maria terutama untuk orang dewasa dan Pierre Giorgio Frassati terutama untuk kaum muda. Namun telah lama kedua konferensi ini seperti hidup segan mati tak mau. Dalam pertemuan tahun lalu beberapa pengurus bersama beberapa simpatisan berkumpul bersama Rm Antonius Sad Budi CM dan bapak Susanto anggota senior mewakili SSV DeDar Banyuwangi. Setelah pengarahan singkat disepakati agar sementara kedua konferensi ini merger dan dibentuk pengurus yang baru. Mereka juga sepakat agar segera menindaklanjuti mengadakan pertemuan rekoleksi dan rapat untuk membangkitkan kembali SSV Denpasar. Namun rencana ini tertunda-tunda dan akhirnya baru dapat dilangsungkan di Bedugul.

Pengurus DeWil Malang, DeDar Jember, dan DeDar Banyuwangi memberikan dukungannya secara nyata dengan menghadiri pertemuan ini di tengah kesibukannya. Beberapa pengurus DeDar Banyuwangi yang masih mengurus persiapan ujian dan ulangan tengah semester berangkat sabtu malam agar dapat menyusul ikut pertemuan Minggu pagi. Selain itu konferensi Kerahiman Ilahi yang berlokasi di Negara juga ikut menyemangati dengan mengirimkan 4 orang pengurusnya dalam rekoleksi ini.
Karena rombongan DeWil dan DeDar kesulitan menemukan tempat retret ini, maka pertemuan baru dapat dimulai setelah makan jam 20.00 dengan nyanyi bersama, doa, dan perkenalan, lalu pengarahan dari Rm Sad Budi, CM mengenai Asal mula dan Spiritualitas SSV yakni mengikuti Kristus pewarta injil kepada orang miskin (Luk 4:18, Mat 11). Walau lelah dari perjalanan jauh, sesi tanya jawab berlangsung seru, khususnya tentang panggilan SSV yang dibutuhkan oleh Gereja (kesaksian iman dengan tindakan nyata menolong orang miskin) dan masyarakat. Tak terasa pertemuan sudah melampaui jam 10 malam. Walau sudah lelah dan mengantuk sebelum tidur kami sejenak berdoa adorasi bersama di hadapan sakramen mahakudus dan menerima berkat sakramen mahakudus.
Pagi hari kami mulai dengan Misa kudus jam 6.30, makan pagi, dan mulai dengan sesi mengenai Hidup dan Organisasi SSV oleh pak Erik Subiyanto wakil ketua DeNas. Dengan bantuan foto yang ditayangkan dengan LCD, pak Erik menjelaskan dengan gamblang antara lain SSV saat ini berkarya di 140 negara, dengan anggota 900 ribu orang. SSV juga saat ini memiliki perwakilan di PBB. Dalam pengarahannya, SSV Denpasar juga diminta segera mencari Pembimbing Rohani, melaporkan keberadaan SSV, menentukan hari pertemuan rutin, mencari donatur dan melakukan kunjungan rutin kepada mereka yang membutuhkan.

Setelah menerima penjelasan dilangsungkan tanya jawab. Yang menarik bukan hanya pak Erik, namun peserta lain yang telah lama di SSV juga ikut menjawab dengan sharing pengalaman yang membuat SSV Denpasar semakin memahami, yakin dan mantap. Ditekankan pula akan pentingnya menjalin relasi sebagai saudara bukan hanya dengan twinnya, namun terutama juga dengan konferensi lain se Dewan Daerah dan Dewan Wilayah. Kehadiran pengurus DeDar Banyuwangi dan DeWil Malang kiranya ditanggapi juga dengan kesediaan pengurus konferensi St. Maria untuk hadir dalam pertemuan-pertemuan DeDar dan DeWil.

Acara siang itu ditutup dengan Misa dan pelantikan para pengurus baru konferensi St. Maria Denpasar. Semoga rekoleksi itu membawa semangat baru bagi para vinsensian di pulau Dewata dalam melayani sesamanya.

Read More..